First Love in the
Morning : News Letter
Menunggu loper mengantarkan koran di pagi hari, adalah ritual rutin yang
kerap kali bikin gelisah. Saya tidak akan berangkat sekolah, sebelum
menyempatkan diri membaca harian pagi. Dalam
waktu beberapa menit saya membaca cepat artikel yang menarik dan membaca sepintas
dari halaman pertama sampai terakhir. Kebiasaan tersebut di mulai sejak saya
masih belajar membaca saat kelas 1 SD. Bersama ayah.
Rutinitas tersebut berlanjut sampai tahun lalu. Kenapa berhenti? Karena
loper tidak dapat menjamin, mengantarkan koran sebelum matahari terbit. Setelah sebelumnya sempat berganti-ganti agen
pengiriman koran. Walaupun berita terkini dapat di akses via media online.
Kecintaan membaca berita versi media cetak sulit ditinggalkan, layaknya cinta
pertama yang biasanya ada di ingatan kita.
Bahagia rasanya punya orang tua
sangat tahu dan merestui cinta pertama
saya di setiap pagi . Mereka tidak
keberatan untuk berlangganan beberapa koran pagi sekaligus. Bahkan, mereka ikut
bersedih ketika, beberapa koran yang saya koleksi tidak dapat diselamatkan dari
rayap atau rusak karena sebab lainnya.
Oh ya, saat ini saya beli koran pagi di halte busway. Why not? Bacaan pagi ternyata tetap asik
dibaca walaupun hari menjelang siang. Selain buku-buku yang menemani perjalanan
pergi dan kembali ke dan dari kantor.
My Sport First Love : Foot Ball
Salah satu berita yang pertama-tama ‘harus’ saya baca di harian pagi
adalah kabar dari dunia sepak bola. Sebagian
orang mengira kecintaan saya kepada sepak bola karena faktor fisik para pemainnya.
Oh Bisa saja, mungkin suatu saat hal tersebut akan menjadi bahan pertimbangan
saya. Namun faktor utama yang membuat saya falling in love adalah
filosofi dari istilah-istilah sepak bola yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Seperti “ Injury Time” yang mengingatkan kita terus berjuang, walaupun
satu detik menjelang permainan berakhir. Atau prinsip “Menyerang adalah pertahanan
yang terbaik” . Ada juga, taktik formasi permainan baik itu 4-4-2, 4-3-3
dan seterusnya yang memerlukan kerjasama yang solid sebagai suatu team untuk
mencapai kemenangan. Dengan mempertimbangkan juga perkiraan formasi dari pihak
lawan.
Ayah adalah orang pertama yang membuat saya jatuh cinta pada pandangan
pertama dengan dunia sepak bola. Yaitu pada saat Piala Dunia 1986. Walaupun menjadi
Runner Up tapi permainan yang ditunjukan oleh Team Jerman (Barat ) sungguh memesona saya. Meskipun
team dari negara lain di waktu - waktu berikutnya menunjukkan prestasi yang tidak
kalah gemilang, tapi cinta pertama saya keada Team “ Der Panzer” tidak pernah pudar.
Eternal First Love : Ambon Island
Saya sudah jatuh cinta setengah mati pada Pulau Ambon, jauh sebelum saya
menjejakkan kami di pulau tersebut. Satu artikel di koran pagi yang bertajuk “ Selalu
ada alasan untuk kembali (berkunjung) ke Ambon” menggoda saya untuk mencari berbagai
referensi yang membahas Pulau Ambon. Yang kemudian diperluas ke pulau-pulau
lain di propinsi Maluku dan Maluku Utara.
Jika cinta pertama saya sebelumnya di pengaruhi oleh ayah saya. Pulau
yang menjadi cinta pertama saya ini dipengaruhi oleh Ibu saya. Dengan latar belakang
pendidikan sejarah, beliau kerap
bercerita mengenai sejarah masuknya pendudukan asing di Indonesia, yaitu di
kepulauan Maluku.
Walaupun dunia kuliah sudah lama berlalu, beliau masih ingat bagaimana
rempah-rempah di Maluku menjadi daya tarik pedagang internasional singgah di
sana. Bukan sekedar singgah, sampai pendudukan, sampai menjajah. Dst. Atau bagaimana
kepulauan Maluku menjadi mata rantai dan
situs sejarah Indonesia.
Ambon adalah perjalanan langsung cinta pertama saya terhadap Maluku.
Keindahan Teluk Ambon sungguh memanjakan mata, baik saat sunrise maupun sunset.
Cinta pertama yang dilengkapi keramahan dan ketulusan masyarakatnya, budaya dan
kearifan lokal yang kaya, sejarah panjang yang sangat significant, keragaman
yang semoga tidak akan terusik lagi. Apalagi keelokan langit, darat, bukit dan
lautnya yang “never ending story.”
The other First Love
Tentunya, masih begitu banyak moment cinta pertama terhadap hal-hal
lainnya yang mewarnai kehidupan saya sampai sekarang. Mau tahu?
"rempah-rempah di Maluku menjadi daya tarik pedagang internasional singgah di sana. Bukan sekedar singgah, sampai pendudukan, sampai menjajah. Dst"
BalasHapusBahkan rempah2 seperti biji pala dahulu sebagai standard seluruh dunia untuk menakhlukan dunia. Gara gara biji pala juga terjadi genosida pertama di Indonesia dan tanah Ambon.
Tapi disana pula Bhineka Tunggal Ika tercipta. Miniatur Indonesia.
Waaah aku tuh jaman sekolah paling benci sama sejarah. Tapi karena traveling mencari tau sejarah menajadi menarik.