“Kak, kapan datang? Aku mau cerita…”
Pesan lewat WA darinya telah aku terima. Aku membacanya secara sepintas.
Aku pikir, lebih baik menjauh. Kenapa ? Karena, menurut aku, tidak ada hal menarik yang akan ia disampaikan. Tanpa
membuang waktu, harusnya aku segera menghapus pesan tersebut. Tapi tidak jadi…
Dengan menghela nafas panjang, aku terduduk. Menghentikan langkah.
Membiarkan ingatanku mengembara sampai ke beberapa tahun lalu. Ketika anak muda
itu menceritakan keputusasaan maupun kekecewaannya kepada banyak orang. Baik
itu, keluarga, para kerabat, lingkungan tinggal, komunitas bahkan dunia profesionalnya.
Sampai ia mengalami kritis penguasaan atas diri sendiri.
Selain itu, ia menjadi sangat tidak mudah untuk mempercayai orang lain.
Bahkan pasangan atau orang-orang terdekat lainnya. Krisis psikis yang ia alami
begitu hebat. Ia lantas menarik diri atau
membatasi komunikasi verbal.
Entah bagaimana asal mulanya. Karena aku juga enggan bertanya. Ia memilih
berkomunikasi intens dengan berbagai karakter boneka. Walaupun boneka-boneka tersebut tetap diam
membisu. Dia sangat memujanya. Seperti penggemar fanatik / garis keras pada celebrity atau pesohor.
Dalam setiap pertemuan kami, dengan sangat antusias, ia akan
menceritakan tingkah polah boneka-bonekanya tersebut. Termasuk bagaimana
perkembangannya. Bahkan dia berjanji akan mengawal proses tersebut dengan
sepenuh hati. Ia melakukan semua itu, selayaknya
orang tua nyata dari sejumlah boneka. Bahkan dia berjanji akan mengawal proses tersebut
dengan sepenuh hati. Menjaganya sepenuh jiwa dan raga. Walaupun statusnya sebagai orang tua tunggal.
Ia terlihat sangat bahagia ketika mengatakan bahwa Boneka Kongsuni dan Konsini,
berjanji akan terus bersamanya dalam suka dan duka. Sehingga iapun berjanji
akan menjaga mereka jika ada yang mengusik. Aku jadi teringat japriannya
beberapa hari lalu :
“Kak, kapan datang? Mereka kesepian…”
Rupanya ia meminta tolong, untuk sementara waktu dapat mengambil alih
perawatan Kongsuni dan Konsini. Jangan
sampai ada yang mengganggu mereka atau bikin mereka sedih. Ia terlihat dan
mengakui mengalami resah harus meninggalkan semua bonekanya.
Begitu pentingnya boneka-boneka tersebut, sampai ia tidak peduli nucapan
sinis oarang lain yang menuduhnya mengalami Celebrity Crush Syndrom.
Juga tak peduli ketika mendengarkan ucapan bahwa ia memiliki kehaluan obsesif ayng aneh terhadap boneka.
Di lain waktu, dengan mengirimkan emotion sedih via WA dia menceritakan
bahwa boneka – boneka kesayangan tampak pucat dan bersedih karena ditinggal beberapa
hari untuk tugas ke luar kota. Di tempat tugas iapun resah & khawatir. Mereka
saling rindu, hingga sulit melanjutkan aktivitas dengan sebaik mungkin.
Pic: by Lulu
“ Kak, kapan datang? Gawat ini !…”
Saat tiba di depan rumah, aku menemukan ia sedang menangis histeris,
sambil memeluk boneka kesayangan. Katanya, ia baru saja bermimpi bahwa ada sekelompok orang yang
menculik boneka-boneka tersebut. Sedangkan ia tidak bisa berbuat aapa-apa.
Sehingga ia sangat menyesal.
Apalagi diakhir mimpi, para penculik mengembalikan boneka kepada sang pemilik. Namun sudah tidak utuh.
Ia sedemikian berdukanya sampai sempat terucap ingin mengakhiri hidup daripada
berpisah dengan boneka-boneka tersebut. Sangat dramatis ! Padahal , mimpi!
Efek buruk dari celebrity crush kadang bisa memperburuk psikologis juga ya. Yang berlebih memang tidak baik. Kita perlu menyeimbangkan diri. Thanks kak ceritanya
BalasHapus