Selasa, 27 Oktober 2020

Whateverything


Dear kamu.  
Surat dari  kamu disampaikan kepada aku pada bulan Juni tahun itu, adalah surat pertama sekaligus yang terakhir dari dirimu.  Surat itu masih aku simpan.  Sampai Sekarang.  Surat  dengan bahasa penuturan terbaik, dalam konteks  yang sportif.  Sungguh menggugah. Namun setelah itu,  semuanya berubah. 

"Hai! Itukah kamu? "

Entah kenapa. Surat tersebut justru menciptakan jarak  di  antara kita.  Kamu seperti menjauhi orbit. Pun,  saat kita bertemu lagi.  Setelah  beberapa tahun kemudian . Yang aku rasakan,  kamu sengaja  menghindar. Andai Ada kesempatan untuk aku,  bertanya langsung padamu... 

Namun,  aku menghargai  sikapmu tersebut. Tak lagi menunggu  waktu untuk  saling bertukar kabar,  seperti dulu.  Aku juga putuskan untuk tidak  terlampau jauh mencari Tahu. Apakah kamu lebih nyaman? 


Jadi,  mengingat intensitas hubungan kita di masa lalu,  maka seperti kamu.  Akupun  berkirim  surat. 

" Setiap Jum'at sore...ya,  aku ingat!"

Dear kamu,  
Mana mungkin aku lupa. Yakinku, kamu juga masih mengingatnya.  Bagaimana  tidak?  Kita melalui jalan yang sama. Selalu.  Selama beberapa tahun. Setiap Jum'at sore. Sambil aku terkagum-kagum mendengarkan rencana berbagai aktivitas kamu berikutnya.  

Ya,  kamu sangat berbakat. Baik di bidang seni, olahraga,  asah otak, sosial budaya bahkan  religi. Kamu mengusainya bahkan berprestasi. 

"The Save of the Bel"

Kamu tahu.  Bahwa di tengah komunitas yang kita ikuti bersama. Hanya kamu yang membuat aku nyaman. Kamu membiarkan aku belajar banyak hal. Cara kamu support aku untuk tetap melanjutkan aktivitas dengan kemampuan terbaik,  sungguh Mengesankan.  

Beda sekali dengan mereka. Maksudku 
 teman-teman kita.  Begitu sering mereka mengusik aku yang -katanya- terlalu irit berkata-kata. Mereka penasaran bahkan curiga. Jangan-jangan aku mempunyai agenda  tertentu  yang -bisa jadi- menyusahkan mereka, kelak. 

Sesungguhnya aku tidak seperti yang mereka pikiran. Bersama mereka,  aku keasikan jadi pengamat. Ada atau tidak ada aku,  mereka sudah sangat heboh kok! Namun,  terimakasih, kamu tidak seperti  itu kepadaku. 

Uniknya, sepanjang perjalanan pulang bersama. Tak pernah sekalipun  kita membahas, mengapa hal tersebut hanya terjadi padaku. Padahal  ada juga yang lebih silent dari aku.  Namun mengapa mereka tetep saja mengusikku dengan berbagai dalih pembenaran yang sulit aku patahkan. 

"The True of Friendship, ini kita? "

Dear kamu,  
Tanpa terlihat membela aku. Tanpa tindakan heroik untuk menghindarkan aku dari gangguan mereka. Dengan caramu yang simpatik, aku dan kamu bisa lebih dulu meninggalkan mereka.  Aku mesti bilang apa?

"Apakah aku lupa,  berterimakasih? "

Dear kamu, 
Di surat tersebut,  aku baru tahu alasan tindakan kamu.  
Bahwa,  semuanya cerita tentang aktivitas kamu adalah cara kamu untuk  mengalihkan hal-hal yang membuat aku tidak nyaman. Kamu sengaja sama sekali tidak menyinggung hal tersebut,  agar aku focus ke hal - hal  lain yang lebih menyenangkan. 

Kamu tahu,  tidak mudah menghindari mereka. Namun tidak ingin juga menjauhi mereka.  Maka kamu terus melakukan  intrupsi dengan berbagai  cara. Dengan harapan, aku kelak juga mampu melindungi diri jika menjalani hal serupa di kemudian hari. 

Ketika menurut kamu,  aku sudah cukup tangguh. Itu waktunya untuk kamu berlalu.  Itu inti dari surat kamu. 

Dear kamu, 
Aku  ingin kita tetap bersahabat. 
Aku juga ingin melakukan hal yang luar biasa untuk sahabat,  seperti yang pernah kamu lakukan untuk ku

Aku harap kamu membalas surat ini
Tolong,  jangan  menghindar?

Ada apa denganmu "mr" ?

4 komentar: