Selain gelaran Piala Dunia dan Piala Eropa per empat tahunan, Liga Champions termasuk turneman sepak bola yang tak kalah menarik perhatian. Liga Champions merupakan laga tahunan sepak bola antar klub terbaik_ paling bergengsi di Eropa.
Liga antar beberapa peringkat terbaik klub-klub di Eropa tersebut mempunyai daya tarik di level tertinggi. Orang seperti tersihir mengikuti laga dan berita apapun terkait Liga Champions.
“Sihir”
Liga Champions tidak hanya diminati seantero Eropa namun juga diberbagai belahan
dunia lainnya.
Banyak hal yang mendasarinya. Seperti kualitas permainan yang menjanjikan. Setiap tahapan laga yang kompetitif. Dimana team-team pemuncak di liga masing-masing negara, tidak menjadi jaminan akan melenggang dengan mudah di setiap pertandingan.
Kita
selalu menantikan kejutan -apalagi- di setiap laga, atau tahapan pertandingan.
Walaupun secara umum, yang meraih tropi adalah teaam-team langganan juara Liga
Champion. Seperti tahun 2019-2020 yang dimenangkan oleh Bayern Muenchen.
Demikian
menariknya bertanding di kasta tertinggi turnamen sepakbola antar klub tersebut, sehingga kerap menjadi pertimbangan penting yang mendasari keputusan pemain maupun pelatih untuk pindah klub. Demikian
juga kebijakan klub. Mereka mencari strategi terbaik agar dapat berkompetisi di
liga tersebut, apalagi jika menjadi sang juara.
Persiapan
di mulai bahkan sebelum kompetisi antar klub di suatu negara berakhir. Manager
Team Chelsea, Frank Lampard misalnya. menjelang
akhir kompetisi Liga Primier Inggris saja sudah menyusun rencana rekruit
pemain, antara lain dengan pertimbangan kompetisi Liga Champions 2020-2021.
Pada
bulan Juli tersebut, Chelsea ada di urutan ke 3 Liga Premier Inggris yang masih
menyisakan beberapa laga. Jika klasemen
finis di urutan ketiga berarti peluang mereka berlaga di Liga Champion terbuka
lebar. Dan sebagai peserta Liga Champions tahun 2020-2021, maka hal tersebut kepada menjadi daya
tarik tersendiri / advantage bagi klub untuk menarik peman incaran mereka.
Strategi merekruit pemain bukan hanya mengamankan klasemen pada turnamen lokal serta pencapaian tertinggi di Liga champion tahun tersebut. Namun juga untuk dapat tembus Liga Champion tahun berikutnya. Agar bisa bersaing di level tertinggi adalah suatu keharusan untuk mendapatkan pemain dari level tertinggi pula. Berikutnya?
Uang
!
Ya, dengan mengikuti kompetisi bergengsi di level Liga Champion, selain membanggakan klub. Juga berarti peluang ‘ make money’.
Luar
biasa pentingnya berkompetisi di level
setinggi Liga Champions. Maka bisa dibayangkan
bagaimana signifikannya usaha perlawanan yang dilakukan oleh Manchester City,
ketika dijatuhi hukuman larangan tampil di kompetisi antar klub Eropa selama dua tahun terhitung
sejak Februari 2020. Hal tersebut terkait tuduhan bahwa Manchester City memanipulasi pendapatan
dari sponsor sejak tahun 2012-2016.
Padahal
dengan tampil di Liga Champions akan menambah pundi – pundi nominal. Baik dari
sponsor, hak siar maupun penjualan tiket, dll. Untunglah pada sidang banding di Pengadilan arbitrase olahraga (CAS) pada
Juni lalu, tuduhan terdebut dapat dipatahkan. Artinya, Manchaster City diizinkan
kembali bertanding di Liga kancah Eropa,
dalam hal ini Liga Chamipons . Jika tidak, maka pemain-pemain
terbaik mereka seperti Kevin De Bruyne, Gabriel Jesus menjadi incaran team
Eropa lainnya.
Pendapat sedikit berbeda disampaikan oleh manager Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer. Ia mengakui bahwa Liga Champions memiliki arti penting bagi klubnya. Namun MU tak bergabung dengan ajang tersebut untuk mendatangkan pemain top incarannya ke Old Trafford.
Tiap denger anthem Liga Champions langsung merinding.. 😆
BalasHapusSampai saat ini belum paham mengenai strategy dan peraturan bola. Yang seru dari permainan sepak pola adalah rebutan bolanya. Mengaduk aduk emosi
BalasHapus