Rabu, 24 November 2021

Something about Later ( are you Sure ? )

 

Sering kali kita mendengar kalimat pelipur lara seperti, tunggulah sampai tiba saatnya. Atau, diminta untuk menahan sabar lebih lama lagi, karena sekarang mungkin belum waktunya. Kalau bukan saat ini, lalu kapan?  Ya itu… nanti !

Siang itu,  (mantan) pasangan, curhat dalam waktu yang hampir bersamaan….

Ketika seorang teman menjadi sahabat.  Lalu karena semakin dekat lantas menyadari, bahwa merasa ‘sesuatu’ lebih dari sahabat. Rindu yang berbeda. Keinginan untuk kebersamaan yang lebih intens, dan seterusnya. Sampai di titik harapan; Apakah mungkin dapat bersatu menjadi pasangan hidup? Tidak , saat tidak mungkin. Kalau nanti ?... Yaa, nanti saja !

Walaupun dalam keseharian, tampaknya tidak ada kendala yang berarti bagi mereka. Begitulah yang orang lain lihat. Namun ada beberapa prinsip yang tidak dapat terjembatani.  Bahkan, hal-hal tersebut, telah disadari sejak awal hubungan. Pada diri masing-masing, tanpa penah membahasnya secara khusus.

Seperti biasa. Lebih tepatnya, di kondisikan seperti ‘biasa-biasa’ disepakati bahwa hubungan tersebut di suspend tanpa batas waktu.  Untuk mempertimbangkan ulang, apakah mereka akan lanjut terus dengan berbagai perbedaan prinsip atau lebih baik diakhiri daripada bermasalah dikemudian hari. Menyesal?

Tidak ! Karena, dalam perpisahan yang telah dipersiapkan ‘seindah mungkin’, sempat terlontar bahwa   kalaupun di muka bumi ini tidak berjodoh. Yang penting -semoga- dipersatukan di surga, nanti….   

Sebelumnya, dengan nada bercanda, lagi-lagi ‘disepakati’ bahwa akan mencari pasangan baru dengan prinsip yang sama. Jika ternyata, hubungan baru tersebut, kandas. Waktu suspend diakhiri / apapun kondisinya, hubungan yang terjeda tersebut, dilanjutkan.  Simple way?  Mungkinkah, akan seperti itu?  tunggu saja nanti !

Setelah sekian lama. Keragu-raguan mulai mendominasi pikiran salah satu pihak. Atas kemungkinan untuk menjalin kembali hubungan yang terjeda tersebut. Bukan karena ada pasangan baru atau belum. Bukan karena, rindu yang menipis. Bukan juga karena belum atau sudah menemukan jalan tengah atau titik terang menghadapi beberapa perbedaan prinsip. Bukan pula karena masalah komunikasi. Terus, bagaimana? Akan dijelaskan, tapi… Nanti dulu !

 Mungkin, merasa telah cukup ‘menawar waktu’. Pada satu kesempatan, salah satu pihak berinisiatif untuk menyampaikan keputusan pribadi. Bahwa sudah ikhlas mengakhiri hubungan mereka secara ‘permanen’. Sudah saatnya, menerima kenyataan. Menjalani jalan takdir masing-masing. Life must be go on !


Tanpa disangka, salah satu pihak mencoba bertahan. Alias  tidak bisa menerima hal tersebut.  Dengan gusar dan menunjukkan kekecewaan yang mendalam. Ia menolak keputusan sepihak tersebut,  karena  sangat yakin kalau sesungguhnya mereka berjodoh.  Walaupun perbedaan prinsip menjadi  aral melintang, memang sulit diabaikan. Nanti-nantinya, akan ada solusi untuk itu. Setengah putus asa, berucap,

“ Memangnya kamu siapa, bisa yakin kalau tidak mungkin berjodoh!”

“ Kamu akan jadi pasangan saya, lihat saja, nanti !”

 

3 komentar:

  1. Rumit kayaknya masalahnya yah, mba..
    semoga ada titik terang yg biin nyaman dua2nya :)

    BalasHapus
  2. Saya kenal mereka. Walaupun hubungan mereka on off dan rasanya, mustahil bersatu, tapi hebatnya mereka tetap saling mendukung, sampai saat ini.

    BalasHapus
  3. Semoga akhirnya pasangan ini bisa menemukan titik terang biar ada kejelasan...

    BalasHapus