Jumat, 16 Oktober 2020

Idol as a Connectedness

Adalah lumrah jika kita mengidolakan seseorang karena prestasi,  kemakmuran, kesempurnaan fisik ataupun karena memiliki suatu kemampuan khusus.  Bisa jadi orang tersebut secara langsung maupun tidak,  telah menginspirasi kita untuk menyamakan bahkan  melebihi kemampuan sang idola. 

Sang idola bisa jadi dari kalangan artis, olahragawan,  sosok  berprestasi, individual yang sukses,  pahlawan atau tokoh masyarakat panutan lainnya, bahkan  orang tua kita sendiri. 

Kenyataannya,  kita juga menjumpai kategori lain mengenai idola.  Simaklah tulisan Kate,  seorang anak angkat yang terpisah dari ibu kandungnya selama 25 tahun. 

Sulit bagiku  untuk menulis tentang seseorang yang  berarti segalanya bagiku. Namun aku belum pernah melihatnya atau mendengar  suaranya.  Aku berharap aku dapat mengatakan bahwa  orang akan melihat kesamaan antara dia dan aku. Namun itu Senya (masih) teka-teki.  Sosok yang kubicarakan ini,  pahlawan ini,  adalah ibu biologisku.  Seandainya ada hal yang dapat kukatakan kepadanya pahlawanku itu adalah terimakasih  telah memberiku kehidupan yang begitu istimewa.

Bagi seorang Kate,  pahlawan Idolanya adalah sosok yang menghadirkannya ke bumi.  Yang telah membuka kesempatan menjalani kehidupan.  Walaupun  sosok tersebut tidak hadir secara langsung maupun  tidak dalam 25 tahun pertama kehidupannya. 

Lain lagi bagi seorang Fitri Sudjarwadi,  dalam bukunya " Catatan Pagi." Ia sangat menghormati serta salut kepada sang idola : Petani  Kebaikan. 

Petani Kebaikan dalam hal ini adalah orang tua yang menyebarkan,  mananam, merawat dan memupuk benih kebaikan kepada anak-anaknya.  Hingga menjadi Pohon Kehidupan.  Mengapa ia mengidolakan orangtua yang seperti itu? 

Karena dari  orang tua yang mananam Pohon Kebaikan tersebut,  diharapkan anak cucunyapun turut menikmati panen kebaikan. Apalagi jika mereka melanjutkan mananam kebaikan yang sejatinya dapat dirasakan oleh sesama.

Pohon Kebaikan tidak akan mati walaupun sang petani tutup usia.  Karena,  semakin sering diamalkan,  ranting kebaikannya akan semakin rindang.  Pohon tersebut tidak akan tumbang, walaupun sang Petani idola telah tiada. Karena diperkuat oleh akar kebaikan.  

Jika semakin banyak orang tua yang seperti itu,  diharapkan kualitas kehidupan semakin terjaga. Walaupun mungkin, Sebagian orang tua berfokus pada pencapaian prestasi akademik  agar kelak anak mapan secara ekonomi.

Dalam terapi psikologi,  hal idola dapat menjadi salah satu 'tools' yang menarik. Misalnya sebagai penyemangat,  panutan,  imitasi, motivasi maupun harapan tertentu.  Walaupun  harus hati-hati juga. Jangan Sampai saat sang idola berbuat tidak patut, berdampak untuk juga bagi  yang  mengidolakan. 

Lalu siapa Idola anda? 
Apakah tokoh masyarakat yang bersumbangsih luar biasanya bagi negeri,  seperti Bung Hatta ?
Atau klub sepak bola terkenal seperti Juventus dari Italia?

Atau character film cartoon seperti Samurai X?
Namun siapapun idola tersebut.  Dengan dalih  Apapun.  Jangan  Sampai kita kehilangan jati diri Ya.... 

1 komentar:

  1. Mengidolakan seseorang sekedarnya, jangan berlebihan..

    Wah gagal fokus sama foto buku Hatta. Itu buku pribadi manusia hatta bisa sampai 12 edisi.

    Bung Hatta pernah di asingkan di Banda. Pernah dibahas di film dokumenter Banda dan sejarah kelamnya, kalau ga salah ingat.

    BalasHapus