Sabtu, 08 Desember 2018
Hand's Ball....
Jumat, 07 Desember 2018
Anulir
Aku memudarkan kita
Seiring kamu menggelapkan kita
Bukan waktu yang merontokkan kelopak
Tapi kita yang enggan menahan
Bukan waktu yang menggugurkan wangi
Tapi kita yang melupakan sapa
Aku tak memiliki kita
Setelah kamu meniadakan kita
Rabu, 05 Desember 2018
Penantian
Minggu, 11 November 2018
Blunder(S)
Yang lugas mengindra aksara mati dengan tanda petik
Seperti menghalau pucuk pinus dengan akasia
Aku...lengah!
Kamu lupa ingatan?
Kamu...lalai?
Aku hilang ingatan!
Aku...khilaf!
Kamu pecah ingatan?
Yang berlarut tak terbukti untuk diri menyasar
Rabu, 07 November 2018
Jentera cinta
Bersiaplah terhempas duka
Terpuruk menatap serpihan cinta
Sanggupkah memindai nyata?
Terantuk kepingan hati tak bermata
Sejatinya cinta kan teruji
Sehatikah kita?
Saling silang melempar tanya
Berpalingkah menjauh?
Apakah luka lantas memutus cinta?
Rabu, 17 Oktober 2018
My Hero
Sabtu, 13 Oktober 2018
Panah Senja
Tak hendak pamit melepas senja sendiri
Merapatkan harapan di ujung mata
Adalah titian waktu sejenak menepi
Bukan pengakhiran dini sebelum waktunya
Senin, 08 Oktober 2018
Rayakan Sekali Lagi
Karena putihku menjelma hitam di kicaumu
Sebab kepak kita menukik jauh berliku
Walaupun hasrat terkunci kata merancau
Andai sesaat ini dipastikan surut berlalu
Jika terandaikan dipaksa kaku membiru
Setelah terkurungnya aku jauh darimu
Kamis, 04 Oktober 2018
Off Side
Rabu, 03 Oktober 2018
Crossing noted
Saat kenyamanan berpagut ragu
Pada jarak yang samar tertuju
Pada waktu yang enggan menunggu
Saat tautan sekedar pengisi hari
Pada ruang yang disenyapkan sepi
Pada situasi sulit di luar kendali
Saat titian liat berlumpur
Pada ikhtiar yang tiada berpijar
Pada ikrar yang getas dianulir
Saat kebersamaan bertaruh sesal
Pada kenyataan bermata artifisial
Pada khayal yang riskan terpenggal
Minggu, 09 September 2018
Moment of Wining
Saat keterbatasan ditundukkan
Ketika kesempatan diperjuangkan
Walau kemampuan disangsikan
Jika keangkuhan ditinggikan
Andai keunggulan dipamrihkan
Apabila kejujuran ditanggalkan
Sabtu, 25 Agustus 2018
Tahun Kedua (III)
Waham bermedia maaf itu bertajuk tuntutan
Yang jungkir balik mengatur nafas kehidupan
Dengan mengulik alur diafragma penyesalan
Sebab asas pembenaran terikat dikendalikan
Mempersalahkan aku, dia
Di setiap ruas pengakuan yang kaku tertata
Maklumat tanya tak bermata hati tanpa kata
Terpilihkan semua tiada satu bebas tersisa
Mempermalukan aku, dia
Pemurnian yang tersumbat prahara khilaf
Tersandung objektif terkepung naif subjektif
Terpasung di pantas ambang angka atau huruf
Menafikkan aku, dia
Umpatan pecundang terhapus dari daftar menu
Seraya memunguti harga diri yang terbalut debu
Tertatih diri menggaris batas dengan masa lalu
Menadirkan aku, dia
Selasa, 14 Agustus 2018
45
Tanpa diidentifikasi sebagai ada
Tanpa identitas dinyatakan terbuka
Merentas sesaat di hantaran batas
Tanpa ikhtisar terlarut masa
Merintangi perisai diri terlepas
Tanpa meruap usang panca indra
Bagai merintis kandas di ceruk lawas
Beda
Dilepaskan atau dilupakan?
dan esok kembali menjadi kemarin
Lalu alih menyerah saat berpandangan
Entah sebab membeku atau memuai
Hingga tercekik di mata dan pikiran
Berandai menahan atau membiarkan
Dimanakah kata akan dimulai
Jika guratan ini berkabut impian
Minggu, 29 Juli 2018
Risalah Biru
Yang mengendus saru di awan berarak
Bahwa melumpurkan waktu sebagai perisai
Adalah sekawanan sia-sia
Yang melengguhkan riak ombak
Bahwa melumutkan peristiwa dengan alibi
Adalah kesesatan hilangnya asa
Jangan lagi melumuri kasak kusuk
Saat terpenjara risalah terpungkiri
Karena persinggahan itu nyata adanya
Minggu, 22 Juli 2018
Tahun Kedua (II)
Yang melangkahi khayal selaksa nyata
Setelah muak diri di gelanggang sungkan
Dia, hadirkan musim semi satu-satunya
Bukan aku tapi kau
Yang alpa menakar ikrar kita
Seakan deretan tahun adalah pentas santun
Kau, hambarkan hidupku paruh kedua
Bukan kau atau dia, tapi aku
Yang pucat berpanggung parau bersuara
Senyapkan sukma berkabut luka tanya
Aku, terpasung hampa demi kepatutan
Bukan, itu bukan aku
Yang megah tertata adi prima
Sampirkan laku sempurna menapaki menara
Demi kau, dia atau kalian
Tapi bukan demi aku, aku siapa?
Kamis, 19 Juli 2018
Dua Titik
Terhenti, sungkan seribu kata
Tersedak, enggan bertemu mata
Tertunda tanya, hampa suara
Terdiam di dua titik, lengah bersama
Titisan berkabung, itulah ragu kita
Undangan Terbuka
Demi seringai senyum tanpa ambang sadar
Setelah carut marut terjerembab kegagalan
Yang bersekutu menutup pintu kebangkitan
Terpelintirku di jauhi dan terpinggirkan
Atribut sinis pada jiwa kehilangan jati diri
Siapa tahu sebentar lagi kalian juga alami ini
Kamis, 28 Juni 2018
Dan Aku....
Aku paruhkan nuansa hijau ke biru
Seraya memutar angin ke arah timur
Pada cakrawala yang siap meraba malam
Saat awan putih menolak bersalut kelabu
Singgahkan rona hitam di tiap helai nyiur
Menukil lazuardi sebelum langit terpejam
Menjemput kias di riak perak abu-abu
Siapakan bersandar? Siapkah tersadar?
Katakan padanya jangan terdiam karam
Anakku...
Didera pekat tuntutan kehidupan
Bukan alasanku terseret menyerah
Tarikan nafas ini membarakan langkah
Menundukkan hati
Dihajar terik mentari tak berampun
Jangan mengira aku memilih kalah
Bercak keringatku memerah darah
Melanjutkan hari
Aku bukan pecundang yang pantas dilupakan
Tantangan jagat mengikis ragaku yang rapuh
Kutitipkan semangat hidup walau tertatih
Teguhlah dirimu setiap hari
Minggu, 24 Juni 2018
Bayang - bayang
Di setiap pagi yang tersembunyi dariku
Seperti catatan yang belum usai
Serinai senandung menitip ragu
Di setiap siang hingga merentang malam
Nikmatnya berkabut di kelana fana
Niskala abu-abu memenggal titik kelam
Di setiap lilitan yang telah kau senyapkan
Bisik jiwaku tersangkut masa lalu
Bilur sesak satu per satu terleraikan
Di setiap larik yang menggaris kenangan
Sulitnya mencacah rangkaian alibi
Sesukar menukar mimpi dengan kenyataan
With All My Respect
Tapi kita tetap bersatu hati
Dukunganmu cairkan lahar masalah
Tapi kita saling bertemu dalam berdoa
Senyummu menguraikan simpul duka
Tapi kita terus mendekat dalam intuisi
Dalam suka dan duka tak berisyarat
Hadirmu tanpa rentang bersyarat
Tak pernah membela kesalahanku
Tak pernah meragukan kebenaranku
Sabtu, 09 Juni 2018
Terikat di Sini
Menghitung menit sebagai detik
Menggurah malam dengan seksama
Sepanjang jantungku masih berdetak
Menikung arah kadung tersesat
Menyasar percik di ujung mata
Seakan sengaja kaku terjerat
Mengingat nista terlanjur menanduk
Menampik risau berpusara nyata
Sulit melangkah tanpa tertunduk
Menghalau masgul beriring penat
Masihkah relung waktu mendua?
Sampirkan diri, di sini terikat
Minggu, 20 Mei 2018
Many thanks
Bagaimana aku mampu?
Goresan garis dan lengkung mencipta karya
Bagaimana aku suka?
Nada dan lirik terasa indah kudendangkan
Bagaimana aku sanggup?
Ah, bukan bagaimana aku
Tapi Bagaimana seharusnya berterimakasih
kepada mereka yang aku panggil sebagai...
Bapak dan Ibu guru
Thank you for the theme :
#kubbu_pusaka
Menatap Senja
Aku pantang mengakhiri ikhtiar
Selama tulang ini bertiang semangat
Walau remuk redam didera lelah
Aku jangkarkan tekad tanpa gentar
Sepanjang panca indra bersalur niat
Penghujung hari bukan alasan menyerah
Aku pancangkan daya upaya dengan tegar
Seutuh denyut nafasku di tiap sudut
Bukan bersandar mimpi antah berantah
Minggu, 13 Mei 2018
Tackling #1
Pada ranting yang kehilangan hijau daun
Pada akar yang ditinggalkan merah tanah
Menawar fakta sebagai mala petaka
Berseteru di pusaran alibi saling berbantah
Pada tunas yang terpangkas pembaharuan
Pada kuncup yang terpungkas sisa langkah
Menampik nyata di balik luput bersiaga
Argumentasi keropos di belantara wibawa
Apkirlah kharisma diri tanpa tersanggah
Pada dahan yang terhapus kesempatan
Pada batang yang terhempas patah
Menukar saksi waktu dengan purna jasa
Pada pucuk yang luruh berguguran
Senin, 23 April 2018
Sesat
Pelangi adalah guratan kabut
Patahkan irisan senja
Pudarlah kejora terpahit
Pekatnya mengalir riak sesaat
Piciknya merana tak terasa
Paruhkan jiwa tanpa isyarat
Piawai laku mengusung sesat
Pemantik janji penuh cidera
Poroskan gelagat penuh khianat
#kubbu_pusaka
At the End
Bermain-main, sudah biasa
Mempermainkan, sangat terbiasa
Kebiasaanmu, tak berjeda
Permainanmu, tanpa pancaroba
Kelanamu, menekuk semua musim
Kembaramu, menutup sekian senyum
Banggamu lenyap tenggelam
Terteguk bisa mereka yang mendendam
#kubbu_pusaka
Mollucas Note
Mengukur jalanku suatu saat nanti
Mengiringi tarian ombak yang menakar nuansa
Tunaikan janji sehangat senyum kekasih
Jejak jiwaku terlanjur tertinggal di sana
Jumat, 20 April 2018
One way
Diakah kunci perlintasan harimu?
Bertaut maya berlarut semu
Bertaruh waktu hingga tahun ke lima
Dan ingatmu berkarat tentangnya
Khayalmu berpesta demi mengingatnya
Di tanggal yang seolah abadi
Pada tahun yang seakan terhenti
Dia di sana bukan di sini, kau tahu itu!
Walau kau tahu, dia tak mungkin kembali..
#kubbu_pusaka
Cari Aku?!
Dengan senyum aku memilih tersesat
Membungkam sinar di setiap selasar
Bebaskan derai tawa sesuka hati
Lalu terseret di batas akhir ingatku
Biar saja terlanjur lepas kendali
Membingkai temaram di ujung selasar
Dan aku terus menari dalam geliat pekat
#kubbu_pusaka
Menjaring Matahari
Simpul jaring ditandaskan angin
Menebar liukan dipermainkan hampa
Terseling bilur asa atas nama bumi
Katanya, jangan dulu menyerah
Semoga besok, masih ada Matahari
Pekat lumpur melumuri satu dua tanya
Harap ini belum berakar menakar diri
Katanya, jangan cepat menyerah
Yakinlah lusa, masih ada Matahari
Walau kerap terhempas menatap niscaya
Susah sungguh menegakkan kaki
Katanya, jangan pernah menyerah
Selama masih bisa menjaring Matahari
Senin, 02 April 2018
Mata Senja
Datanglah padaku saat senja
Nikmati langit jingga tanpa menatapku
Sekali lagi, seperti hari kemarin
Walau hangatku merasuk matamu
Karena kita dihantar niscaya
Resapi kidung senja yang tersaji untukmu
Sesaat saja, sebelum jadi kenangan
Walau desir angin merapatkan sukma
Karena antara kita hanyalah ada yang tiada
Sabtu, 24 Maret 2018
Injury Time
Luas waktumu untukku, bersaat-saat adanya
Ruas waktuku untukmu, sesaat seada-adanya
Lentera itu akan meredup
Entah ditutupi atau tertutup
Berkeluh engganku, berpeluh untukmu
Lembaran itu akan memucat
Entah dilewatkan atau terlewat
Sandaran kasihmu, untukku tak terbatas
Tersinggah kasihku, untukmu kian berbatas
Lintasan itu akan membisu
Entah dibekukan atau membeku
Senyumku terkunci, permakluman terpaksa
Lingkaran itu akan memudar
Entah disingkirkan atau tersingkir
Titik balikku nyatanya bukan untukmu
Lembayung itu akan undur diri
Entah diakhiri atau terakhiri
Rabu, 07 Maret 2018
Hidupkan Hidup
Sebab bersiap menaklukan hari ini
Atas nama mereka di balik punggungku
Peluh keringat bukan sumbatan energi
Untuk mereka di bilik tanggung jawabku
Menghidupkan asa sepanjang hari
Demi mereka tetap hidup bersamaku
Kopi Kita
Di tepian secangkir kopi
Aroma penyambung rasa
Di keheningan, jari kita menari
Bersaksi bisu terbukanya sekat
Meredam lirih saling sentuh
Alihkan hari mengurai penat
Pahitnya raib tiada tersisa
Ampaskan secawan kenangan
Lalu kopi kita tinggal cerita
Years Ago
Ingatkah mata yang menatap lugu?
Teriring senyum menggemaskan itu?
Jika ingatmu sibuk menyaru
Aku tak akan mengharu biru
Tentang terpisah sementara?
Jika tertampik kini semuanya
Biarpun tertatih aku tetap terjaga
Yang terlanjur hadir diantara kita?
Jika terus kau ingkari hadirnya
Inikah samsaraku tiada terduga
Bukan karena
Kalian tak mengenal aku
Seperti kalian tak mengenal sesama kalian
Seperti aku yang tidak mengenal siapa aku
Mungkin kalian bagian dari mimpiku
Mungkin aku bagian dari mimpi kalian
Aku bersama kalian tanpa aku
Kalian bersama aku tanpa kalian
Mungkin awal kalian menjadi akhirku
Mungkin akhirku menjadi awal kalian
Kalian semakin asing denganku
Seperti asingnya di antara kalian karena aku
Seperti terasingnya aku karena kalian
Sabtu, 03 Maret 2018
Setengah Hati
Akulah debu yang tersisihkan
Sepenggal haru biru terpungkiri
Akulah rasa yang tertepikan
Semisal kisah kasih teringkari
Akulah usang yang tersingkirkan
Seumpama remuk redam terakhiri
Akulah catatan yang terpinggirkan
Selaksa pucat paci tersudahi
Akulah jiwa yang terlupakan
Serasa mati suri sunyi sepi sendiri
Minggu, 11 Februari 2018
Boomerang (2)
Prahara pagi riuh menanduk petang
Parau malam liar menampar siang
Pahitnya rasa terkuliti, kering kerontang
Aib ini pantang berpanggung
Aku tak peduli terpasung
Parade swargamu tercerai burai
Pentas mahligai usai terlalu dini
Pariwara waktu mendadak terhenti
Pada nelangsa naif tak terhindari
Angkuh ini rentan menggerus diri
Aku kehilangan makna sejati
Perisai diri terpedaya angkara
Prasangka menahun terpasung fakta
Prosesi picik meranggas sia-sia
Anarkis ini rawan menoda raga
Aku, Kamu dan Dia
Jumat, 02 Februari 2018
KALA
Gagu bermata
Bungkam mencandu
Gagu bertelinga
Sengau sendawamu
Gagu bersuara
Pahit mengacau
Gagu bersama
Sepi membiru
Tks to :
#kubbu_pusaka
Masih Ada?!
Di keropos sisa otakku
Liar kesumat berseteru
Liat seolah tiada bernyawa
Terpanggang khilaf tertipu mata
Berkarat rongga ususku
Setelah menikung hati memujamu
Asupan gizi terburuk jiwa dan raga
Sampai mati pecandu dusta
@tks to:
#kubbu_pusaka
Senin, 22 Januari 2018
Di Antara Mata
Tentang kita berpagut alibi
Menampik nyata berbalik nista
Tawarkan senyum terbias rekayasa
Matamu senyapkan kata
Senyummu alihkan fakta
Lalu kita kehilangan diri
Menikmati hasrat tak bertepi
Di antara mata ada hati
Adakah cukup berhati-hati?
Di antara mata ada rasa
Akankah tetap bermain rasa?
@original idea by Hans KF
Masa ke Masa
Demi merentas asa baru
Aku mengunci beranda masa kelabu
Tegar melangkah arah tertuju
Aku melepas harapan semu
Masai berurai masa menunggu
Aku sudahi masa berdebu
Berpagu pasang surut diriku
Jika aral merintang masa kiniku
Tekad memuncak hentikan ragu
Mundur selangkah untuk lari berpacu
Di keriuhan masa menguji waktu
Warna warni masa akan menyertaku
Dimanakah berujung? aku tak akan tahu
Life Like Sewing
Aku menggenggam mimpi tanpa bias asa
Berlembar noda kutepis jauh
Merajut waktu menghitung hari
Aral zig zag merenda kehidupan
Cerah warna kukaitkan dengan indah
Karena kehidupan kadang tak berpola
Jika mesti berulang tak akan hilang senyumku
Looks
Biruku mantera pembuka damai
Bukan jamuan pengakhir mata
Hijauku lirik peneduh sejati
Halangi terik surya menerpa
Putihku kidung penampik sunyi
Penanda riak semesta fana
Rasakan dalam ingatmu
Ingatlah tentang ketidakabadian
Namun warna tetap berjejak
Desirkan dalam khayalmu
Berkhayalah latentang kemungkinan
Walau warna tandas berjajak