“Boleh tahu, apa hobby anda?”
“Mengapa anda tartarik dengan hobby tersebut?”
Dalam suatu percakapan yang hangat dengan kenalan baru. Atau untuk
mengakrabkan suasana. Kadang terlontar pertanyaan seperti tersebut di atas. Apakah
penanya akan berhenti setelah mendengar jawaban kita? Tidak ! Biasanya apapun
jawaban kita menjadi pintu masuk untuk pertanyaan berikutnya.
“Baca
buku?”
“Ternyata hobby kita sama, ya….”
Misalkan
jawaban kita seperti itu. Penanya akan semakin antusias untuk menyambungkan ke
pertanyaan yang lebih detail atau spesifik. Entah, benar-benar tertarik karena
hobby yang serupa. Atau alasan untuk mengenal kita dengan lebih dalam lagi.
Atau bisa jadi sang penanya bekerja di toko buku.
“Fanatik
di genre bacaan tertentu, ndak?
“Kalau
aku sih…. “
Nah,
gantian! Oh, bukan!
Kalau
tadi kita menjawab dengan cukup singkat.
Sekarang kita tergelitik untuk bercerita panjang lebar. Tidak kalah antusias
dengan si penanya tadi. Bahkan balik bertanya atau memberi komentar.
“Walau
kita tidak digenre bacaan yang sama, tapi aku pernah juga kok baca buku di
genre tersebut…”
“boleh
tahu, buku favorit kamu?”
Maka
si penanya pertama yang sekarang berganti posisi menjadi si penjawab dengan senang
hati akan menceritakan isi buku favoritnya. Dengan intonasi dan ekspresi yang
paling menarik untuk menghidupkan cerita dari buku tersebut. Seakan dia adalah
tokoh di buku tersebut. Atau sepertinya, dia sang penulis. Atau saking ‘ melted’
nya dengan sang buku, maka pada bagian-bagian tertentu dari buku dimaksud disampaikan
ke kita dengan hati-hati. Penuh perasaan. Apakah kita akan penasaran?
“Gimana,
tertarik?”
“Mau
aku pinjamkan? “
Anggap
saja kita menolak tawaran baik tersebut dengan mengatakan bahwa saat ini belum
memungkinkan. Namun lain waktu kita akan menghubungi dia. Tahu kenapa? Karena tiba-tiba
kita teringat tumpukkan buku yang belum terbaca. Padahal didalamnya termasuk buku dari genre favorit
kita.
“Walaupun
kamu belum baca, boleh ngak aku pinjam? Sebentar aja, please.”
“hah..
baca e-booknya ?!
Terdiam
beberapa saat. ingatan kita tertuju pada
tumpukan buku yang walaupun belum terbaca tapi kita sudah tahu garis besarnya
seperti apa. Karena kita membeli buku tersebut dari rekomondasi satu klub buku
atau sudah sempat membaca resensinya. Rela, kita pinjamkan?
“……………….
“
“……………….”
Lalu
kita jadi teringat ‘perjuangan’ untuk mendapatkan buku favorit yang sudah
langka tersebut. Sampai kita simpan tersendiri, masih bersampul plastik. Belum
dibuka, apalagi dibaca. Kondisinya persis ketika kita beli waktu itu. Sampai kita tidak mendengarkan apa yang
disampaikan si penanya berikutnya.
“
Kok diam?”
“
Kalau, ngak boleh dipinjam, ya gapapa… juga….”
Kepemilikan
atas sesuatu yang menjadi favorit kita. Termasuk buku. Adalah satu kesenangan
sendiri. Jika kita tidak ingin ‘berbagi’ dengan orang lain, bukan berarti kita tidak
peduli orang lain atau berbagai alasan minor lainnya. Namun lebih karena,
sesuatu yang favorit seperti ‘menyimpan’ satu sisi dari diri kita. Bahkan mewakili
diri kita. Atau mengandung nilai tertentu di mata orang lain, yang membuat kita
merasa khusus dan special.
Sehingga
kita khawatir, jika buku favorit kita ‘dititipkan’ alias dipinjam oleh orng
lain, belum tentu orang tersebut bersikap baik dengan buku kita. Walaupun
demikian, jangan sampai proteksi diri kita terhadap buku favorit sampai
mengesampingkan kehidupan bermasyarakat.
Sesekali,
bolehlah kita maklum, jika buku yang kita pinjamkan dalam keadaan prima, pada saat
dikembalikan ada beberapa halamannya yang terlipat. Bukan membenarkan, tapi
jangan juga bereaksi berlebihan. Mungkin satu saat kita juga melakukan
kesalahan yang serupa pada buku favorit
orang lain. Ingat ?
“ Apalagi
buku favorit kamu?”
“
Lho, kok sama…. “
Sayangnya,
dua pertanyaan terakhir ini ditanyakan dan dijawab oleh si penanya dan si
penjawab di dalam hati saja.
wahhh kok tulisannya seperti mengambarkan diriku banget sih hahahaha
BalasHapuskalau buku favorit biasanya tidak aku pinjamkan ke orang lain bukan karena rusak. lebih banyak tidak kembali kepadaku hahaha
pelit? iya.. biarin pelit dahhh hahaha
soalnya susah mendapatkannya kembali kalau tidak ada cetak ulangnya.
itu aja sih kendala buku para booklover
Sejujurnya, ketika nulis ini. Saya teringat awal mula kita intens ngobrol di Kubbu pas bahas tentang 'meminjamkan buku'. Termasuk saran-saran mbak, untuk merawat buku.
HapusGuardian Of Tradition, bagus.
BalasHapusaku suka lho..
Tq ya sdh dipinjamkan. aku baru kali ini nemu sahabat yang hobi fotografi.
jadi,aku bisa belajar fotografi dar dirimu juga hihihi
kapan kita hunting bareng? keliling komplek seberang jalan beda dua gang hiihi
banyak yang bisa di explore lho..
pasar tumpah, matahari terbit, taman-taman cantik, human interest
aku masih belum bisa portrait dan human interest hahaha
Alhamdulillah ya..
semesta mempertemukan kita di waktu dan tempat tak terduga.
<3 <3 <3
Ayo mbak... kita janjian... hunting moto sambil ngobrol in buku.
BalasHapus