Bukan peluh malam, tapi keringat siang yang menyamarkan kita
Berparut gores serpihan karang andai kata
Berharap kering angin alihkan persembunyian fakta
Berpacu degup ombak yang melabuhkan satu rasa ke tengah samudera
Ah, betapa tak berpihaknya masa
Di balik kabut pagi, tautan risau terbujur
Dapatkah mengendapkan khilaf yang terbakar?
Dipagutkah lagi, mata hati yang tersulur?
Di kedamaian palung hati, akankah digelandang menggangsir atau terusir?
Ah, sang waktu jangan dulu berakhir
Keluhkan pada deru awan yang membuka terawang
Kilatan sarunya menggandakan sejuta halang
Karena kisruh yang bersahutan rawan meradang
Ketika hasrat membuncah mesti terhadang
Ah, pahitnya mengenang kenang
Jauh menjauh kini tersimpul dekat mendekat
Jika ikatan terdahulu berurai runtutan penat
Jangan hamburkan janji usang yang berlarut
Jika jejak hari ke hari kian lusuh memberat
Ah, mengapa sulit menuntut
Mungkin akan ada yang terusik pergi
Meski bukan sekedar sekarang atau nanti
Mengakhiri segera sebelum sempat memulai
maka malampun setengah gugup mengembalikan siang hari
Ah, betapa sulitkah dimengerti
Purna Senja tak akan sanggup mengelabui cakrawala
Patutkah menitip satu kisah terjeda?
Pergilah sejenak, sebelum tanya menebar bencana
Pamit yang bukan melapaskan tapi demi sementara
Ah, bilakah tiba saatnya....
Kak Tuty aku gagal fokus sama foto-foto cantiknya .
BalasHapusBukan salah waktu yah , Kak . Karena waktu menyesal datang , aku mencoba mengingat pentingnya alasan yang melandasi setiap keputusan.
Terima kasih buat jalinan kata-kata indahnya, Kak Tuty .
Terimakasih Kak Muti...
HapusIya Kak, agar keputusan tersebut tidak jadi penyesalan di kemudian hari.
Lagi-lagi ada kosakata yang jarang dipakai, "menggangsir". Puisi kak Tuty selalu luar biasa dan menakjubkan.
BalasHapusTerimakasih Bang Taumy...
HapusKosa kata kita, ketika dipasang kan dengan kata-kata lain kadang punya makna yang jauh mendalam....
Sampai sekarang masih susah memahami puisi, tapi saya suka diksinya yang beragam dan jarang dipakai
BalasHapusTerimakasih Mas Iqbal, walaupun puisi saya seperti itu, tapi tetap mampir di blog saya.
HapusFotonya cakep-cakep. Tapi tampilannya terlalu kecil, kalau diatur lebih besar lagi pasti lebih cakep deh... :D
BalasHapusTerimakasih Kak Ocit masukkan nya. Saya masih banyak PR nih untuk nge blog...
HapusAh, bilakah tiba saatnya?
BalasHapusWalau seperti ini adanya
Inginku manfaatkan sebaik-baiknya
Walau pedih pada akhirnya
Asik ...Ada tambahan bait .
HapusTerimakasih Kak Harisca
Duhh aku suka iri sama org yg bisa bikin puisi hhe, keren bgt puisinya ka
BalasHapusTerimakasih Kak Mut. Yang keren tuh mereka yang jadi inspirasi saya untuk menulis puisi
HapusWaktu cepat berlalu, oleh karena itu manfaatkan waktu dengan hal-hal yang bermanfaat. Mungkin seperti itu saya menginterpretasikan bait satu dan bait dua puisi Mbak Tuty.
BalasHapusTerimakasih untuk interpretasinya mas ris. Positive thinking
HapusDuh, puisi teh tuty makin keren pisan dengan gambar² kece..
BalasHapusJadinya bisa memvisualisasikan puisi tersebut. Keren teh!
Haturnuhun bang den
HapusBermula dari view Gunung Api Banda yang dari sisi manapun menggoda imajinasi saya..
Foto-foto dan kata-katanya cocok kak. Ada tertulis, mengenang kenang. Apakah terinspirasi dr judul novelnya mas Ari? Hehe
BalasHapusAtuh poenteun, saya kurang mengikuti dunia novel... next time mungkin saya coba baca novel.. Makasih ya untuk pertanyaan nya
HapusSpecless.. Perpaduan kata dan keindahan panorama.. Inginku sejenak terhenti dalam waktu untuk menikmati lebih lama..
BalasHapusMakasih Mbak..
Sayapun sampai gosong seperti hantu laut mengagumi panorama gunung api banda...hehehe.
HapusKak, setiap baca puisinya, malah lebih lama aku mengamati gambar-gambarnya. Gagal fokus juga ini
BalasHapusSepertinya kak airin 'memahami' perjuangan saya mendapatkan gambar2 tersebut. Memang saya Framing di benak untuk tema puisi tertentu
HapusKu gagal fokus sama foto-fotonya. Warna awan yang berubah dari terang kegelap, seperti menggambarkan hati yang kian retak. Eaaa
BalasHapusKeren banget Kak Kal interpretasinya. Sebenarnya beberapa foto 'kecelakaan' kamera saya kepanasan berjam2 di laut sehingga langit yg terik banget, jadinya malah gelap.... dan saya malah suka, karena lebih artistik
HapusLuar biasa diksinya menghanyutkan banget. Fotonya juga kok gradasi warnanya bisa keren banget gitu ya. Semuanya bercerita.
BalasHapusTerimakasih Kak Maya. Alamnya memang luar biasa indah...
HapusTeh tuty.. Aku sampe takut berkomentar. Takut ngga cocok komentarnya dg kata2 indah yg teh tuty buat....
BalasHapusFoto dan kalimat indahnya bagaikan musik jazz dengan dansa.. Nyatu :)
Haturnuhun Atuh kak .
HapusYuks ah trip bareng. Saya pengen bisa nulis yang mencerahkan seperti tulisan kak kartini selama ini....
Mbak Tuty gambarnya bagus banget, sesuai dengan puisinya yang keren. Aku suka kalimat "Pamit yang bukan melepaskan tapi demi sementara".
BalasHapusMasyaallah Kak Antin maluku memang indah banget...
HapusTerimakasih untuk kutipannya... itu based on true story. Sebagai empati saya terhadap pasangan yang sulit bersatu...
GUA GAGAL FOKUS SAMA GAMBARNYAAA>> ANJAAYY FOTO TEH TUTY KEREENN BAAAT... AKu minta buat quotes yaaa PUISINYAA
BalasHapusSilahkan Bandul
HapusHaturnuhun untuk apresiasinya
Kata kata dan fotonya keren saling melengkapi.Aku menangkapnya seperti suatu anganangan tak terpenuhi.
BalasHapusTerimakasih Kak
HapusIya tentang angan yang kok sulit terwujud
Puisinya bagus, fotonya bagus juga. Wah, paket lengkap :)
BalasHapusJadi malu, terimakasih kak eka
HapusDiksinya Kak Tuty kaya banget ya :) Aku selalu menikmati setiap rangkaian katanya.
BalasHapusFoto-fotonya juga cantik banget, Kak.
Kalau di komentari KakLis yang multi talenta..gimana gitu.. Makasih ya
HapusPamit yang bukan melepaskan tapi demi sementara
BalasHapusDiksi yang menyayat hati berhias foto cantik dengan indahnya senja membuat aku galau membacanya
hem..jadi pengen buat puisi yang ndak bikin Kak Yun galau....
HapusAku paling suka bait terakhir..tapi semua bait dalam puisi ini keren banget sih, ditambah foto-foto yang cakep juga. Maestro nih, Kak Tuty..
BalasHapusHaturnuhun Mbak Dewi
HapusDuh aku suka banget kata2 ini
BalasHapusMungkin akan ada yang terusik pergi
Meski bukan sekedar sekarang atau nanti
Mengakhiri segera sebelum sempat memulai
Maka malampun setengah gugup mengembalikan siang hari
Foto2nya kayaknya damaaii banget sambil duduk dipinggiran laut.
Mbak tuty selalu juara diksinyaa..
Terimakasih mbak..
HapusYuk mbak Len, jalan-jalan ke laut bareng saya.
Tapi sia-siap gosong ya, karena untuk dapat efek dramatis foto-foto tersebut sebagian besar diambil antara jam 11-13 siang. Mantap banget diterpa terik matahari di tengah laut.
Lebih merhatiin fotonya dibandingkan dengan puisinya nih
BalasHapusTerimakasih Kak,
HapusLanscapenya memang sudah bercerita banget
sehingga ketika ditungankan dalam media tulisan terasa lebih mudah...
Pamit yang bukan melepaskan
BalasHapusAku baper plisss.. Mbak ajarin aku bikin yang deep gini, aku kalau bikin apa2 terlalu receh, semua tersurat. Pengen bikin yang tersirat kaya gini, yang setiap org bs membayangkan hal yang beda2
Kak titiii.. Saya lebih suka baca puisi diri mu Atuh yang lugas, smart dan menggelitik imajinasi
BalasHapus