Bukan dia tapi aku
Yang melangkahi khayal selaksa nyata
Setelah muak diri di gelanggang sungkan
Dia, hadirkan musim semi satu-satunya
Yang melangkahi khayal selaksa nyata
Setelah muak diri di gelanggang sungkan
Dia, hadirkan musim semi satu-satunya
Bukan aku tapi kau
Yang alpa menakar ikrar kita
Seakan deretan tahun adalah pentas santun
Kau, hambarkan hidupku paruh kedua
Bukan kau atau dia, tapi aku
Yang pucat berpanggung parau bersuara
Senyapkan sukma berkabut luka tanya
Aku, terpasung hampa demi kepatutan
Bukan, itu bukan aku
Yang megah tertata adi prima
Sampirkan laku sempurna menapaki menara
Demi kau, dia atau kalian
Tapi bukan demi aku, aku siapa?
Selalu kagum sama puisi2 mbak Tuty..
BalasHapusSampai sekarang saya masih belum bisa menulis puisi dengan diksi yang menggugah..
Terimakasih Bang Den. Aseli saya malah salut membaca tulisan Bang Den yang lugas dan asik di baca...
BalasHapusAku tuh nggak terlalu paham tentang puisi tapi selalu suka sama puisi Mbak Tuty, apalagi bait pertama di puisi ini.
BalasHapusHai Kak Antin, terimakasih ya sudah mampir.
BalasHapusKak Tuty, aku kok berasa ditampar2 yah sama puisi ini. Kaya pengen bilang, Hey, i'm not a jar of nutela, i can't please everyone , no more... .Hehehehe... Keep being You yah, Kak .
BalasHapusDan saya berasa PR bersambung. Client saya yang satu ini..masih up down dari trauma panjangnya. Terimakasih untuk empatinya Kak Muti.
BalasHapusSemoga tokoh Aku dalam puisi ini selalu berlimpah berkah. #ApaSih
BalasHapusClient saya ini secara ekonomi dan sosial sudah di level 'tertinggi',dan cukup religius. Menjadi panutan di setiap lingkungan dia berada. Tanpa orang sadari termasuk orang tua dan istrinya, selama bertahun- tahun dia merasa tidak mengenal dirinya, kejayaan dan kemakmuran untuk nama baik keluarga.
HapusKok sedih ya bacanya. Puisi Kak Tuti memang sarat makna. Rangkaian katanya (diksi) juga jarang terdengar.
BalasHapusYang megah tertata adi prima. Adi prima ( yang utama)
Ya Kak Reno, Saya nahan sedih saat membantu dia mengurai trauma mendalam yang puluhan tahun disimpan sendiri, demi membahagiakan orang - orang terdekatnya.
HapusKalau yang di bait kedua sepertinya hidupnya monoton dan membosankan. Dari luar, terlihat baik tapi tidak demikian kenyataannya.
BalasHapusYa Mas Ris, bait kedua tentang 20 tahun kehidupan pernikahan client saya yang sepertinya harmonis tapi dirasakan sebagai kehampaan jilid kedua.
HapusMaknanya daleemm. Jadi berkata sama diri sendiri, apa selama ini sudah melakukan hal yan ingin ku lakukan, atau malah selama ini hanya melakukan apa yang orang lain ingin aku lakukan. Nah, kan.
BalasHapusYa Kak Mae, itulah yang selama puluhan tahun dirasakan oleh client saya.
HapusPuisinya bagus! Aku selalu suka sama puisi, tapi suka males kalo puisinya lebay. Puisi kakak jauh dari kata itu dan akupun suka. lanjutkan kakak, aku tunggu yang selanjutnya
BalasHapusTerimakasih kak Amelia. Saya tuh pengen bisa nulis artikel asik seperti tulisan kakak
Hapus..eh jadinya tetap aja bikin puisi...
Puisi mbak tuty emang selalu bisa bikin hati terenyuh renyuh.. Aku tunggu puisi puisi lainnya :3
BalasHapusHai Mbak Kartini, terimakasih ya sudah mampir. Kisah client saya yang ini, menjadi inspirasi saya menulis beberapa puisi, dan sepertinya masih akan bersambung...
Hapusmasih belum nyampai nih otak nya kalau membaca puisi. dibuat mengawang-ngawang dan berimajinasi membacanya
BalasHapusAtuh poenteun, saya berusaha menangkap hal yang mengganggu pikiran client saya selama ini lalu dialihkan dalam media puisi. Terimakasih Kak Fajar komentar nya.
HapusPuisinya indah Mba Tuty.
BalasHapusRasanya sakit membaca ini. Ada luka dari tokoh aku. Luka karena dikhianati kah?
Iya Kak, client saya ini terlihat sempurna di luar. Karier bagus, keluarga harmonis, terpandang secara sosial. Tapi ternyata dia sama sekali tidak bahagia. Semua yang dilakukan hanya untuk menyenangkan orangtua, anak istri dan lingkungan sosial. Sampai di satu titik, dia merasa tidak mengenal dirinya sendiri. Lalu merasa sakit sacara fisik dan psikis.
HapusAku suka baca-baca puisi tapi seringnya aku enggak bisa memahami isinya karena susunan diksi yang susah aku cerna. ��
BalasHapusSayapun takes time untuk memahami yang disampaikan client secara verbal maupun non verbal. Puisi tersebut adalah 'rekonstruksi' kondisi psikis client saya...
HapusSaya selalu terpesona membaca puisi mba Tuty. Kali ini pun beberapa kata yang jarang di dengar, dituliskan dengan baik. "Sampirkan"...Ditunggu tulisan2 berikutnya
BalasHapusTerimakasih Bang Taumy. Semoga kelak bisa menulis sesuatu yang berfaedah seperti tulisan Bang Taumy selama ini....
HapusSelalu suka baca puisinya Kak Tuty, diksinya bagus,alurnya juga rapi. Love it
BalasHapusHaturnuhun tapi... Duuh masih jauhlah dari indahnya puisinya Mas achi....
Hapushai mba tuty, aku suka banget sama puisinnya mba :') inspirasinya darimana sih mba hehe? ditunggu tulisan selanjutnya =)
BalasHapusKebetulan saya mempunyai kebiasaan menulis sesuatu dalam bentuk puisi. Jadi catatan2 khusus tentang client2 sayapun saya catat dalam bentuk puisi juga. Terimakasih kak puspa sudah mampir....
HapusPuisi Mba tuty emang selalu the best lah, diksinya itu loh yang tertata ciamik. Dan aku banyak belajar dari puisi Mba tuty ini hehehehe.
BalasHapusHaturnuhun Bang Dayu... Tentang diksi, mungkin terpengaruh kekaguman saya pada karya sastra melayu
Hapussimpel padahal...tapi dalem banget ya, mba tuty itu emang jarak paragrafnya jauh gitu ya, atau tampilan di komputerku aja...suka puisinya.
BalasHapusDalam banget, ini case client saya yang 'luar biasa'.
HapusTentang paragraf, saya kurang ngerti juga. Terimakasih informasinya, untuk saya belajar lebih intens menulis di blog...
Duh puisinya. Selalu salut sama orang yang bisa menulis puisi dan mampu membawa pembacanya ikut larut ke dalam tulisan. Keren kak
BalasHapusTerimakasih kak Rama. Aseli, saya salut dengan tulisan2 kak Rama yang informatif dan universal.
Hapuspusisinya bagus bangett... dalem...
BalasHapusHi Kak Airin. Terimakasih ya..
HapusPuisinya... saya bingung hehee
BalasHapusBiar ndak bingung.. Kalau ada lenggang waktu, yuk baca baca sastra melayu klasik... genre saya cenderung ke sana. Btw makasih ya udah mampir
HapusAku jatuh cinta sama puisinya.
BalasHapusKata2nya bagus
Terstruktur dan indah
Lengkap sama gambaran fotonya lg
Terimakasih Kakak Narsum QT sejarah. Seru kali ya, next time buat puisi terinspirasi dari sejarah...
HapusSalut sama pemilihan diksi nya, puisi mbak Tuty kaya akan diksi yang jarang kita dengar sehari-hari.
BalasHapusTerimakasih kak Madi. Beberapa paduan diksi merupakan kata-kata khas di daerah saya.
HapusBagus kak puisinya.
BalasHapusPilihan kata-katanya bagus.
Terimakasih Kak Inez, suatu hari saya mau buat puisi dengan diksi dari dunia IT, boleh ya tanya2
HapusMenyelami kata-kata teh Tuty serasa tenggekam dalam pengalamanku sendiri. Sebuah puisi dapat dikatakan menggugah jika mampu membuat pembacanya merasakan atau menghubungkan perasaan dan emosinya pada diksi puisi tersebut saat ini saya sedang termehek-mehek di sudut ruangan karena membaca "bukan aku tapi kau yang alpa menakar ikrar kita" lalu teringat pada seseorang yang alpa akan ikrarnya (komenku bernada curhat ya Teh, maafkan) heheheh
BalasHapusBig hug my lovely sister....
HapusKapan ya kita bisa ngobrol intens...agar ' si alpa ' jangan menjadi residu untuk mbak Yun....
Puisinya bikin merinding banget , teh , terus foto-foto juga seperti 'berbicara', saya jadi baper maksimal banget nih
BalasHapusSaya salut dengan pemahaman Kak Hayati. Iya, kak Foto - Foto tersebut adalah personifikasi psikis tokoh di puisi tersebut.
BalasHapusMembaca puisi Kak Tuty itu harus diulang berkali-kali sampai paham. Pemahaman pun belum tentu sama dengan penulisnya, hehe..Harus duduk bareng nih sepertinya biar bisa diskusi puisi.
BalasHapusWalaupun based true story my client, tapi ketika saya catat sebagai puisi, saya memberi ruang utk di tafsirkan berbeda. Kadang hal2 tersebut justru membantu saya melihat masalah client dari sisi yang lain... Terimakasih mbak Dewi...
BalasHapusAku perlu baca berulang kali untuk mencoba paham. Apakah puisi ini tentang seseorang yang kehilangan jati dirinya, Kak? Emosi dari tokoh 'aku' sepertinya dalam sekali.
BalasHapusYa Kak Lis, sampai sekarang dia sulit aktulisasi diri, bahkan tidak yakin siapa diri dia.
HapusLagi-lagi berpuisi. Aku malah penasaran kalo Kak Tuty cerita perjalanan. Out from comfort zone hehe
BalasHapusHai Kak Lala, catatan perjalanan ada di blog yang satu lagi. Terimakasih tips dan sarannya bantu banget untuk nulis catatan perjalanan.
HapusAahh Mbak Tuty, kalau bikin puisi idenya dari client, keren euy. Kemarin waktu nge-trip bareng Koh Hans, dia bilang kalau photonya pernah dibuat puisi Sama mbak. Meni Keren euy. Isi otaknya apa sih mbak *penasaran hahaha
BalasHapusTerimakasih kakak MC idolaque.
HapusAku baca berkali-kali biar ga salah paham sama makna puisi mbak tuty, terus mengaitkan foto pertama hingga foto terakhir. "unhappiness" itu yang aku tangkap mbak.
BalasHapus"Kau, hambarkan hidupku paruh kedua" apakah itu pertanda jenuh mbak? Kemudian di akhir puisi, sosok aku seolah merasakan kekosongan tapi tidak bisa melakukan apapun.
Maafkan ke kepoanku Mbak. Sepertinya aku harus baca lagi di tempat sepi untuk bisa masuk lebih dalam ke puisinya.
Terimakasih Kak Kal untuk effort membaca puisi saya ya. Iya Kak setiap gambar adalah aktulisasi dari puisi di atasnya. Jadi bukan sekedar pelengkap. Duuh miris dengerin perjalanan hidupnya. Dari kecil a-z didikte oleh ibunya, kesalahan sedikit apapun akibatnya kdrt fisik dan psikis. Untuk menghindari itu maka dia turuti semua instruksi sang bunda. Celakanya, walau 20 tahun berumah tangga, pasangannya tidak peka dengan kondisi psikis dia. Bom waktu emosi akhirnya meledak dan sulit dikendalikan. Gangguan kejiwaan yang nenahun.......u
HapusKalau inget puisi, suka inget jaman SMA dulu. Sok-sok an ikut lomba baca puisi, tapi pas bacanya gerogi smape kertasnya terbang-terbangan. Terus heboh nangkepin tuh kertasnya.. Ahhh jaman dulu kala
BalasHapusKarena tugas review puisi waktu SMA, membuat saya semakin 'susah menjauhi' asiknya nulis dan interpretasikan suatu puisi. Btw Keren atuh mas budi ikut lomba puisi....
HapusAh selalu suka sama puisi kak tuty..
BalasHapusWalaupun harus dibaca berulang2 sambil mikir kira2 artinya apa. si aku ini kok kayaknya sepi banget dalam dirinya.
Sepi sunyi sendiri. Walaupun di tengah keranaianya....
HapusPuisinya pendek tapi terasa dalam. Bagus banget, Mbak. Aku bisa ikut merasakan isi puisi ini.
BalasHapusHaturnuhun mbak idolaque menyempatkan waktu memahami isi puisi ini....
HapusPuisinya sarat makna.
BalasHapusSepertinya 'Aku' merasa kesepian, mudah mudah saya tidak salah mengartikan makna kata kata indah puisi ini
Ya Kak...Kesepian yang sangat karena merasa orang2 di sekitarnya tidak pernah memahami diri dia sebagai individu yang mempunyai kehendak secara pribadi.
HapusAku sebenarnya kurang begitu paham sama puisi. Sampai saat ini pun aku belum bisa bikin puisi bagus yang memiliki makna mendalam kayak puisi Mba Tuty. Hehehe. Salut Mba sama kemampuan bikin puisinya hehehe
BalasHapusTerimakasih mbak Eka, yang tetap open mind terhadap karya puisi.
HapusPuisi Mbak Tuty, selalu sukses buat aku baca pelan-pelan dan kemudian merinding. Nggak paham ini tulisan isinya bisa deep gini, nggak sampe 1000 kata tapi punya sejuta makna
BalasHapusTerimakasih Kak titi...
BalasHapusTerimakasih Kak titi...
BalasHapus