Senin, 01 November 2021

Spice Island : Never Ending Story

Beberapa tahun silam. Bermula dari suatu artikel, mengenai destinasi wisata yang dimuat pada satu harian terkenal Ibukota Jakarta. Bertajuk “ Selalu Ada Alasan Untuk Kembali Ke Ambon.” Sungguh tulisan yang ‘mengganggu’ pikiran. 
Penuh penasaran, langsung mencari literatur yang mengupas segala hal tentang Ambon. Termasuk ternyata Ambon bagian dari Kepulauan Maluku. 

Dari berbagai referensi yang membahas mengenai Ambon, selalu disebutkan satu Nama. Yaitu Des Alwi. Sang Penulis “ Sejarah Maluku : Banda Naira, Ternate, Tidore dan Ambon” ( terbit tahun 2005 ), serta buku “Sejarah Banda Naira” (terbit tahun 2006 ). Terlepas dari kecenderungan keberpihakan sebgai seorang penulis sejarah. 
Di buku pertama setebal 622 halaman tersebut, dengan sangat antusias, Des Alwi berbicara panjang lebar mengenai sejarah kepulauan Maluku. Dimana pada masanya, tersohor sampai ke benua Eropa sebagai “Spice Island” . 

Terutama kepulauan Banda yang menjadi magnit Bagi bangsa Portugis, Inggris maupun belanda sejak tahun 1512. Sejarah panjang sampai sekitar 400 tahun kemudian.

Rempah-rempah, seperti Pala dan cengkah di satu sisi adalah berkah kekayaan alam yang luar biasa istimewa bagi masyarakat Banda, Ternate, Tidore maupun Ambon. Namun berubah jadi petaka, antara lain karena keserahan bangsa-bangsa asing tersebut untuk menguasai komoditi tersebut. Dst. dst. 

Sedangkan di buku kedua, sepanjang 387 halaman, Des Alwi mengungkapkan berbagai fakta mencengangkan mengenai sejarah kepulauan Banda. Seperti ternyata Banda telah menarik perhatian bangsa asing, dalam hal ini pedagang China sejak awal abad ke-X ! Jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa ( abad 15) di kepulauan tersebut. 
Inilah buku-buku sejarah pertama yang membuat saya tertarik mencari tahu tentang fakta sejarah masa lalu. Buku yang tidak pernah bosan untuk dibaca ulang kapanpun dan dimanapun. Selalu ada pemahaman kembali, perenungan dan analisa serta ketertarikan untuk mencari sumber-literatur lainnya. Walaupun terjadi di masa lalu namun terus terkait sampai berabad-abad setelahnya. 

Buku “ Sejarah Maluku : Banda Naira, Ternate, Tidore dan Ambon” dan “Sejarah Banda Naira” turut merubah pemahaman saya mengenai sejarah, bukan hanya untuk diketahui atau dihafalkan namun sebagai pembelajaran hidup dalam berbagai konteks, termasuk kaitannya dengan masa kini. Bukan suatu dikotomi, dilupakan atau diabadikan. Ternyata, lebih luas dari itu. Setidaknya dalam pemahaman awam saya…never ending story

Buku-buku yang mengawali saya semakin menghargai sejarah. Bukan sebatas sebagai situs, artefak, atas warisan sejarah namun lebih sebagai pesan masa lalu yang mesti dihargai, yang tidak menutup kemungkinan, sejarah yang berulang….. 

Sejak saat itu, setiap ada kesempatan, saya semakin  sering  mendatangi tempat-tempat bersejarah. selalu saja ada perenungan baru yang rasanya memperkaya pemahaman saya tentang berbagai sisi kehidupan. 

Bukan berarti kita hidup di masa lalu. Namun, bagaimanapun masa kini dan masa depan kita, diakui maupun tidak, ada space khusus tentang masa lalu di benak kita.

8 komentar:

  1. buku tentang sejarah memang punya magis tersendiri untuk dibaca, aku jadi ngileerr pengen baca juga itu banda naira

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setelah baca, beneran akan ndak sabar untuk cuzz ke Banda Naira. Asli !! Terimakasih ya kak sudah mampir...

      Hapus
  2. iya mba tuty cerita2 sejarah itu bener2 seharusnya bisa jadi pembelajaran dan bahan pertimbangan kan buat melangkah ke masa depan, saat itu punya SDA alam yg bagus dan berlimpah malah diakuisisi di jajah, mungkin karena saat itu pemerintahan blm stabil dan juga belum kuat, ya makanya sekarang pemerintahan harus kuat, stabil dan punya bargaining power sama negara2 lain supaya engga ditindas dan dirugikan terus, klo mau kerjasama ya harus simbiosis mutualisme dong, jangan merugikan sepihak apalagi malah jadi sengsara kan

    BalasHapus
  3. Saya Sangat suka dengan sejarah pulau Banda, ada banyak referensi sejarah terkait pulau ini, Pulau yang penuh kelimpahan akan sumber daya, sekaligus menjadi bencana, bayangkan saja, kita hidup aman disuatu tempat dengan sumber daya yang melimpah, namun tiba tiba orang asing datang dan merebutnya, sebagian penduduknya dibunuh dan sebagian lagi diasingkan ke pulau lain, hanya karena alasan ingin memonopili sumber daya alamnya, Sad but True

    BalasHapus
  4. Tahu ndak kak.... Setelah baca buku Banda Naira, saya langsung cari open trip dengan destination ke sana. Pengen banget, walaupun sanpai 4 kali gagal cuzz ke Ambon dst...

    BalasHapus
  5. Wowww....seru kayaknya ya setelah baca buku Sejarah Banda Naira abis itu langsung traveling ke sana...jadi gak sekadar jalan2 tapi menyaksikan sejarah secara langsung....moga2 someday kita bisa ke sana bareng ya teh...entar teteh yg jd guidenya..hahahaha

    BalasHapus
  6. sepakat, suka sama tema sejarah karena kayak ada isnting alami pengen tahu asal usul diri sendiri..hehe.
    Aki belum pernah baca 2 buku ini, tapi pernah nonton dokumenter di Netflix tentang Banda yang judulnya Banda: The Forgotten Trail..
    Keren banget dari segi alur penceritaan dan visualisasi..
    Bahkan di film dokumenter itu ada hal - hal menarik yang mungkin bisa mengubah sudut pandang kita terhadap rakyat yang terpaksa harus ikut menjajah Banda karena aturan wajib militer dari negaranya..
    Pilu pokoknya..

    Btw, nice sharing!

    BalasHapus
  7. Aku suka nih buku bertema sejarah gini, jadi, kalau kita berkunjung ke suatu tempat dan kita sudah tau sejarah tentang tempat tersebut, jadi berasa lebih merasuk ke jiwa gitu, seperti terlempar ke dalam ruang waktu gitu ya, Mbak...

    BalasHapus