"Kamu dan dia, bersahabat. Kalau aku memilih satu di antara kalian. Itu artinya aku menghancurkan persahabatan...."
Kenyataannya tidak seperti itu. Walaupun bersaing, kami sepakat akan legowo dan mendukung siapapun yang kamu pilih. Walaupun terlambat tahu, tidak ada yang kusesali. Setiap keputusan, sepaket dengan segala konsekuensinya.
" Aku tahu kamu menyukai kilau matahari. Namun celaka, jika berkas sinarnya membuka tabir bagaimana kita sebenarnya."
Faktanya, bukan sinar mentari yang menyingkap segala yang kita tutupi saat itu, tapi purnama.
"Katamu laut adalah panggilan rindu yang tak pernah surut, sepanjang waktu terus kau genggam."
Itulah catatan tentang dia yang tak sanggup aku hapus dari benakmu.
"Bagaimana jika aku tidak bisa menjawabnya, saat ini?"
"Aku suka bunga berwarna putih"
Namun mengapa kamu menolak bouquet mawar putih yang kukirim pas di hari ulang tahunmu? Namun kami posting bunga matahari yang berwarna kuning...
Kamu terdiam lagi, saat kutanyakan mengapa beberapa hal ini menjadi prasyarat kebersamaan kita :
"Aku mau ada saat me time, yang aku tanpa kamu...."
" Jangan datang tanpa info sebelumnya."
" Jadilah yang terbaik untuk dirimu bukan karena diriku."
" Saat aku mendahulukan dia daripada kamu. Bukan karena dia lebih penting. Tapi karena kamu lebih pengertian."
" Hadiah terindah adalah doa. Panjatkan untukku, setiap hari."
" Komitmen? Jangan tanyakan dulu hingga aku siap mengatakannya. Nanti...."
Belum cukup membuatku berfikir keras. Perlahan kamu bicara, dengan runtun dan memberi isyarat agar aku tidak menjeda ucapannya....
"Ketika kamu berbohong, aku tidak akan memaksa kamu untuk mengakuinya. Atau menanyakan alasan. Cukup bagiku jika kamu tidak berlanjut ke kebohongan berikutnya."
"Walau tidak sependapat, aku akan hargai argument kamu. Tidak usah pura-pura setuju. "
"Aku bukan menolak hadiah, tapi aku tidak ingin kau habiskan waktu untuk memberikan kesenangan yang sesaat."
"Kapanpun, aku menyediakan telinga ini untuk mendengarkan kamu dan juga dia. "
"Aku sering kesulitan mencari kata-kata yang pas. Aku bingung. Kamu akan lebih bingung lagi."
"Aku melepaskan penat dan lelah dengan banyak membaca buku. Bukan tidak ingin berbagi denganmu. Kamu keberatan?"
Setelah beberapa saat, kamu diam tidak melanjutkan bicara. Segera aku ambil alih.
"Mereka bilang, kamu smart dengan nilai akademi yang tinggi, tapi mengapa tidak jadi peneliti, seperti cita-cita kamu dulu?"
"Aku juga tahu, kamu punya prestasi di pentas seni. Mengapresiasi karya seni. Tapi kenapa tidak kamu tekuni sampai sekarang?"
"Herannya kamu malah lebih antusias diajak ngomong tentang dunia olahraga...."
"Satu fakta tentang kamu yang bikin aku nervous adalah, ketika terlewatkan waktu makan lalu dengan ringannya kamu bilang : lupa makan."
Pun ketika kamu jalan ke luar kota.
" Aku lanjut dulu ya...." katamu.
"Tolong jangan bicara dengan suara keras. Agak keras saja, sudah cukup membuatku terkaget-kaget. Bisa?"
" Bukan aku membela mereka yang bersikap tidak adil padamu. Namun karena aku tidak ingin kamu menyalahkan apapun dan siapapun atas kondisi tersebut."
" Kalau terlihat aku mudah memaafkan. Bukan berarti aku mengalah atau kalah tapi karena aku tahu masih banyak hal indah daripada tetap dilingkaran saling menyalahkan."
Sambil menghela nafas, kamu melirik aku dan berkata...
"Aku ingin hidup yang lebih berarti untuk sesama. Jangan sia-siakan waktu.
Jangan riya. Jangan mubazir. Jangan takabur, jangan...."
Jangan lupakan aku! Seperti aku tidak pernah melupakan kebersamaan kita. Apapun akhirnya nanti. Lanjut suara hatiku.
"Ketika kamu berbohong, aku tidak akan memaksa kamu untuk mengakuinya. Atau menanyakan alasan. Cukup bagiku jika kamu tidak berlanjut ke bohongan berikutnya."
BalasHapusSuka dengan kalimat ini.
Tapi biasanya, kalo udah boong, pasti berlanjut dengan kebohongan lain, utk menutupi kebohongan sebelumnya. Hihihihi. Malah curhat
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus"Walau tidak sependapat, aku akan hargai argument kamu. Tidak usah pura-pura setuju. "
BalasHapusBeda pendapat itu wajar wajar saja. Pura pura setuju, trus protes di belakang bikin BT sih itu.. Semacam pengen bilang "Lah" gimana...
Hehe