Selasa, 20 Oktober 2020

Yesterday, Today & Tomorrow

 


“Every great dreams begins with a dreamer. Always remember, you have within you the strenght, the patience, and the passion to reach for the stars to change the world.”

By Harriet Tubman

 

Dear kamu,

Maaf.  Setelah 101 purnama, baru hari ini aku dapat menyampaikan alasan sesungguhnya mengapa aku menjauh dari kamu. Pada saat itu. Namun  kamu tidak pernah sungguh-sungguh jauh dari hidupku. Kamu selalu menemukan dimanapun aku berada. Kamu selalu ada alasan untuk menemui aku. Sia-sia semua dalih yang  aku sampaikan untuk menjauh dari kamu. Walau kamu terus bertanya, aku terus menghindar untuk menjawab hal alasan.

 

 

Your Great Dreams

Untuk sebagian orang, mimpi-mimpi besar kamu itu aneh. Aku satu di antaranya. Semakin kamu menceritakan mimpi besarmu, termasuk pencapaiannya andai kita bersama. Semakin aku merasa tertinggal. Aku tak ingin mendebat impianmu. Walau sesungguhnya, aku setengah hati mendukungmu.

 

Aku memilih diam. Hanya mendengarkan semua detail rencana dirimu untuk mencapainya. Aku hanya mendoakan semoga cita-citamu tercapai. Aku tahu, kau mencoba menyelaraskan impian masa depanmu dan impian masa depanku. Tapi yang kulihat, saat itu. Tidak mungkin.

 

Hari ini kita bertemu. Dengan antusias kamu menceritakan bagaimana perjuanganmu mencapai impian tersebut. Bagaimana kamu jatuh bangun untuk sampai di posisi sekarang tanpa dukungan yang berarti dari orang-orang terdekat kamu. Atau bagaimana kamu merasa sendiri, dipinggirkan bahkan dicurangi oleh sejawat yang tidak suka dengan signifnikannya usaha kamu selama ini.

 

Seperti biasanya, kamu selalu sabar mendengarkan apapun yang aku sampaikan. Termasuk, alasan usahaku menjauh dari kamu. Aku kembali diam, ketika kamu bilang bahwa mengapa alasan tersebut tidak aku sampaikan saat itu. Andai ia tahu dari awal, dia akan berkompromi dengan kondisi inferior-nya aku.

 



 

Your Work Life

 

“If you love your work, you’ll be out there everyday trying to do it the best you possible can, and pretty soon ever-body around will catch the passion from you-like a fever.”

By T.D. Jakes

 

 

Lalu, tanpa aku bertanya terlebih dahulu, kamu menyampaikan alasan mengapa waktu itu kamu seolah tidak memperjuangkan hubungan kita ke arah yang lebih serius. Katamu atau yang terlihat oleh kamu, aku terlalu asik dengan dunia kerja dibandingkan dengan memperjuangan dunia untuk kita berdua. Kamu bilang, aku begitu antusias bercerita tentang pekerjaan. Seolah-olah, ia  menjadi nomor kesekiannya aku.

 

Kamu jadi berfikir, aku bukan pasangan yang pas untuk mendampingi kamu meraih mimpi-mimpi besarnya. Kamu kecewa tapi tidak ingin memaksa aku mendampingi kamu.  Walau begitu, banyak hal dari kebersamaan kita yang tidak ingin kamu lepaskan begitu saja. Sehingga kamu tetap berusaha ada di dekat aku. Memastikan bahwa kita tetap menjalin komunikasi tanpa friksi apapun.

 

Maaf aku baru tahu. Bahwa kamu sempat sakit. Fisik & psikis ketika menyadari bahwa  kita tak mungkin jalan bersama sebagai pasangan. Hari ini kamu baru cerita, bahwa saat itu kamu sudah sangat berusaha mengenal siapa aku. Baik itu hobby, kebiasaan sehari-hari, apa saja favoritku. Berusaha beradaptasi dengan budaya leluhur aku. Menerima aku apa adanya. Serta berkompromi dengan perbedaan-perbedaan di antara kita.

 

Rupanya, saat itu kita sibuk dengan pikiran kita masing-masing. Menyesal ? Tidak !  Itu Aku. Namun ternyata kamu berbeda, bertahun-tahun kamu pendam kekecewaan atas sikap dan keputusanku.

 

 



Your Background

Dear Kamu,

Selain mimpi-mimpi unikmu yang tidak pernah bisa aku mengerti. Ada hal lain yang mengganggu pikiranku saat kita bersama. Your background so complicated.

 

Jika kamu berusaha, memahami backround aku. Termasuk adat istiadat kami yang ketat. Tidak demikian dengan aku. Background dirimu, baik dari segi sosial, budaya, keluarga, pendidikan dan sebagainya sungguh seperti benang kusut. Walaupun kamu bilang, jangan diambil pusing. Yang penting bagaimana kita menjalaninya. Namun, semakin banyak informasi mengenai latar belakang kamu, aku semakin gelisah. Semakin ada alasan untuk menjauh dari kamu.

 

Tentang alasan yang kedua ini, aku tidak nyaman untuk menyampaikannya langsung kepada kamu di hari ini . Suatu hari, mungkin kita akan saling bertukar cerita. Semoga pada saat itu, tidak ada lagi kecewa, luka maupun gelisah di antara kita. Kita telah memilih koridor yang berbeda. Biarkan seperti itu. Tetap begitu.

 

 

“We way run, walk, stumble drive, or fly, but let us never lose sight of the reason for the journey, or miss a chance to see a rainbow in the way.”

By Gloria Gaiter

Tidak ada komentar:

Posting Komentar