Setiap detik kehidupan yang baru saja kita lewati telah menjadi bagian
dari masa lalu. Pilihannya adalah : Apakah akan dibiarkan/dihapuskan begitu saja.
Ataupun kita ‘bekukan’ sebagai kenangan/ingatan. Ingatan yang bersifat verbal akan tersimpan di
zona otak bagian kiri. Sedangkan ingatan non verbal tersimpan di otak sebelah
kanan.
Ingatan kita tersebut secara umum terdiri dari ingatan yang berkaitan
dengan ilmu pengetahuan serta teknologi. Satu lagi, ingatan yang berhubungan
dengan perasaan. Ingatan tentang perasaan ini yang mendominasi kenangan kita tersebut.
Seolah-olah hal yang terjadi bertahun-tahun lalu, baru saja kita alami. Seakan
kejadian tersebut ‘real time’ sehingga
kita dapat menceritakannya/mengingatnya dengan detail. Menghadirkan kenangan
masa lalu secara ‘live’ di saat ini bahkan entah sampai kapan.
Kita sering mengalami kejadian yang membuat kita ‘memanggil’ kembali ingatan
kita tentang kenangan masa lalu, terutama yang berhubungan dengan perasaan.
Untuk alasan ataupun pembenaran apapun.
Apalagi, jika kejadian tersebut
serupa atau berkaitan dengan kenangan masa lalu yang sulit dilupakan. Pada saat
itu, organ hipokampus di pusat otak kita akan ‘membuka’ ingatan kita akan kenangan
yang membekas tersebut. Lengkap dengan respond perasaan kita sejak pertama
kejadian hingga akumulasi respond kita
setelahnya.
Salahkah kita menghidupkan kenangan masa lalu? Bukankah itu juga bagian
dari kehidupan kita? Jawabannya tergantung dari apakah kita akan melanjutkan
kehidupan sebagai kenyataan? Atau hidup untuk kenangan? Bagaimana jika kita menempatkan
kenangan atau akumulasi berbagai kenangan menjadi salah satu ‘gift’ bahkan
pencerah untuk hari-hari selanjutnya?
“To makethe riht choices in life, you have to
get in touch with your soul. To do this, you need to experience solitide, which
most people are afraid of, because in the solence your hear the truth and know
the solutions.’
By Deepak Chopra
Sepanjang hidup, kenangan akan terus datang dan pergi. Kenangan
merupakan salah satu informasi, pengalaman pribadi atau orang lain yang kerap kita
jadikan acuan pada saat berfikir, bertindak, berpendapat maupun mengambil
keputusan. Baik itu kenangan baik maupun buruk.
Bagaimana jika kita menempatkan kenangan atau akumulasi dari berbagai
kenangan menjadi salah satu ‘gift’ bahkan pencerah untuk hari-hari selanjutnya?
Tulisan ini, terbatas pada bagaimana ‘memugar’ kenangan ( negatif ) untuk memberikan definisi baru terhadap kenangan tersebut
menjadi suatu kenangan yang memberikan efek postif terhadap diri kita.
How to Redefining Your Memories
1.
Accepted
Anggap saja kita bersepakat,
telah mengakui / tidak mengingkari bahwa kenangan adalah bagian dari perjalanan hidup yang telah
kita lalui. Dalam berbagai konteks dan dinamika yang mungkin menyertainya. Lihatlah
sekitar. Saya, kita dan orang lain juga mempunyai kenangan baik yang menyenangkan
ataupun menyesakkan. Tinggal bagaimana kita bersikap atau memposisikan kenangan
dimaksud.
2.
Introspective
Mungkin kenangan yang kerap menghantui kita tersebut terkait dengan
kesalahan atau kebodohan kita atau ( disebabkan oleh ) orang lain yang sulit
ditolerir. Kalaupun itu benar. Psikis kita sudah cukup ‘dihukum’ atas kesalahan atau
kebodohan itu. Namun bukan berarti kenangan tersebut memenjarakan psikis kita sepanjang hidup setelahnya.
Introspeksi secara personal maupun dengan melibatkan orang lain atau tenaga
profesional adalah untuk perbaikan atau kebaikan langkah selanjutnya. Kenangan
merupakan ‘materi’ pembelajaran yang mengingatkan kita agar tidak terulang
kembali.
3.
Forget
It
Baik secara pribadi maupun dibantu pihak lain, kita berkomitmen untuk ‘melupakan’
kenangan yang dapat menghalangi langkah kita berikutnya. Misalnya melupakan
kenangan yang pahit dengan berusaha memaafkan orang atau diri kita sendiri atas
kenangan tersebut. Melupakan dalam arti menempatkan kenangan tersebut dalam
ruang kejadian dan waktu di masa tertentu, bukan sepanjang masa.
4.
Reset
your Mind
Daripada terpuruk karena satu kenangan buruk, ingatlah juga bahwa begitu banyak kenangan indah yang selama ini
kita ‘lupakan’. Mari kita lebih sering menggunakan kata-kata yang memberi efek
positif untuk ingatan kita. Misalnya ketika kehujanan karena tidak membawa
payung dan akibatnya kita demam. Alih-alih kita menyimpan kenangan bahwa hujan
itu identik dengan sakit, maka yang tanamkan di ingatan kita adalah, sedia
payung atau jas hujan sebelum hujan. Sebelum bepergian cek ramalan cuaca hari
ini.
5.
Priority
Kalaupun kita sulit melangkah karena kenangan yang traumatis dan
diketahui banyak orang. Bukan berarti kehidupan kita dikontrol oleh kenangan
yang disampaian terus menerus olah orang-orang tersebut. Termasuk ketika mereka
mengingatkan kita akan pengalaman masa lalu, adalah untuk kebaikan kita.
Benarkah? Atau untuk kebaikan mereka saja? Misalnya ketidaknyamanan
mereka karena dikaitkan dengan kondisi kita.
Ketika kita berusaha mendefiniskan ulang suatu kenangan menjadi hal yang
positif, yakinlah hal tersebut memang yang kita butuhkan. Bukan semata karena
kebutuhan atau tuntutan orang lain. Bagaimanapun kita yang menanggung utama beratnya
kenangan tersebut. Prioritaskan terlebih dahulu dampaknya terhadap diri kita.
6.
Do It
Masih banyak hal lain yang dapat kita lakukan untuk mendefiniskan ulang
suatu kenangan ‘negatif’ menjadi hal yang postif. Yang terpenting jangan
menunda waktu. Atau membiarkan kenangan apapun ‘ membunuh’ jati diri kita
sebagai manusia yang pastinya punya berbagai kenangan hidup. Seperti orang lain
kitapun berhak melanjutkan kehidupan.
“Bagi orang yang berpikir, berkas-berkas masa
lalu akan dilipat dan tak pernah dilihat kembali. Cukup dititup rapat-rapat,
lalu disimpan dalam ‘ruang’ pelupaan, diikat denngan tali yang kuat dalam ‘penjara’
pengacuhan selamanya. Atau diletakkan di dalam ruang gelap yang tak tertembus
cahaya. Yang demikian itu karena masa lalu telah berlalu dan habis. Kesedihan
tak akan mampu mengembalikannya lagi, keresahan tak akan sanggup memperbaikinya
kembali, kegundahan tidak akan mengubahnya menjadi terang, dan kegalauan tidak
akan dapat menghidupkannya kembali, kerena ia memang sudah tidak ada”.
Dr. Miftahur Rahman El_Banjary, M.A
Mari berdamai dengan kenangan !
Hmm ternyata begitu ya Kak cara kerjanya. Tercerahkan. 🤓. Otak manusia emang komplek banget ya. Bahkan rekaman memori aja bisa beda beda reaksinya terhadap perasaan.
BalasHapusPadahal rasa pun hasil dari reaksi otak.
Masya Allah. Ciptaannya memang luar biasa.
Ya kak. Masyaallah. Termasuk kemanpuan otak kita untuk redefining suatu pesan yang masuk berkali-kali.
BalasHapus