Kamis, 11 November 2021

Mbak, dari Indonesia ?

 

Ada hal menarik, yang cukup menggelitik pada suatu kesempatan saat berkunjung ke satu negara di Timur Tengah. Bagaimana tidak,  sejak kami masuk restauran sampai selesai proses pembayaran. Salah  seorang karyawan di rumah makan tersebut tersenyum dengan sangat hangat dan ramah. Apakah salah satu dari kami, pernah bertemu dengannya? Dapat dipastikan, jawaban kami serupa : Belum pernah !

Saat hendak beranjak keluar untuk melanjutkan perjalanan. Karyawan tersebut masih dengan senyum hangatnya menghampiri kami. Menyapa dengan bahasa Indonesia yang cukup baik.

“Maaf, Mbak-mbak dari Indonesia ya? Bawa In**mi* gak ?”

Dengan mata yang berbinar dan tanpa menunggu jawaban kami, karyawan tersebut ( ah, kami lupa untuk berkenalan, menyebutkan nama) melanjutkan. Bahwa, dia sudah pernah ke Indonesia. Sebelum ke negara kita, ternyata dia sudah pernah makan mie tersebut. Sangat suka karena rasanya, menurut dia cukup enak.

Namun, dia tidak menyangka kalau mie dengan rasa dan merek yang sama, rasanya berbeda. Lebih enak yang ‘versi’ Indonesia. Jadi menurut dia, makanan yang rasanya paling mengesankan dan sulit dilupakan, ya In**mie* !!  Walaupun dia tidak menanyakan pendapat kami, rasanya kok kami sependapat ya.

Kemudian yang makin membuat dia berkesan adalah, apalagi saat makan mie di pinggir jalan bersama teman-temannya dan berkenalan dengan penikmat mie instant lainnya, ngobrol ngalor ngidul dengan akrabnya. Seolah bertemu teman lama atau sudah kenal lama. Kami hanya senyum-senyum mendengar, sebegitu nikmatnya kah?

“Gimana, mbak-mbak bawa mie itu ? Boleh saya beli? Jual lebih mahal juga boleh. Saya rindu makan In**mi* tapi tidak tahu kapan akan ke Indonesia lagi. Jangan kaget ya, memang setiap ketemu  turis dari Indonesia, saya sering tanyain ini. Saya denger, orang Indonesia kalau keluar negeri suka bawa mie istant.” Tetiba kami jadi kesulitan menjawab. Hanya tersenyum seraya menghibur dia semoga segera bisa ke Indonesia lagi dan makan mie istant tersebut sepuas-puasnya !!  Maaf ya, sebenarnya karena…

Sesampainya di hotel, tanpa di komando. Kami langsung menyeduh mie instant dengan cara seadanya. Ternyata, benar-benar nikmat!! Pada saat dia bercerita dengan penuh antusias,  pikiran kami beralih dari melanjutkan jalan-jalan menjadi lanjut makan mie istant. Sambil bercerita seru, pengalaman unik kami mengenai mie instant. Hari-hari selanjutnya, kami tidak tertarik lagi wisata kuliner. Walaupun banyak info bahwa, ini jenis bukan makanan yang recommded untuk dimakan jangka panjang. Namun bagaimana ya, pikiran kami sulit lepas dari si ‘kriting kuning’.

Ternyata comfort food atau makanan 'khas' kita tersebut menghangatkan relasi interpersonal secara universal ya. Membanggakan !!

 

4 komentar:

  1. Seharusnya pemilik Indomie baca tulisan ini, biar bikin warung Indomie disana dengan resep seleara Nusantaranya yg banyak pilihan itu :p
    Pasti banyak yg suka atau minimal terobati kerinduannya makan Indomie..hehe..

    Nice sharing!

    BalasHapus
  2. Bener banget mbak. Kayaknya kalau buka seperti kedai mie. Prospeknya bagus.

    BalasHapus
  3. waaahh ind*mi* emang legend yaa, tapi kenapa ya resepnya dibedakan antar negara hemm, bersyukur banget dong ya klo resep yang di Indonesia yang disuka dan jadi primadona hihi

    BalasHapus
  4. Memang indomie itu selera semua orang kayaknya ya, mbak

    BalasHapus