Kamis, 08 Oktober 2020

The Story Of Our Favorite Books

 

“Boleh tahu, apa hobby anda?”

“Mengapa anda tartarik dengan hobby tersebut?”

Dalam suatu percakapan yang hangat dengan kenalan baru. Atau untuk mengakrabkan suasana. Kadang terlontar pertanyaan seperti tersebut di atas. Apakah penanya akan berhenti setelah mendengar jawaban kita? Tidak ! Biasanya apapun jawaban kita menjadi pintu masuk untuk pertanyaan berikutnya.

“Baca buku?”  

“Ternyata hobby kita sama, ya….”


Misalkan jawaban kita seperti itu. Penanya akan semakin antusias untuk menyambungkan ke pertanyaan yang lebih detail atau spesifik. Entah, benar-benar tertarik karena hobby yang serupa. Atau alasan untuk mengenal kita dengan lebih dalam lagi. Atau bisa jadi sang penanya bekerja di toko buku.

 

“Fanatik di genre bacaan tertentu, ndak?

“Kalau aku sih…. “

 

Nah, gantian! Oh, bukan!

Kalau tadi kita menjawab dengan  cukup singkat. Sekarang kita tergelitik untuk bercerita panjang lebar. Tidak kalah antusias dengan si penanya tadi. Bahkan balik bertanya atau memberi komentar.

 

“Walau kita tidak digenre bacaan yang sama, tapi aku pernah juga kok baca buku di genre tersebut…”

“boleh tahu, buku favorit kamu?”

 

Maka si penanya pertama yang sekarang berganti posisi menjadi si penjawab dengan senang hati akan menceritakan isi buku favoritnya. Dengan intonasi dan ekspresi yang paling menarik untuk menghidupkan cerita dari buku tersebut. Seakan dia adalah tokoh di buku tersebut. Atau sepertinya, dia sang penulis. Atau saking ‘ melted’ nya dengan sang buku, maka pada bagian-bagian tertentu dari buku dimaksud disampaikan ke kita dengan hati-hati. Penuh perasaan. Apakah kita akan penasaran?

 

“Gimana, tertarik?”

“Mau aku pinjamkan? “

 

Anggap saja kita menolak tawaran baik tersebut dengan mengatakan bahwa saat ini belum memungkinkan. Namun lain waktu kita akan menghubungi dia. Tahu kenapa? Karena tiba-tiba kita teringat tumpukkan buku yang belum terbaca. Padahal didalamnya termasuk buku  dari genre favorit kita.

 

“Walaupun kamu belum baca, boleh ngak aku pinjam? Sebentar aja, please.”

“hah.. baca e-booknya ?!

 

Terdiam beberapa saat.  ingatan kita tertuju pada tumpukan buku yang walaupun belum terbaca tapi kita sudah tahu garis besarnya seperti apa. Karena kita membeli buku tersebut dari rekomondasi satu klub buku atau sudah sempat membaca resensinya. Rela, kita pinjamkan?

 

“………………. “

“……………….”

 

Lalu kita jadi teringat ‘perjuangan’ untuk mendapatkan buku favorit yang sudah langka tersebut. Sampai kita simpan tersendiri, masih bersampul plastik. Belum dibuka, apalagi dibaca. Kondisinya persis ketika kita beli waktu itu.  Sampai kita tidak mendengarkan apa yang disampaikan si penanya berikutnya.

 

“ Kok diam?”

“ Kalau, ngak boleh dipinjam, ya gapapa… juga….”

 

Kepemilikan atas sesuatu yang menjadi favorit kita. Termasuk buku. Adalah satu kesenangan sendiri. Jika kita tidak ingin ‘berbagi’ dengan orang lain, bukan berarti kita tidak peduli orang lain atau berbagai alasan minor lainnya. Namun lebih karena, sesuatu yang favorit seperti ‘menyimpan’ satu sisi dari diri kita. Bahkan mewakili diri kita. Atau mengandung nilai tertentu di mata orang lain, yang membuat kita merasa khusus dan special.

 

Sehingga kita khawatir, jika buku favorit kita ‘dititipkan’ alias dipinjam oleh orng lain, belum tentu orang tersebut bersikap baik dengan buku kita. Walaupun demikian, jangan sampai proteksi diri kita terhadap buku favorit sampai mengesampingkan kehidupan bermasyarakat.

 

Sesekali, bolehlah kita maklum, jika buku yang kita pinjamkan dalam keadaan prima, pada saat dikembalikan ada beberapa halamannya yang terlipat. Bukan membenarkan, tapi jangan juga bereaksi berlebihan. Mungkin satu saat kita juga melakukan kesalahan yang  serupa pada buku favorit orang lain. Ingat ?

 

“ Apalagi buku favorit kamu?”

“ Lho, kok sama…. “

 

 

Sayangnya, dua pertanyaan terakhir ini ditanyakan dan dijawab oleh si penanya dan si penjawab di dalam hati saja.

4 komentar:

  1. wahhh kok tulisannya seperti mengambarkan diriku banget sih hahahaha

    kalau buku favorit biasanya tidak aku pinjamkan ke orang lain bukan karena rusak. lebih banyak tidak kembali kepadaku hahaha
    pelit? iya.. biarin pelit dahhh hahaha
    soalnya susah mendapatkannya kembali kalau tidak ada cetak ulangnya.

    itu aja sih kendala buku para booklover

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sejujurnya, ketika nulis ini. Saya teringat awal mula kita intens ngobrol di Kubbu pas bahas tentang 'meminjamkan buku'. Termasuk saran-saran mbak, untuk merawat buku.

      Hapus
  2. Guardian Of Tradition, bagus.
    aku suka lho..
    Tq ya sdh dipinjamkan. aku baru kali ini nemu sahabat yang hobi fotografi.
    jadi,aku bisa belajar fotografi dar dirimu juga hihihi
    kapan kita hunting bareng? keliling komplek seberang jalan beda dua gang hiihi
    banyak yang bisa di explore lho..
    pasar tumpah, matahari terbit, taman-taman cantik, human interest
    aku masih belum bisa portrait dan human interest hahaha

    Alhamdulillah ya..
    semesta mempertemukan kita di waktu dan tempat tak terduga.
    <3 <3 <3

    BalasHapus
  3. Ayo mbak... kita janjian... hunting moto sambil ngobrol in buku.

    BalasHapus