Rabu, 21 Oktober 2020

Der Kaiser

 

Tanpa disadari. Atau bahkan sangat disadari. Kita adalah makhluk yang senang ‘meniru’. Dalam konteks negatif maupun positif. Tentunya ‘meniru’ dengan konotasi negatif, hendaknya kita hindari. Seperti meniru karya hak cipta orang lain. Termasuk meniru dengan tujuan menyamarkan, mengambil keuntungan dengan cara tidak sah atau tujuan tidak elok lainnya.

Namun meniru tekad pantang menyerah seorang yang menjadi panutan kita, silahkan saja.  Tidak jarang, sosok panutan yang menginspirasi kita adalah orang-orang terdekat. Seperti orang tua kita sendiri. Mengapa? Karena kita menyaksikan langsung bagimana ikhtiar mereka menghadapi dinamika hidup. Berjuang tanpa lelah agar kehidupan kita, anak-anaknya, punya kehidupan lebih baik dari mereka.

Lalu bagaimana kehidupan mereka yang tidak mempunyai sosok yang menginspirasi? Atau pertanyaan mendasarnya adalah seberapa penting sosok menginspirasi dalam keseharian kita? Mungkinkan sosok tersebut ada beberapa? Pernahkah, kita berganti-ganti mengagumi sosok yang inspiratif? Dst…dst.

Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas hanya satu : up to you!

Kita tidak dalam koridor tentang benar salah. Mengingat begitu banyak pilihan maupun kombinasinya. Yang penting ada atau tidak sosok inspiratif, hidup kita di koridor yang normatif. Dalam artian tidak ada norma yang kita langgar. Atau tidak obsesif terhadap orang yang menjadi inspirasi kita.

Nyatanya jika kita bertanya kepada tokoh-tokoh yang sukses di bidangnya masing-masing:  siapa sosok inspiratif dibalik kesuksesannya tersebut? Nyaris mereka menyebutkan satu atau dua nama dengan penuh kekaguman. Jawaban yang dapat dimengerti. Karena kita ingin tahu ada apa  dan sipa dibalik kehebatan mereka.  Ada orang hebat dibalik orang hebat. Baik itu berperan secara langsung maupun tidak langsung.

Mungkin, dengan belajar dari pola pikir atau jejak rekam kesuksesan sang tokoh,  kita dapat menerapkannya -dengan berbagai penyesuaian- agar menjalani kehidupan / mencapai kesuksesan yang lebih baik dari tokoh inspiratif tersebut. Kita termotivasi dan seperti punya arahan dan ukuran tertentu.

Hal yang menginspirasi tidak terbatas pada kesuksesan materi, karir, bisnis atau prestasi lainnya. Namun bisa saja hal yang menginspirasi seperti passion mereka kepada suatu hal. Misalnya aktivitas kemanusiaan.  Seperti yang ditunjukkan Bunda Theresia. Walaupun sudah lama tiada, tetap menjadi sosok yang menginspirasi banyak orang, termasuk orang-orang yang belum/tidak akan pernah bertemu langsung dengannya.

Pertanyaan  berikutnya adalah, mengapa orang-orang tertentu menjadi  inspiring man untuk banyak orang lainnya? Bahkan lintas negara. Jawaban paling umum adalah karena mereka mempunyai kepribadian kuat. Dalam berbagai kondisi. Disaat jaya maupun ketika ditempa kegagalan. Cepat bangkit menapaki kesuksesan berikutnya. Daripada sia-sia menghabiskan waktu mempertanyakan kegagalan sebelumnya.

Untuk dapat bangkit dengan tidak mengulangi kegagalan yang sama, mereka membekali diri ( dan team ) wawasan, skill dan pengetahuan yang ‘tidak terbatas’, selalu bersiap untuk perubahan termasuk ketidaknyamanan pada saat beradaptasi dengan hal baru /perubahan.

Dengan bekal seperti tersebut, mereka melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Penuh percaya diri dan yakin akan hasil dari semuam proses yang dialui. Sesulit apapun itu.

Lalu saya teringat sosok yang sangat menginspirasi. Dia adalah Ketua Panitia Piala Dunia 2006 yang diselenggarakan di Jerman. 


Sebelumnya, pada tahun1974 & 1990 dia sukses membawa negaranya, menjadi juara Piala Dunia.  Anda pasti tahu siapa yang saya maksud.

1 komentar:

  1. Peniru ulung. Bukannya konsep keilmuan juga gitu ya kak. Pasti ada yang pernah melakukan. Aku kok ya suka banget sama kata ATM ya. Ambil tiru dan modifikasi. Semoga masih dalam konteks positif

    BalasHapus