Ini tentang Dini dan Doni ( Panggil mereka, seperti itu ya ).
‘Tanpa disengaja’ ( setidaknya dari pihak Dini ) mereka bertemu lagi 5
tahun kemudian. Hal ini memang perlu diberi tanda kutip. Dari Pihak Dini,
memang demikian adanya. Berbeda dengan Doni.
Perlu waktu 5 tahun untuk sanggup bertemu Dini lagi, secara langsung. Setelah
merasa siap, Doni merencanakan pertemuan yang seolah tidak disengaja tersebut. Kenapa ?
Karena dulu -pun sampai sekarang- Doni tidak bisa menerima alasan
penolakan Dini. Rasanya, begitu banyak kecocokan diantara mereka. Kebersamaan
yang bertahun-tahun tanpa pernah konflik. Selalu saling support dan tidak pernah ada perbedaan
yang sangat serius. Satu hal, yang paling membuat Doni yakin mereka ‘ditakdirkan’
berpasangan adalah beberapa kejadian, yang menurutnya
bukanlah sekedar kebetulan.
Di tahun pertama kedekatan mereka. Ada moment yang tidak pernah bisa dilupakan
oleh Doni. Ketika salah satu dari mereka berulang tahun. Mereka saling memberi
hadiah yang sama persis! Baik saat ulang tahun Dini maupun Doni. Kok bisa?
Sungguh surprise. Keduanya malah tidak tahu bahwa salah satu
diantara mereka, hari itu berulang tahun. Walaupun cukup dekat, ternyata mereka
sebelumnya tidak pernah menanyakan tanggal lahir. Kedua, tidak ada pembicaraan sebelumnya bahwa
hari itu mereka akan saling memberikan kado. Bagi Dini, ini hanya kebetulan. Dini
tidak tahu bahwa Doni bahagia sekali dan menganggapnya ‘suatu’ pertanda baik.
Pada tahun berikutnya. Ketika Doni berulang tahun, tapi Dini tetap tidak
ingat tanggal lahir Doni. Kebetulan. Ini betulan kebetulan ( sudahlah, kita anggap lagi ya seperti itu ). Mereka
bertemu di toko yang sama. Dini memang sekedar show window. Sedangkan
Doni memang sedang mencari suatu barang di toko tersebut.
Belum sempat Doni menyampaikan maksud kedatangannya ke toko tersebut. Tiba-tiba, Dini, menunjuk satu benda ( maaf
nih, Doni keberatan kalau saya di tulis benda apa yang dimaksud ) yang menurut
Dini sangat dibutuhkan Doni saat itu.
Setengah berlari, Doni membawa barang tersebut ke kasir dan meminta
izin untuk menukar dengan barang yang sudah dibeli sebelumnya. Ternyata,
sebelum Dini tiba di toko tersebut. Doni sudah membeli barang serupa yang
ditunjuk juga oleh Dini. Hanya sekarang, dia minta ganti dengan yang dipilih
oleh Dini.
Kening sang kasir sempat sedikit berkerut. Namun tersenyum. Ya iyalah,
barangnya sama persis. Tapi kok minta ditukar? Syukurlah, kasir yang pengertian
itupun mengabulkan permintaan Doni. Sepertinya so sweet ya. Jadi cukup
wajar kalau Doni berfikir, betapa cocoknya mereka. Walaupun Dini tidak
membelikan Doni hadiah ulang tahun. Baginya, perhatian Dini tersebut, sudah cukup menjadi kenangan ulang tahun yang paling berkesan.
Berbeda dengan Dini. Doni menganggap sederet kebetulan diantara mereka tersebut,
apalagi di momen ulang tahun adalah sebagai pertanda kecocokan. Hadiah ulang
tahun yang tidak terlupakan bagi Doni. Bahkan selama lima tahun tidak bersama,
benda-benda tersebut, hampir tidak pernah jauh dari Doni. Walaupun terlihat
sudah kusam dan tidak layak digunakan. Doni tidak pernah menghiraukan apa kata
orang. Bahkan, seorang teman yang merasa
‘kasihan’ membelikan barang yang baru, namun
Doni tidak bergeming, tanpa menyampaikan alasan dibalik semua itu.
Jadi 5 tahun kemudian, Doni sudah merasa sudah cukup kuat mental
untuk bertemu muka dengan Dini. Ia merencanakan sebaik mungkin agar pertemuan tersebut
terkesan kebetulan ( ah sayang, sekali lagi Doni meminta saya, untuk tidak menuliskan hal-hal yang dia rencanakan
secara rinci ). Ya, tanpa Dini sadari,
selama 5 tahun Doni yang belum move on terus ‘mengikuti’ aktifitas Dini.
Senantiasa berdoa, agar Dini yang sekarang, sudah bisa menerima dia.
Singkat cerita, ‘tanpa sengaja’ mereka akhirnya bertemu
kembali lagi. Doni berusaha keras menunjukan kepada Dini sebagai person yang
lebih baik tanpa mengungkit ‘penderitaan’ yang ditahannya selama 5 tahun. Sesuai rencana, pada moment ulang tahun, Doni mengajak
Dini ke toko yang pernah mereka kunjungi bersama bertahun silam itu.
Sesampainya di toko ‘kenangan’. Dengan berhati-hati, Doni menanyakan, apakah
Dini mengetahui alasannya mengajak ketoko tersebut. Seraya, menunjukkan jenis barang yang serupa
dengan waktu itu. Namun reaksi Dini sungguh mengecewakan Doni. Dengan ringannya
Dini mengatakan tidak tahu dan tidak ingat kalau itu moment ulang tahun Doni. Bahkan,
ketika Doni menceritakan ulang, Dini hanya bilang. Oh, ya ?
Sepertinya penyakit ngarep Doni udah kronis, Mba Tuty..hehe.
BalasHapusSemoga kedepannya Doni bs jadi pribadi yg lebih get real yah :)
Ya kak, walaupun sekarang doni sudah menikah, dia tetap berharap ada surprise dari Ani, di moments ulang tahunnya.
BalasHapus