Jumat, 23 Oktober 2020

The Celebrity Crush : Totalitarian

 

 

“Kak, kapan datang? Aku mau cerita…”

Pesan lewat WA darinya telah aku terima. Aku membacanya secara sepintas. Aku pikir, lebih baik menjauh. Kenapa ? Karena, menurut aku, tidak ada hal  menarik yang akan ia disampaikan. Tanpa membuang waktu,   harusnya aku segera menghapus pesan tersebut.  Tapi tidak jadi…

Dengan menghela nafas panjang, aku terduduk. Menghentikan langkah. Membiarkan ingatanku mengembara sampai ke beberapa tahun lalu. Ketika anak muda itu menceritakan keputusasaan maupun kekecewaannya kepada banyak orang. Baik itu, keluarga, para kerabat, lingkungan tinggal, komunitas bahkan dunia profesionalnya. Sampai ia mengalami kritis penguasaan atas diri sendiri.

Selain itu, ia menjadi sangat tidak mudah untuk mempercayai orang lain. Bahkan pasangan atau orang-orang terdekat lainnya. Krisis psikis yang ia alami begitu hebat.  Ia lantas menarik diri atau membatasi komunikasi verbal.

Entah bagaimana asal mulanya. Karena aku juga enggan bertanya. Ia memilih berkomunikasi intens dengan berbagai karakter boneka.  Walaupun boneka-boneka tersebut tetap diam membisu. Dia sangat memujanya. Seperti penggemar fanatik / garis keras pada celebrity atau pesohor.


Dalam setiap pertemuan kami, dengan sangat antusias,  ia  akan menceritakan tingkah polah boneka-bonekanya tersebut. Termasuk bagaimana perkembangannya. Bahkan dia berjanji akan mengawal proses tersebut dengan sepenuh hati.  Ia melakukan semua itu, selayaknya orang tua nyata dari sejumlah boneka. Bahkan dia berjanji akan mengawal proses tersebut dengan sepenuh hati. Menjaganya sepenuh jiwa dan raga. Walaupun  statusnya sebagai orang tua tunggal.

Ia terlihat sangat bahagia ketika mengatakan bahwa Boneka Kongsuni dan Konsini, berjanji akan terus bersamanya dalam suka dan duka. Sehingga iapun berjanji akan menjaga mereka jika ada yang mengusik. Aku jadi teringat japriannya beberapa hari lalu :

“Kak, kapan datang? Mereka kesepian…”

Rupanya ia meminta tolong, untuk sementara waktu dapat mengambil alih perawatan  Kongsuni dan Konsini. Jangan sampai ada yang mengganggu mereka atau bikin mereka sedih. Ia terlihat dan mengakui mengalami resah harus meninggalkan semua bonekanya.

Begitu pentingnya boneka-boneka tersebut, sampai ia tidak peduli nucapan sinis oarang lain yang menuduhnya mengalami Celebrity Crush Syndrom. Juga tak peduli ketika mendengarkan ucapan  bahwa ia memiliki  kehaluan obsesif ayng aneh terhadap boneka.

Di lain waktu, dengan mengirimkan emotion sedih via WA dia menceritakan bahwa boneka – boneka kesayangan tampak pucat dan bersedih karena ditinggal beberapa hari untuk tugas ke luar kota. Di tempat tugas iapun resah & khawatir. Mereka saling rindu, hingga sulit melanjutkan aktivitas dengan sebaik mungkin.

 

Pic: by Lulu

“ Kak, kapan datang? Gawat  ini !…”

Saat tiba di depan rumah, aku menemukan ia sedang menangis histeris, sambil memeluk boneka kesayangan. Katanya, ia baru saja  bermimpi bahwa ada sekelompok orang yang menculik boneka-boneka tersebut. Sedangkan ia tidak bisa berbuat aapa-apa. Sehingga ia sangat menyesal.

Apalagi diakhir mimpi, para penculik mengembalikan boneka  kepada sang pemilik. Namun sudah tidak utuh. Ia sedemikian berdukanya sampai sempat terucap ingin mengakhiri hidup daripada berpisah dengan boneka-boneka tersebut. Sangat dramatis !  Padahal , mimpi!

 

 

1 komentar:

  1. Efek buruk dari celebrity crush kadang bisa memperburuk psikologis juga ya. Yang berlebih memang tidak baik. Kita perlu menyeimbangkan diri. Thanks kak ceritanya

    BalasHapus