Minggu, 11 Oktober 2020

On Behalf of Miss...

 

Hubungan antar manusia menjadi kajian psikologi sosial yang menarik -antara lain- karena unsur dinamikanya.  Baik dinamika intensitas atau frekuensi. Dinamika konflik dan konsensus yang menyertainya. Ataupun keterlibatan berbagai jenis perasaan dalam kontekstual suatu relasi.

Satu jenis perasaan bisa di sampaikan bahkan diterjemahkan dengan cara yang berbeda oleh setiap orang. Perbedaan persepsi, cara pandang atau apapun itu  dapat menimbulkan ketidaknyamanan, ketidakharmonisan bahkan konflik dalam suatu hubungan. Apakah perasaan rindu, termasuk satu diantaranya?

“Manalah diri tidak merindu dendam.

Temu kita sebatas bertukar senyum.

Andaikan bukan karena  jarak tak tergengam

Sudah sejak kemarin rindu kutikam….”

 

Secara harfiah,  ‘disepakati’ bahwa rindu sebagai ungkapan perasaan kita yang menginginkan sesuatu hal atau terhadap seseorang.  Dengan alasan apapun yang dinyatakan maupun disamarkan. Bisa jadi hal tersebut berkorelasi dengan masa lalu. Atau sesuatu yang diharapkan terjadi dan mempunyai indikasi psikologi ‘harus’ bertemu. Baik itu realistis maupun di tingkat khayalan.

Mungkin benar masih ada harapan. Sehingga hal yang dirindukan tersebut dapat direalisasikan. Namun tidak jarang, kerinduan itu sebatas kerinduan. Mustahil terwujud. Kecuali dalam mimpi dan khayalan.

“Mata bergetar saling menunggu

Menjerat fajar bekukan rindu

Jika berakhir tersisa residu

Jika terlanjur berakar, sudahi rindu”

 

Keterikatan kita dengan perasaan rindu  terkadang begitu kuatnya, sehingga kerinduan tersebut dapat menyingkirkan hal yang realistis. Mengapa? Karena kita menanamkan di otak kita, hal yang kita rindukan akan menjadi kenyataan sesuai keyakinan itu. Apalagi jika otak kita penyimpan pengalaman serupa sebelumnya. Baik berasal dari pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain yang kita ‘adopsi’.

“Bukan daun mengingkari ranting

Ketika bertebaran digoyah ranting

Mungkin tanah demikian rindu

Tetap setia menanti tanpa keluh….”

 

Rindu adalah hal yang manusiawi. Terkadang tidak membutuhkan narasi panjang lebar. Cukup dirasakan.

Cukup dibayangkan. Atau sangat disayangkan jika berdiam diri,  tertutup di ujung dan pangkalnya

 

Beberapa hal terkait ‘rindu’ begitu sering menggelitik kita. Apalagi bahwa rindu -bisa jadi- bukan faktor tunggal. Sering kita melihat orang yang menitikkan air mata karena menahan kerinduan yang begitu mendalam. Merasa sedih karena rindu yang tidak berkesudahan.

 

“Nyatanya mekar purnama telah berlalu

Ilalang tertahan diperdaya  abu sekam

Katakan pada tanah yang rindu seroja

Mampukah kita meggubah kabar?....”

 

Namun rindu terkadang justru menghadirkan senyum. Seperti kerinduan kita mengulang cerita indah dari masa lalu.  Rindu bisa juga menghadirkan fakta unik. Misalnya, kita sangat rindu pada seseorang atau sesuatu namun karena suatu alasan, kita berkilah. Jadilah kita berkamuflase dalam berkata-kata. Terdengar aneh, emosional dan membingungkan orang yang mendengarnya. Dalam kondisi seperti ini apa yang terjadi dengan otak kita?

Ketidakmampuan atau ketidakmauan kita mengatasi ‘rindu’ dapat mengganggu kinerja otak yang berimplikasi pada kegiatan keseharian dan perasaan yang lain. Seperti tidak focus, gelisah atau serba salah sehingga merugikan diri kita maupun orang lain yang terkait dengan kita.

“Walaupun sulit melepaskan kerinduan

Jangan hidup berkalang khayalan

Kalaupun sempat terlena candu kerinduan

Jangan terus berkubang kenangan.”

 

 

Jadi kita boleh rindu. Merindukan bahkan dirindukan. Dengan catatan, tidak kehilangan orientasi kita akan waktu dan ruang saat ini. Rindu yang  tetap mampu tersenyum. Rindu tanpa menyiksa diri.

 

Aku pernah  Menyesap rindu

Aku  tersisih sebab rindu

Aku mengurai kerinduan tanpa rindu

 

 

 

1 komentar:

  1. Rindu pun telah di sepakati oleh otak untuk hadir dan terkoneksi dengan kejadian tertentu. Yang diperlukan adalah cara mengendalikan ketidakberdayaan yang mengganggu kinerja keseharian #noted Kak Tuti. Kembali tercerahkan.

    Kakak menjabarkan dengan baik dari sekian banyak buku yang telah terbaca itu demi tema hari ini. Nice Share, selalu menginspirasi. Mantap.

    BalasHapus