Dear kamu.
Surat dari kamu disampaikan kepada aku pada bulan Juni tahun itu, adalah surat pertama sekaligus yang terakhir dari dirimu. Surat itu masih aku simpan. Sampai Sekarang. Surat dengan bahasa penuturan terbaik, dalam konteks yang sportif. Sungguh menggugah. Namun setelah itu, semuanya berubah.
"Hai! Itukah kamu? "
Entah kenapa. Surat tersebut justru menciptakan jarak di antara kita. Kamu seperti menjauhi orbit. Pun, saat kita bertemu lagi. Setelah beberapa tahun kemudian . Yang aku rasakan, kamu sengaja menghindar. Andai Ada kesempatan untuk aku, bertanya langsung padamu...
Namun, aku menghargai sikapmu tersebut. Tak lagi menunggu waktu untuk saling bertukar kabar, seperti dulu. Aku juga putuskan untuk tidak terlampau jauh mencari Tahu. Apakah kamu lebih nyaman?
Jadi, mengingat intensitas hubungan kita di masa lalu, maka seperti kamu. Akupun berkirim surat.
" Setiap Jum'at sore...ya, aku ingat!"
Dear kamu,
Mana mungkin aku lupa. Yakinku, kamu juga masih mengingatnya. Bagaimana tidak? Kita melalui jalan yang sama. Selalu. Selama beberapa tahun. Setiap Jum'at sore. Sambil aku terkagum-kagum mendengarkan rencana berbagai aktivitas kamu berikutnya.
Ya, kamu sangat berbakat. Baik di bidang seni, olahraga, asah otak, sosial budaya bahkan religi. Kamu mengusainya bahkan berprestasi.
"The Save of the Bel"
Kamu tahu. Bahwa di tengah komunitas yang kita ikuti bersama. Hanya kamu yang membuat aku nyaman. Kamu membiarkan aku belajar banyak hal. Cara kamu support aku untuk tetap melanjutkan aktivitas dengan kemampuan terbaik, sungguh Mengesankan.
Beda sekali dengan mereka. Maksudku
teman-teman kita. Begitu sering mereka mengusik aku yang -katanya- terlalu irit berkata-kata. Mereka penasaran bahkan curiga. Jangan-jangan aku mempunyai agenda tertentu yang -bisa jadi- menyusahkan mereka, kelak.
Sesungguhnya aku tidak seperti yang mereka pikiran. Bersama mereka, aku keasikan jadi pengamat. Ada atau tidak ada aku, mereka sudah sangat heboh kok! Namun, terimakasih, kamu tidak seperti itu kepadaku.
Uniknya, sepanjang perjalanan pulang bersama. Tak pernah sekalipun kita membahas, mengapa hal tersebut hanya terjadi padaku. Padahal ada juga yang lebih silent dari aku. Namun mengapa mereka tetep saja mengusikku dengan berbagai dalih pembenaran yang sulit aku patahkan.
"The True of Friendship, ini kita? "
Dear kamu,
Tanpa terlihat membela aku. Tanpa tindakan heroik untuk menghindarkan aku dari gangguan mereka. Dengan caramu yang simpatik, aku dan kamu bisa lebih dulu meninggalkan mereka. Aku mesti bilang apa?
"Apakah aku lupa, berterimakasih? "
Dear kamu,
Di surat tersebut, aku baru tahu alasan tindakan kamu.
Bahwa, semuanya cerita tentang aktivitas kamu adalah cara kamu untuk mengalihkan hal-hal yang membuat aku tidak nyaman. Kamu sengaja sama sekali tidak menyinggung hal tersebut, agar aku focus ke hal - hal lain yang lebih menyenangkan.
Kamu tahu, tidak mudah menghindari mereka. Namun tidak ingin juga menjauhi mereka. Maka kamu terus melakukan intrupsi dengan berbagai cara. Dengan harapan, aku kelak juga mampu melindungi diri jika menjalani hal serupa di kemudian hari.
Ketika menurut kamu, aku sudah cukup tangguh. Itu waktunya untuk kamu berlalu. Itu inti dari surat kamu.
Dear kamu,
Aku ingin kita tetap bersahabat.
Aku juga ingin melakukan hal yang luar biasa untuk sahabat, seperti yang pernah kamu lakukan untuk ku
Aku harap kamu membalas surat ini
Tolong, jangan menghindar?
Ada apa denganmu "mr" ?
Hemmm ada apa sebenernya dgn mr tiba2 ghosting
BalasHapusNantika kelanjutannya..ya kak
BalasHapusPenasaran deh sama kamu
BalasHapusDia sahabat sejati yang mencoba menjadi manusia sempurna...
BalasHapus