Sabtu, 08 Desember 2018

Hand's Ball....


Getah cakrawala meracik pesan terbisu
Tentang risau gerimis terkunci debu 
Jatuh kaku menembus kerak kemarau 
Seperti duka laut kehilangan biru 



Angin menyeret daun menjauhi ranting 
Kering belukar berpagut bara di penghujung 
Menikam sisa siang yang terpasung 
Seperti luka telaga kehilangan bening 




Perih badai terkelupas membakar kulit 
Mencari bulir keringat di tanah keriput 
Hingga titian pelangi tersihir sesat 
Seperti murung danau kehilangan kabut 

Semesta tercabik ruam bencana
 Cadas meradang raga menjentik jiwa
Mengerang tak sanggup menganulir dosa 
Seperti muram samudera kehilangan makna

Pada tangan tak berfikir dan kaki tak berhati
Terpuaskah anarki dengan menggadang alibi ?
Tersangkut derit keranda getas terakhiri
Seperti lara perigi kehilangan laras diri

Siapa?
Kita?

Jumat, 07 Desember 2018

Anulir

Aku memudarkan kita
Seiring kamu menggelapkan kita

Bukan waktu yang merontokkan kelopak
Tapi kita yang enggan menahan
Bukan waktu yang menggugurkan wangi
Tapi kita yang melupakan sapa

Aku tak memiliki kita
Setelah kamu meniadakan kita

Rabu, 05 Desember 2018

Penantian

Kita akan bertemu, sekali lagi 
Tersamar percik air serupa tirai 
Jangan pernah menawar rasa 
Saat mata hati bertukar kata 

Kita mungkin bertemu, sekali lagi 
Tersaru terpercik embun pagi 
Heningkan sejenak tanpa suara 
Sebelum waktu membatas raga 

Kita harus bertemu, sekali lagi 
Tersembunyi menghantar bias diri 
Tanpa jejak yang bercerita 
Menepis setiap jejas tanya 

Kita pasti bertemu, sekali lagi
Terendap di ambang percik diri 
Menikung selasar bertajuk kecewa
Jika terbelit kumparan sia sia

Minggu, 11 November 2018

Blunder(S)


Saat siasat mengumpan isyarat dengan taktik 
Muslihat terbelah di antara deret ukur dengan deret angka
Yang lugas mengindra aksara mati dengan tanda petik
Seperti menghalau pucuk pinus dengan akasia 

Aku...lengah!
Kamu lupa ingatan


Sua di antara desir bambu dari rimbun perdu 
Menukas gelagat terbuang dari kedip mata 
Yang piawai menggiring umpan silang dari ujung kuku 
Secermat mirat prasangka dari reka kata 

Kamu...lalai?
Aku hilang ingatan! 



Seruas rusuk riak masa lalu atau hari ini 
Melintang di antara tandang atau banding kesempatan 
Yang menjebak setiap paragraf atau spasi 
Sepiawai pilihan menyerang atau bertahan 

Aku...khilaf!
Kamu pecah ingatan? 


Sasaran jitu menggelandang untuk menghindar 
Mengganti tanda baca klasemen untuk menghilang
Yang berlarut tak terbukti untuk diri menyasar 
Sudutkan jeda waktu sengaja untuk terhadang 
Kamu...alpa?
Aku mengubur ingatan! 



Rabu, 07 November 2018

Jentera cinta

Cinta terbius khayal semata 
Bersiaplah terhempas duka 
Terpuruk menatap serpihan cinta 

Cinta meninggi andai kata 
Sanggupkah memindai nyata?
Terantuk kepingan hati tak bermata 

Duka menghalang cinta 
Sejatinya cinta kan teruji 
Sehatikah kita? 

Jenuh memangkas cinta 
Saling silang melempar tanya
Berpalingkah menjauh?

Adakah cinta tanpa luka 
Apakah luka lantas memutus cinta?

Katakan padaku hakekat cintamu

Rabu, 17 Oktober 2018

My Hero


Terimakasih Ayah
Senyummu adalah pengantar indah tidurku 
Walau gurat lelahmu tak terkira 
Dari hari ke hari 

Tak Akan kulupakan, Ayah 
Dekapanmu redakan gundahku 
Kau tepis letih tiada tertara 
Dari musim ke musim 

Maafkan aku, Ayah 
Kerap kuacuhkan khawatirmu 
Di naif hitam putihnya dunia 
Dari masa ke masa

Ingatkan aku, Ayah 
Laki-laki kecilmu ini akan membanggakanmu 
Demi ikhtiar dan doamu tak tersia sia 
Dari waktu ke waktu 

Biar terjaga dalam ingatku, Ayah 
Jika kelak berat beban hidupku 
Akan kuputar kenangan terbahagia kita 
Dari A sampai Z

Sabtu, 13 Oktober 2018

Panah Senja


Senja tak akan mengurung usia
Pada jiwa yang menghidupkan hari
Menghadirkan esok menjemput asa


Walau kering ranting tergerus usia
Tak hendak pamit melepas senja sendiri
Merapatkan harapan di ujung mata


Saat busur senja memanah usia
Adalah titian waktu sejenak menepi
Bukan pengakhiran dini sebelum waktunya

Senin, 08 Oktober 2018

Rayakan Sekali Lagi


Untuk perbedaan yang lusuh diperdebatkan
Karena putihku menjelma hitam di kicaumu


Untuk harapan yang samar dinyatakan
Sebab kepak kita menukik jauh berliku


Untuk tarian di angkasa yang melesatkan
Walaupun hasrat terkunci kata merancau


Untuk teduh pandang sayap kenangan
Andai sesaat ini dipastikan surut berlalu


Untuk kebersamaan tak dipertahankan
Jika terandaikan dipaksa kaku membiru 


Untuk esok hari yang luruh terhapuskan
Setelah terkurungnya aku jauh darimu



Kamis, 04 Oktober 2018

Off Side

Bukan peluh malam, tapi keringat siang yang menyamarkan kita
Berparut gores serpihan karang andai kata
Berharap kering angin alihkan persembunyian fakta
Berpacu degup ombak yang melabuhkan satu rasa ke tengah samudera
Ah, betapa tak berpihaknya masa





Di balik kabut pagi, tautan risau terbujur
Dapatkah mengendapkan khilaf yang terbakar?
Dipagutkah lagi, mata hati yang tersulur?
Di kedamaian palung hati, akankah digelandang menggangsir atau terusir? 
Ah, sang waktu  jangan dulu berakhir 



  Keluhkan pada deru awan yang membuka terawang
Kilatan sarunya menggandakan sejuta halang
Karena kisruh yang bersahutan rawan meradang
Ketika hasrat membuncah mesti terhadang
Ah, pahitnya mengenang kenang 



Jauh menjauh kini tersimpul dekat mendekat
Jika ikatan terdahulu berurai runtutan penat
Jangan hamburkan janji usang yang berlarut
Jika jejak hari ke hari kian lusuh memberat
Ah, mengapa sulit menuntut

Mungkin akan ada yang terusik pergi
Meski bukan sekedar sekarang atau nanti
Mengakhiri segera sebelum sempat memulai   
maka malampun setengah gugup mengembalikan siang hari
Ah, betapa sulitkah dimengerti



Purna Senja tak akan sanggup mengelabui cakrawala
Patutkah menitip satu kisah terjeda?
Pergilah sejenak, sebelum tanya menebar bencana
Pamit yang bukan melapaskan tapi demi sementara
Ah, bilakah tiba saatnya....



Rabu, 03 Oktober 2018

Crossing noted

Jangan salahkan jarak dan waktu
Saat kenyamanan berpagut ragu
     Pada jarak yang samar tertuju
     Pada waktu yang enggan menunggu 

Jangan sudutkan ruang atau situasi
Saat tautan sekedar pengisi hari
      Pada ruang yang disenyapkan sepi
      Pada situasi sulit di luar kendali 

Jangan singkirkan ikhtiar dari ikrar
Saat titian liat berlumpur
      Pada ikhtiar yang tiada berpijar
      Pada ikrar yang getas dianulir 

Jangan sumirkan nyata dengan khayal
Saat kebersamaan bertaruh sesal
      Pada kenyataan bermata artifisial
       Pada khayal yang riskan terpenggal 



Minggu, 09 September 2018

Moment of Wining

Ketenangan berputik kemenangan
Saat keterbatasan ditundukkan 
Keterbatasan berbunga kemenangan
Ketika kesempatan diperjuangkan

Kesempatan berbuah kemenangan
Walau kemampuan disangsikan 

Kemampuan mencederai kemenangan
Jika keangkuhan ditinggikan 

Keangkuhan menodai kemenangan
Andai keunggulan dipamrihkan 

Keunggulan mencoreng kemenangan
Apabila kejujuran ditanggalkan 

Sabtu, 25 Agustus 2018

Tahun Kedua (III)




Waham bermedia maaf itu bertajuk tuntutan
Yang jungkir balik mengatur nafas kehidupan
Dengan mengulik alur diafragma penyesalan
Sebab asas pembenaran terikat dikendalikan
          Mempersalahkan aku, dia

Citra bermuatan maaf adalah aib sempurna
Di setiap ruas pengakuan yang kaku tertata
Maklumat tanya tak bermata hati tanpa kata
Terpilihkan semua tiada satu bebas tersisa
        Mempermalukan aku, dia

Lebam kelabu otak disesaki residu maaf
Pemurnian yang tersumbat prahara khilaf
Tersandung objektif terkepung naif subjektif
Terpasung di pantas ambang angka atau huruf
         Menafikkan aku, dia

Saat sang pengubur jati diri pergi berlalu
Umpatan pecundang terhapus dari daftar menu
Seraya memunguti harga diri yang terbalut debu
Tertatih diri menggaris batas dengan masa lalu
           Menadirkan aku, dia

Sang pelumat jati diri tak mungkin kembali
Mesiu penatpun liar berhamburan unjuk diri
Tapi jejaknya kukuh tertinggal tak mau pergi
Tetap hadir di setiap sudut hati mengunci hari
              Dia, menjadikan aku, dia

Selasa, 14 Agustus 2018

45

Rasakan hangat yang sesekali
Tanpa diidentifikasi sebagai ada
Merentang senyum di ambang bebas


Resapi dalam bingkai imitasi
Tanpa identitas dinyatakan terbuka
Merentas sesaat di hantaran batas



Redakan tarik ulur imajinasi
Tanpa ikhtisar terlarut masa
Merintangi perisai diri terlepas



Rehatkan bisik yang datang lalu pergi
Tanpa meruap usang panca indra
Bagai merintis kandas di ceruk lawas

Beda

Bilahkah  di antara nyata
Dilepaskan atau dilupakan?
Jika  kemarin masih di hari ini
dan esok kembali menjadi kemarin


Katanya angin terhadang berpusara
Lalu alih menyerah saat berpandangan
Entah sebab membeku atau memuai
Hingga tercekik di mata dan pikiran


Tersengajakah rintik yang terbawa?
Berandai menahan atau membiarkan
Dimanakah kata akan dimulai
Jika guratan ini berkabut impian

Minggu, 29 Juli 2018

Risalah Biru

Katakan pada angkasa biru
Yang mengendus saru di awan berarak
Bahwa melumpurkan waktu sebagai perisai
Adalah sekawanan sia-sia 


Nyatakan pada samudra biru
Yang melengguhkan riak ombak
Bahwa melumutkan peristiwa dengan alibi
Adalah kesesatan hilangnya asa 


Bisikkan pada biduk yang membiru
Jangan lagi melumuri kasak kusuk
Saat terpenjara risalah terpungkiri
Karena persinggahan itu nyata adanya

Minggu, 22 Juli 2018

Tahun Kedua (II)

Bukan dia tapi aku
Yang melangkahi khayal selaksa nyata
Setelah muak diri di gelanggang sungkan
      Dia, hadirkan musim semi satu-satunya














Bukan aku tapi kau
Yang alpa menakar ikrar kita
Seakan deretan tahun adalah pentas santun
     Kau, hambarkan hidupku paruh kedua
 












Bukan kau atau dia, tapi aku
Yang pucat berpanggung parau bersuara
Senyapkan sukma berkabut luka tanya
   Aku, terpasung hampa demi kepatutan




















Bukan, itu bukan aku
Yang megah tertata adi prima
Sampirkan laku sempurna menapaki menara
Demi kau, dia atau kalian
     Tapi bukan demi aku, aku siapa?


Kamis, 19 Juli 2018

Dua Titik

Tapakmu nadirkan arahku
Terhenti, sungkan seribu kata

Jejakmu rintangi heningku
Tersedak, enggan bertemu mata

Langkahmu sesakkan jalanku
Tertunda tanya, hampa suara

Jejas diri menata titian semu
Terdiam di dua titik, lengah bersama

Saat kananku tertukar kirimu
Titisan berkabung, itulah ragu kita

Pic by Hans KF 

Undangan Terbuka

Datanglah pada kenduri kekalahanku
Demi seringai senyum tanpa ambang sadar
Lupakan sebab yang merampas ingatku 
Meranggaskan akalku di titik nadir 


Aku mengunyah luka batin sepanjang jalan
Setelah carut marut terjerembab kegagalan
Yang bersekutu menutup pintu kebangkitan
Terpelintirku di jauhi dan terpinggirkan 


Jadi, jangan silangkan jari di dahimu
Atribut sinis pada jiwa kehilangan jati diri 
Walaupun nyata dan khayal bias merancu
Siapa tahu sebentar lagi kalian juga alami ini

Kamis, 28 Juni 2018

Dan Aku....

Dengan mata, 
Aku paruhkan nuansa hijau ke biru
Seraya memutar angin ke arah timur
Pada cakrawala yang siap meraba malam

Tertekuk ujung mata
Saat awan putih menolak bersalut kelabu
Singgahkan rona hitam di tiap helai nyiur
Menukil lazuardi sebelum langit terpejam

Dan mataku tergesa
Menjemput kias di riak perak abu-abu
Siapakan bersandar? Siapkah tersadar?
Katakan padanya jangan terdiam kara
m

Anakku...

Andaikan patah tulang rusukku
Didera pekat tuntutan kehidupan
Bukan alasanku terseret menyerah
Tarikan nafas ini membarakan langkah
Menundukkan hati


Kalaupun terkelupas legam kulitku
Dihajar terik mentari tak berampun
Jangan mengira aku memilih kalah
Bercak keringatku memerah darah
Melanjutkan hari


Jika kelak waktu menghentikanku
Aku bukan pecundang yang pantas dilupakan
Tantangan jagat mengikis ragaku yang rapuh
Kutitipkan semangat hidup walau tertatih
Teguhlah dirimu setiap hari

Minggu, 24 Juni 2018

Bayang - bayang

Aku berkejaran dengan bayangan hari
Di setiap pagi yang tersembunyi dariku
Seperti catatan yang belum usai
Serinai senandung menitip ragu


Aku menghitam putihkan bayangan asa
Di setiap siang hingga merentang malam
Nikmatnya berkabut di kelana fana
Niskala abu-abu memenggal titik kelam


Aku pernah tersihir bayangan kelabu
Di setiap lilitan yang telah kau senyapkan
Bisik jiwaku tersangkut masa lalu
Bilur sesak satu per satu terleraikan


Aku berpaling menghindar bayangan diri
Di setiap larik yang menggaris kenangan
Sulitnya mencacah rangkaian alibi
Sesukar menukar mimpi dengan kenyataan

With All My Respect

Kita langka bersatu hari
Tapi kita tetap bersatu hati
      Saat solusi belum beranak panah
      Dukunganmu cairkan lahar masalah 


Kita jarang bertemu mata
Tapi kita saling bertemu dalam berdoa
        Walau tanpa mengumbar kata
        Senyummu menguraikan simpul duka


Kita sulit mendekat diri
Tapi kita terus mendekat dalam intuisi
         Dalam suka dan duka tak berisyarat
         Hadirmu tanpa rentang bersyarat


Sahabat adalah fajar yang mencerahkan
Tak pernah membela kesalahanku
Sahabat seperti senja yang menenangkan
       Tak pernah meragukan kebenaranku
       Terimakasih, sahabat.....


@new version

Sabtu, 09 Juni 2018

Terikat di Sini

Aku terhimpit ceruk masa
Menghitung menit sebagai detik
Menggurah malam dengan seksama
Sepanjang jantungku masih berdetak


Aku mendekap satu tersisa
Menikung arah kadung tersesat
Menyasar percik di ujung mata
Seakan sengaja kaku terjerat 


Aku terpaksa menjauh rasa
Mengingat nista terlanjur menanduk
Menampik risau berpusara nyata
Sulit melangkah tanpa tertunduk


Aku merepih sejuta tanya
Menghalau masgul beriring penat
Masihkah relung waktu mendua?
Sampirkan diri,  di sini terikat

Minggu, 20 Mei 2018

Many thanks

Rangkaian huruf menjadi kalimat atau kata 
Bagaimana aku bisa? 


Deretan angka terhubung sebagai hitungan
Bagaimana aku mampu?
 


Goresan garis dan lengkung mencipta karya
Bagaimana aku suka?
 


Nada dan lirik terasa indah kudendangkan
Bagaimana aku sanggup? 
 

Ah, bukan bagaimana aku
Tapi Bagaimana seharusnya berterimakasih
kepada mereka yang aku panggil sebagai...
Bapak dan Ibu guru 


Thanks to all my teacher
Thank you for the theme :
#kubbu_pusaka

Menatap Senja

Di kehangatan senjakala
Aku pantang mengakhiri ikhtiar
     Selama tulang ini bertiang semangat
     Walau remuk redam didera lelah 

Saat senja menggandakan sisa tenaga
Aku jangkarkan tekad tanpa gentar
     Sepanjang panca indra bersalur niat  
     Penghujung hari bukan alasan menyerah

Senja tidak menjanjikan kesempatan kedua
Aku pancangkan daya upaya dengan tegar 
       Seutuh denyut nafasku di tiap sudut
       Bukan bersandar mimpi antah berantah

Minggu, 13 Mei 2018

Tackling #1


Terkelupas di lingkar terluar belukar takhta 
Terpasung eksistensi di siklus adi titah
Pada ranting yang kehilangan hijau daun
Pada akar yang ditinggalkan merah tanah

Menawar fakta sebagai mala petaka


Bersimpang silang tersekat di rimba kuasa
Berseteru di pusaran alibi saling berbantah
Pada tunas yang terpangkas pembaharuan
Pada kuncup yang terpungkas sisa langkah

Menampik nyata di balik luput bersiaga


Argumentasi keropos di belantara wibawa
Apkirlah kharisma diri tanpa tersanggah
Pada dahan yang terhapus kesempatan
Pada batang yang terhempas patah

Menukar saksi waktu dengan purna jasa


Saat lurus bersandar tapi lengah waspada
Siapkah terpental ditahbiskan sebagai kalah?
Pada putik yang luluh di terpa angin
Pada pucuk yang luruh berguguran
 
Menggurat hitam putih di depan mata
Menggugat kenyataan berpeluh tanya
  
  Lalu?

Senin, 23 April 2018

Sesat

Pada mata yang menakar alpa
Pelangi adalah guratan kabut
Patahkan irisan senja
Pudarlah kejora terpahit 


   Pada mata yang menuang luka
Pekatnya mengalir riak sesaat
Piciknya merana tak terasa
Paruhkan jiwa tanpa isyarat


Pada mata yang meramu riba
Piawai laku mengusung sesat
Pemantik janji penuh cidera
Poroskan gelagat penuh khianat

Tks to :
#kubbu_pusaka

At the End


Dulu..
Bermain-main, sudah biasa
Mempermainkan, sangat terbiasa


Kemarin..
Kebiasaanmu, tak berjeda
Permainanmu, tanpa pancaroba


Tadi..
Kelanamu, menekuk semua musim
Kembaramu,  menutup sekian senyum


Sesaat lagi..
Banggamu lenyap tenggelam
Terteguk bisa mereka yang mendendam


Thanks to
#kubbu_pusaka

Mollucas Note

Pulang adalah titian arahku kembali
Mengukur jalanku suatu saat nanti


Binar laut menyambut dengan tangan terbuka
Mengiringi tarian ombak yang menakar nuansa


Langit biru menyapa ramah berukir awan putih
Tunaikan janji sehangat senyum kekasih


Pulang adalah persinggahanku sementara
Jejak jiwaku terlanjur tertinggal di sana

Jumat, 20 April 2018

One way


Diakah kunci perlintasan harimu?
Bertaut maya berlarut semu
Bertaruh waktu hingga tahun ke lima
Dan ingatmu berkarat tentangnya


Persinggahan istimewa raya di raya
Khayalmu berpesta demi mengingatnya
Di tanggal yang seolah abadi
Pada tahun yang seakan terhenti


Setia kau tunggu
Dia di sana bukan di sini, kau tahu itu!
Terus kau nanti
Walau kau tahu, dia tak mungkin kembali..


Thanks to
#kubbu_pusaka

Cari Aku?!


Dengan senyum aku memilih tersesat
Membungkam sinar di setiap selasar
Bebaskan derai tawa sesuka hati
Lalu terseret di batas akhir ingatku


Lengah jiwa berulang menyasarku
Biar saja terlanjur lepas kendali
Membingkai temaram di ujung selasar
Dan aku terus menari dalam geliat pekat


Thanks to
#kubbu_pusaka

Menjaring Matahari


Simpul jaring ditandaskan angin
Menebar liukan dipermainkan hampa
Terseling bilur asa atas nama bumi
     Katanya, jangan dulu menyerah
     Semoga besok, masih ada Matahari


Mata jaring lirih terkoyak impian
Pekat lumpur melumuri satu dua tanya
Harap ini belum berakar menakar diri
     Katanya, jangan cepat menyerah
     Yakinlah lusa, masih ada Matahari 


Koyak jaring menebar ulang kesempatan
Walau kerap terhempas menatap niscaya
Susah sungguh menegakkan kaki
      Katanya, jangan pernah menyerah
      Selama masih bisa menjaring Matahari


@inspiring ide from omhans

Senin, 02 April 2018

Mata Senja


Datanglah padaku saat senja
Nikmati langit jingga tanpa menatapku
Sekali lagi, seperti hari kemarin


Jangan mencariku di batas cakrawala
Walau hangatku merasuk matamu
Karena kita dihantar niscaya


Temui aku tanpa sepenggal kata
Resapi kidung senja yang tersaji untukmu
Sesaat saja, sebelum jadi kenangan


Jangan melirikku dengan lukisan mega
Walau desir angin merapatkan sukma
Karena antara kita hanyalah ada yang tiada


Sabtu, 24 Maret 2018

Injury Time


Luas waktumu untukku, bersaat-saat adanya
Ruas waktuku untukmu, sesaat seada-adanya
         Lentera itu akan meredup
         Entah ditutupi atau tertutup 

         Tinggal ujung detik tersisa.....

Berpeluh darahmu, tanpa keluh untukku
Berkeluh engganku, berpeluh untukmu
          Lembaran itu akan memucat
          Entah dilewatkan atau terlewat

          Berpisahnya fana dari semesta....
    
Sandaran kasihmu, untukku tak terbatas
Tersinggah kasihku, untukmu kian berbatas
           Lintasan itu akan membisu
           Entah dibekukan atau membeku

          Tanggal akhir detak tertera....

Maafmu tak berpintu, tanpa jendela
Senyumku terkunci, permakluman terpaksa
          Lingkaran itu akan memudar
          Entah disingkirkan atau tersingkir

          Berkalangnya jiwa dari raga....

Sampai di titik nadirmu tetap demi aku
Titik balikku nyatanya bukan untukmu
           Lembayung itu akan undur diri
           Entah diakhiri atau terakhiri

Rabu, 07 Maret 2018

Hidupkan Hidup


Telah aku usangkan hari kemarin
Sebab bersiap menaklukan hari ini
Atas nama mereka di balik punggungku


Menjaga tekad diantara ketidakpastian
Peluh keringat bukan sumbatan energi
Untuk mereka di bilik tanggung jawabku


Wara wiri terpanggang debu jalanan
Menghidupkan asa sepanjang hari
Demi mereka tetap hidup bersamaku

Kopi Kita

Mata kita berdansa
Di tepian secangkir
kopi
Aroma penyambung rasa
Di keheningan, jari kita menari


Kopi kita tersaji tanpa diseduh
Bersaksi bisu terbukanya sekat
Meredam lirih saling sentuh
Alihkan hari mengurai penat


Saat kopi kita hilang ingatan
Pahitnya raib tiada tersisa
Ampaskan secawan kenangan
Lalu
kopi kita tinggal cerita

Years Ago


Ingatkah mata yang menatap lugu?
Teriring senyum menggemaskan itu?
Jika ingatmu sibuk menyaru
Aku tak akan mengharu biru


Lupakah ikhtiar kita?
Tentang terpisah sementara?
Jika tertampik kini semuanya
Biarpun tertatih aku tetap terjaga


Tak terekamkah celoteh ceria?
Yang terlanjur hadir diantara kita?
Jika terus kau ingkari hadirnya
Inikah samsaraku tiada terduga

Bukan karena


Kalian tak mengenal aku
Seperti  kalian tak mengenal sesama kalian
Seperti aku yang tidak mengenal siapa aku

Mungkin kalian bagian dari mimpiku
Mungkin aku bagian dari mimpi kalian

Aku bersama kalian tanpa aku
Kalian bersama aku tanpa kalian

Mungkin awal kalian menjadi akhirku
Mungkin akhirku menjadi awal kalian

Kalian semakin asing denganku
Seperti asingnya di antara kalian karena aku
Seperti terasingnya aku karena kalian

Sabtu, 03 Maret 2018

Setengah Hati


Akulah debu yang tersisihkan
Sepenggal haru biru terpungkiri

Akulah rasa yang tertepikan
Semisal kisah kasih teringkari

Akulah usang yang tersingkirkan
Seumpama remuk redam terakhiri

Akulah catatan yang terpinggirkan
Selaksa pucat paci tersudahi

Akulah jiwa yang terlupakan
Serasa mati suri sunyi sepi sendiri

Minggu, 11 Februari 2018

Boomerang (2)

Panca indramu retak berkabung
Prahara pagi riuh menanduk petang
Parau malam liar menampar siang
Pahitnya rasa terkuliti, kering kerontang 

     Pergi, jangan mendekat!!
     Aib ini pantang berpanggung
     Aku tak peduli terpasung

 
Parade swargamu tercerai burai
Pentas mahligai usai terlalu dini
Pariwara waktu mendadak terhenti
Pada nelangsa naif tak terhindari

     Awas, jangan mendekat!!
     Angkuh ini rentan menggerus diri
     Aku kehilangan makna sejati

Pasak jiwamu tersangkut murka
Perisai diri terpedaya angkara
Prasangka menahun terpasung fakta
Prosesi picik meranggas sia-sia

       Ingat, jangan pernah mendekat!!
       Anarkis ini rawan menoda raga
       Aku, Kamu dan Dia

      
      
      
      
       
       
       
    

Jumat, 02 Februari 2018

KALA

Gagu bermata
Bungkam mencandu

Gagu bertelinga
Sengau sendawamu

Gagu bersuara
Pahit mengacau

Gagu bersama
Sepi membiru

Tks to :
#kubbu_pusaka

Masih Ada?!

Di keropos sisa otakku
Liar kesumat berseteru
Liat seolah tiada bernyawa
Terpanggang khilaf tertipu mata

Berkarat rongga ususku
Setelah menikung hati memujamu
Asupan gizi terburuk jiwa dan raga
Sampai mati pecandu dusta

@tks to:
#kubbu_pusaka

Senin, 22 Januari 2018

Di Antara Mata

Kilat matamu menakar sangsi
Tentang kita berpagut alibi
Menampik nyata berbalik nista
Tawarkan senyum terbias rekayasa

Matamu senyapkan kata
Senyummu alihkan fakta
Lalu kita kehilangan diri
Menikmati hasrat tak bertepi

Di antara mata ada hati
     Adakah cukup berhati-hati?

Di antara mata ada rasa
     Akankah tetap bermain rasa?

@original idea by Hans KF

Masa ke Masa

Aku menutup celah masa lalu
Demi merentas asa baru

Aku mengunci beranda masa kelabu
Tegar melangkah arah tertuju

Aku melepas harapan semu
Masai berurai masa menunggu 

Aku sudahi masa berdebu 
Berpagu pasang surut diriku

Jika aral merintang masa kiniku
Tekad memuncak hentikan ragu

Mundur selangkah untuk lari berpacu
Di keriuhan masa menguji waktu

Warna warni masa akan menyertaku
Dimanakah berujung? aku tak akan tahu

Life Like Sewing

Karena hidup membawa harapan
Aku menggenggam mimpi tanpa bias asa

Berlembar noda kutepis jauh
Merajut waktu menghitung hari

Aral zig zag merenda kehidupan
Cerah warna kukaitkan dengan indah

Karena kehidupan kadang tak berpola
Jika mesti berulang tak akan hilang senyumku

Looks



Biruku mantera pembuka damai
Bukan jamuan pengakhir mata

Hijauku lirik peneduh sejati
Halangi terik surya menerpa

Putihku kidung penampik sunyi
Penanda riak semesta fana

Rasakan dalam ingatmu
Ingatlah tentang ketidakabadian
     Namun warna tetap berjejak

Desirkan dalam khayalmu
Berkhayalah latentang kemungkinan
     Walau warna tandas berjajak