Selasa, 06 Oktober 2020

Smiling Up : Single Sketch

 

***

“Betah banget sendiri”

“Mau,  sampai tua sendirian?”

 

Jika tidak merasa hampa karena sendiri, kita tidak punya kewajiban apapun untuk menjawab pertanyaan  di atas. Selain itu, kita tidak usah membuang-buang waktu untuk menghentikan pertanyaan  serupa lainnya.  Jawaban apapun,  akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan berikutnya.

 

Kita sudah bertahan sejauh ini. Jangan biarkan orang lain mengusik jalan hidup kita…. Mungkin mereka tidak tahu, bahwa kitapun tidak tahu jawaban ‘sebenarnya’. Biarlah menjadi bagian dari misteri kehidupan. Jalani saja dengan sebahagia mungkin.

 

“The mistery of human existence lies not in just staying alive, but in finding something to live for.”

By Flodor Dostoyevsky

 

***

“Memangnya menjadi single itu,  identik dengan mandiri?”

“Sepenting apa sih, sampai menunda berkomitmen dengan pasangan?”

 

Mungkin pertanyaan tersebut sempat kita lontarkan kepada teman yang masih sendiri. Kawan, coba pahami. Untuk orang-orang tertentu,  keputusan untuk berkomitmen ke jenjang berikutnya mungkin diwarnai kekhawatiran ‘kehilangan’ kemandirian secara personal. Karena komitmen membawa serta  sejumlah konsekuansi atas nama kebersamaan, termasuk hal kemandirian dalam mengambil keputusan.

 

Di luar konteks sakralnya komitmen berpasangan, tidak ada salahnya jika kita me-review sejenak. Baik menjadi single atau memutuskan tidak lagi single. Benarkan  ini  jalan hidup yang sungguh kita inginkan? Kita atau orang lain? Demi memenuhi harapan orang lain atau harapan kita? Apapun keputusan kita, coba cek apa tujuan kita sebenarnya. Pastikan menjadi hal yang ‘positive matter’.

 

 

The purpose of life is a life of purpose

By Robert Bryne

 

***

“Apa sih yang dicari orang single?”

“Inget umur, jangan buang-buang waktu sendiri !”

 

Siapa yang bisa menjamin, bahwa mereka yang berpasangan tidak pernah melakukan hal-hal yang sia-sia / membuang – buang waktu. Kontekstual ‘membuang-buang’ waktu tidak dapat disampirkan langsung kepada meraka yang memilih single maupun mereka yang sudah mempunyai pasangan sah. Hal terpenting adalah mari mengisi waktu dengan manfaat, apapun status kita di KTP.

 

“Life has no meaning. Each of us has meaning and we bring it to life,

it is a waste to be asking the question when you are the answer.”

By Joseph Campbell

 

 

***

“Sudahlah, jangan banyak alasan, apalagi sampai bilang sudah di ‘comfort zone’

“Makin hari makin susah cari pasangan, baru deh nyesel….”

 

Tanpa kita sadari (mungkin), justru orang lain yang putus asa, bahkan  prihatin dengan kondisi kita yang masih single. Kawan, hidup bukan hanya banyaknya waktu yang kita  miliki. Telah kita lalui. Namun bagaimana kita memberi manfaat atas waktu tersebut. Untuk diri kita pribadi. Orang disekitar. Atau untuk lingkaran yang lebih luas lagi. Jadi apapun status kita, bukan pembatas bagi kita memberi manfaat bagi sesama.

 

“ We have one precious life : do something extraordinary today, even if it’s tiny. A pebble strars the avalanche.”

By K.A. Laity

 

***

“Single tuh dipandang sebelah mata”

“ Sadiskan, dianggap manusia ‘tidak sempurna”.

 

Selain dipandang sebelum mata. Ada juga yang menunjukkan reaksi kasihan, empati dan memberikan motivasi agar kita segera mencari pasangan. Sepertinya, status single adalah enemy bersama yang harus segera dicarikan jalan keluarnya. Bahkan, sepertinya individu yang tidak atau belum berpasangan itu, tidak bahagia. Benarkah kaum single  tidak pernah di naungi pelangi?

 

We may run, walk, stumble drive or fly, but let us never lose sight of the reason for the journey, or miss a chance to see rainbow in the way.”

By Gloria Gaiter

 

 

Daripada tersudut dengan berbagai pertanyaan tadi plus sederet pertanyaan yang kian sulit dijawab, mari menghargai apapun status kita di hari ini. Dengan tetap merajut harapan di hari berikutnya, pun jika statusnya masih juga “single”. Mari Bahagia.

 

Bahagia  itu tidak terbatas status !!

3 komentar: