Saya takut dengan kesuksesan. Meraih kesuksesan
berarti selesai dengan urusan di bumi, seperti laba-laba jantan yang dibunuh
oleh betinanya setelah ia berhasil mengawininya. Saya menyukai kondisi
penyesuaian yang terus menerus, dengan sasaran di depan bukan di belakang.
By George Bernard shaw
Kita, sering kali dihadapkan pada pertaanyaan; baik oleh diri sendiri
atau orang lain. Apa sih tujuan hidup kita? Kemudian, pertanyaan berikutnya
adalah, apa usaha kita untuk mencapai tujuan? Bagaimana perencanaan sasaran jangka
pendek, antara, menengah atau sasaran jangka panjang? Seperti apa persiapannya?
Lalu, sudah sejauh mana progress tujuan kita tersebut? Apakah sudah
dipikirkan jika ada kendala dalam pencapaianya? Adakah sudah dipikirkan juga sasaran alternatif mencapai tujuan ? dst. dst…..
Jika pertanyaan – pertanyaan tersebut, tidak dapat dijawab dengan jelas atau
dengan jawaban yang terkesan tidak siap
bahkan tidak punya jawaban, maka tak ayal, kita cenderung terpojok. Merasa
tidak nyaman. Tidak sedikit yang merasa, tanpa detail tujuan hidup, maka hidup
kita selanjutnya akan sia – sia. Haruskah seperti itu?
Mengendalikan Bukan Dikendalikan Tujuan Hidup
Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk membenarkan atau tidak membenarkan
mereka yang mempunyai cara tersendiri dalam mengendalikan tujuan hidup. Namun
mari kita memahami bahwa ada sebagian kita yang mempunyai cara ‘tidak biasa’
dalam menentukan tujuan hidup.
Bahwa, menetapkan setiap langkah sasaran untuk mencapai tujuan adalah
hal baik. Namun jika pencapaiannya justru membuat kita merasa lelah bahkan
stress berkepanjangan karena terlalu focus pada satu tujuan yang kita tetapkan,
hingga melupakan hal – hal lain dalam keseharian. Bukankah hidup itu punya
dinamikanya? Bukankah kegagalan satu sasaran, bukan berarti tertutupnya pintu keberhasilan
secara keseluruhan? Bukankah hal tersebut membuka kesempatan kita menelaah lagi
sasaran yang telah ditetapan sebelumnya?
Hidup adalah proses menjadi, Suatu kombinasi
dari situasi yang harus kita lalui. Dimana orang gagal karena mereka berharap
dapat memilih suatu situasi tertentu dan terus begitu. Ini sama saja dengan
kematian.
By Anais Nin
Ketika kita menetapkan suatu tujuan ( untuk berbegai hal ), tidak jarang
kita terlalu asik menyusun langkah-langkah keberhasilan. Atau menganggap
kendala itu adalah ‘musuh’. Padahal sering kali dengan adanya kendala, kita
justru mendapat ide baru. Bahkan jika diperlukan kita mengoreksi dengan sasaran
baru yang justru lebih tepat. Dalam situasi ini, kita bukannya : kalah! Tapi
kita menuju kemenangan dengan cara lain ( tentunya dalam konteks positif ).
Jadi, tidak selalu ‘kegagalan’ identik dengan ‘kesalahan’ menetapkan
sasaran / tujuan. Bisa jadi dalam pelaksanaannya memang diperlukan revisi,
dengan akhir yang mungkin berbeda. Kita sampai di keseimbangan baru antara
rencana mencapai tujuan dengan tercapainya tujuan itu sendiri.
Ingatlah bahwa situasi hidup kita adalah akibat
alami dari sasaran yang kita buat atau yang terus kita buat. Jika kita (mesti)
mengubah suatu sasaran, kita harus mengubah pilihan (langkah) kita.
By Ric Giardina. Terj bebas.
SMART atau Smart ?
Dalam berbagai literatur, sasaran dipahami sebagai bagian untuk mencapai
tujuan. Sedangkan tujuan itu sendiri diatur oleh sasaran. Bagaimana dengan anda
sendiri?
Untuk ketepatan sasaran, kita diminta untuk SMART. Yaitu Spesifik,
Measurable (dapat
diukur), Achievable (dapat dicapai), Result
Oriented (berorientasi pada hasil) serta Time Based ( berbasis pada waktu ). Ini kaidah yang umum
kita tahu dengan segala penjelasannya.
Namun masih ada hal smart lainnya, agar tujuan
yang telah ditetapkan tidak menjadikan kita kehilangan sisi humanisnya, yaitu sejatinya
penetapan tujuan adalah suatu reward yang membahagiakan diri kita.
Agar kita mencapai SMART dengan smart, maka
pastikan bahwa dari mulai menyusun sasaran dengan rasa bahagia, tujuan yang
kita tetapkan adalah sesuatu yang menjadi minat kita. Sesekali, ada baiknya
kita tidak selalu ketat menetapkan langkah atau sasaran. Biarkan diri kita
berkembang dengan lebih menyerap kebaikan-kebaikan di kiri kanan kita.
in frame : Krisna
Kemudian, jika dalam perjalanan waktu mencapai
tujuan kita membuat keputusan yang keliru ( sepanjang tidak ada norma atau
hukum yang dilanggar ), tidak mengapa jika kita mesti mengambil jalan yang
memutar atau mempertimbangkan saran orang lain untuk merevisi sasaran kita.
Karena kita tidak sempurna, biarkan pengalaman hidup terus menyempurnakan perjalanan
hidup kita.
Ingatlah, bukan tidak
ada namun kesempatan sering datang tetapi terkadang secara diam-diam dan tidak
kita indahkan. Terlambat kita sdari dan menyesalinya dikemudian hari
Menjadi smart berikutnya adalah, walaupun
secara tertulis kita sudah memastikan segala aspek, jika ada ide tidak terduga,
jangan langsung kita anggap akan merusak rencana matang kita. Mungkin saja ide
baru tersebut sebagai alternatif yang dapat membantu kita. Atau ide tersebut dapat
kita gunakan untuk tujuan yang diperlukan pada kegiatan lain / berikutnya.
Siapa tahu?
Satu hal lagi agar kita tetap smart adalah,
jangan rendah diri jika tujuan yang kita tetapkan terkesan sederhana atau tidak
istimewa. Begitupun jika kita punya keterbatasan-keterbatasan dalam membuat
sasaran Namun ini adalah challenge untuk kita, memperkaya kehidupan dengan
memperluas wawasan / pengetahuan dan pengalaman ( pun dari orang lain ).
Aku sependapat juga dgn mba Tuti.. Menentukan tujuan alias tahu apa yg kita mau itu penting, tapi kalau terlalu bernafsu bahkan tanpa diselingi 'jeda', biasanya malah jadi ngga dapet2 apa yg diinginkan..hehe..
BalasHapusNice sharing as always :)
setelah bertahun-tahun, jalan tanpa tujuan yang pasti. akhirnya sekarang bisa dapetin juga apa tujuan kedepan. Hahaha... hidup ini emang penuh misteri yah, diumur segini baru bisa tau apa yang jadi tujuan hidupnya.
BalasHapusAhh terhibur banget baca tulisan teh tuty. Jujur aku tipikal orang yang masih bingung sama tujuan hidup. Kalau teh Tuty inget dulu pas kita ketemu, teh Tuty aja bilang aku msh belum jelas arah tujuannya. Sampe sekarang masih begitu. Awalnya pusing tapi lama2 aku enjoy jalanin hidup begini. Sesekali punya tujuan sederhana yang mungkin bagi orang biasa aja. Baca tulisan teh Tuty jadi bikin aku yakin kalau cara hidupku ini enggak salah, karena masing2 orang punya tujuannya masing2. Makasih teh buat pencerahannya.
BalasHapusTulisannya benar benar memberi insight, kita memang terkadang cukup smart tapi tidak benar benar SMART, Terima Kasih banyak Mba, untuk tulisan yang sangat manrik ini
BalasHapusAku pun juga begitu, punya tujuan dan uda mikirin step by stepnya gimana. Kalopun di pertengahan jalan gagal dan gak sesuai rencana, aku gak mau ngoyo. Aku mau menikmati hidup...dan bagi saya, menjadi biasa² saja asal tidak merugikan siapapun jg boleh² aja koq..yang penting kalo udah siap, susun lg planningnya dan take action untuk wujudin setiap mimpi atw goal yg dituju..
BalasHapusKadang kalo saya gagal, saya suka terlarut dalam kegagalan. Tapi semakin ke sini, saya sadar kalo tujuan gak tercapai ya nikmatin aja. Kadang kita sudah berencana tapi tetep aja Tuhan yang menentukana hehe.
BalasHapusSebenarnya aku sudah mulai mengenal apa itu tujuan semenjak beranjak remaja, tapi hanya sebatas tujuan jangka pendek. Masuk ke usia awal 20, justru sempat bingung sendiri "tujuan" sebenarnya dlm hidup itu apa, bahkan beberapa tahun kemudian masih bingung dan semakin bingung dengan tujuan hidup. Tapi semakin bertambah usia dan tanggung jawab, tujuan terasa semakin jelas, teh. Dan untuk mencapai tujuan itu, tentunya ga mudah. Tetap berusaha dan tawakal intinya yaa.
BalasHapusKok aku agak "ketampar" ya dengan artikel ini haha... Teh, aku tu kadang masih suka berubah loh Teh tujuannya. Tapi, ada tujuan utama sih, nah itu gak bisa diubah. Yang lebih sering berubah tu tujuan-tujuan yang bisa dibilang kecil tapi berpengaruh besar. Contoh, apa harus stay di Jakarta atau pulang ke kampung halaman di sana~ hmm
BalasHapusUntuk bisa menerima ide baru secepat yang mba Tuty sarankan di "smart", agak sulit. Saya termasuk yang detail oriented. Jadi kalau ada ide baru, rada panjang mikirnya. Mikirin efek2 detail ke belakangnya. Ini positif dan negatif. Positifnya, ya bisa berpikir lebih jauh. Negatifnya, ya jadi terkesan susah menerima ide baru
BalasHapusDulu kalau ngomongin tujuan² hidup itu sesuatu yang sangat besar. Tapi akhirnya sadar kalau itu semua sebuah proses yang terus dijalani. Jika tujuan tercapai, pasti kedepannya ada proses lain yang akan dijalani secara bertahap sampai pada batasan waktu tertentu. Jangan lupa untuk menikmati setiap perjalanan menuju tujuan tersebut
BalasHapusTulisannya bagus. Inspiring dan aku bisa coba terapin ke diriku yang sedang mewujudkan mimpi sederhana. Semoga bisa segera terwujud.
BalasHapusBener2 relate teh sama yang aku alami saat ini, ngerasa kalo kegagalan selalu jadi hal salah yang kita lakukan padahal sebenrnya kita sedang menuju kemenangan yang ditunggu yaa meskipun gak selalu sesuai sama ekspektasi kita
BalasHapusini catetan banget buat aku, sering banget aku bikin target yang super duper ambisius tapi merasa lelah sendiri atau jadi minder. bahkan ga bisa ngelakuinnya dengan maksimal. kuncinya ada di sini ya mba, aku bener2 harus nerapin SMART ini
BalasHapusTernyata penting menentukan tujuan. Kirain hidup mengikuti arus,asal tau milih saat jalan bercabang udah paling aman.
BalasHapusKadang aku tuh suka underestimate diriri sendiri gitu sama target atau tujuan yg aku buat. Padahal baru dilakukan upaya untuk bisa mencapainya.
BalasHapusMemang dasar diri ini maunya yg instan. Kadang suka gak percaya sama yang namanya proses. Metode SMART ini bisa banget ya bantu kita mencapai tujuan yg mau kita raih
Sebuah reminder perihal SMART yang smart, senangnya diingatkan di sini. Terima kasih,Teh
BalasHapusApalagi di bagian kesempatan sering datang tetapi terkadang secara diam-diam dan tidak kita indahkan. Terlambat kita sadari dan menyesalinya di kemudian hari. Hiks, aku banget ini.
Sebagai orang yang visioner, menentukan tujuan dalam hidup sebagai kewajiban. Bahkan, sebelum mulai tahun baru sudah ancang2 dan menulis hal-hal yang ingin diterapkan.
BalasHapusTahun kemarin udah dengar konsep SMART ini tapi belum mulai diterapkan, mungkin bisa mulai diterapkan nih buat tahun depan hehe.
Dalam sekali pemaknaan juga pemahamannya kak��⭐ salut!��
BalasHapusSaya sendiri memahami isi dari tulisan kakak tentang tujuan hidup adalah tentang keseimbangan. Ya, keseimbangan itu sendiri justru merupakan sebuah hal vital demi terjalinnya harmonisasi, apakah benar seperti itu kak..
Kita pun sebaiknya jeli menelaah kendala yang hadir dengan mampu memproses problem solving dengan logika pun kreativitas..
Lalu, fleksibiltas juga perlu dan penting ya kak. Suka sekali dengan smart dan SMARTnya..
Ada tentang guts, feeling, insting dan mendengarkan intuisi juga ya kak..wah lengkap, keren dan luar biasanya.
Tulisan kakak sungguh berisi dan bernas sekali kak..love it so so much, thanks a lot for sharing it����⭐��������
aku baru tau nih sistem SMART ini, biar bisa jadi guideline target2 hidup juga ya. Setuju banget harus bisa adaptif ya sama kondisi yang terjadi di lapangan jangan sampe malah terseok-seok, sisi humanis untuk personal kita nya juga jangan lupa, dan jangan merasa rendah diri, kadang pikiran rendah diri yaa yang bisa bikin kita down dan gagal
BalasHapusAku kadang suka menentukan mau ini dan itu, seperti halnya di awal tahun. Tapi pada kenyataannya kadang nggak sesuai rencana, ya dijalani aja karena nggak pernah tahu apa yang terjadi di tengah perjalanan menuju tujuan tersebut
BalasHapusWah aku terdampar dengan tulisan ini. Aku kadang suka terlalu fokus dengan tujuan, sampai kadang suka merasa abai dengan prosesnya. Padahal kan serunya di proses itu ya. Dan benar banget, akan menjadi suatu pertanyaan " Setelah kita sampai di tujuan, kita mau apa"
BalasHapusWow, tulisannya menampar sekali. Terutama yang SMART atau smart. Hmmm. Luar biasa sekali, ini memberikan pengingat tentang seberapapun pencapaian kita, kita tetap harus bersyukur dan tak boleh membandingkan dengan pencapaian orang lain. Jika membandingkan, otomatis kita akan merasa rendah diri dan kehilangan motivasi untuk mengambil langkah selanjutnya.
BalasHapusDulu pernah baca juga kalo bikin tujuan tuh ada konsepnya. Ternyata namanya SMART. Dari situ untuk mengolah tujuan jangka pendek, menengah, atau panjang jadi jelas. Jadi bukan yang ngawang2. Jujur masih ada sih beberapa tujuan aku yang masih ngawang2. Tapi beberapa tujuan sudah dibikin sedetail mungkin. Jadi untuk mencapainya sudah gak ngawang2 lagi. Terima kasih kka tuty artikelnya kereen
BalasHapusKeras keras boleh, tapi jangan terlalu keras pada diri sendiri. Kira-kira itu yang aku tangkap dari tulisan Teh Tuti. Nggak melulu fokus ke tujuan kemudian kecewa, alih-alih larut terlalu dalam pada kekecewaan, kita bisa melihat sekeliling kemudian bersyukur dan bahagia. Makasih Teh, tulisannya bagus sekali ��
BalasHapus