Sabtu, 25 Agustus 2018

Tahun Kedua (III)




Waham bermedia maaf itu bertajuk tuntutan
Yang jungkir balik mengatur nafas kehidupan
Dengan mengulik alur diafragma penyesalan
Sebab asas pembenaran terikat dikendalikan
          Mempersalahkan aku, dia

Citra bermuatan maaf adalah aib sempurna
Di setiap ruas pengakuan yang kaku tertata
Maklumat tanya tak bermata hati tanpa kata
Terpilihkan semua tiada satu bebas tersisa
        Mempermalukan aku, dia

Lebam kelabu otak disesaki residu maaf
Pemurnian yang tersumbat prahara khilaf
Tersandung objektif terkepung naif subjektif
Terpasung di pantas ambang angka atau huruf
         Menafikkan aku, dia

Saat sang pengubur jati diri pergi berlalu
Umpatan pecundang terhapus dari daftar menu
Seraya memunguti harga diri yang terbalut debu
Tertatih diri menggaris batas dengan masa lalu
           Menadirkan aku, dia

Sang pelumat jati diri tak mungkin kembali
Mesiu penatpun liar berhamburan unjuk diri
Tapi jejaknya kukuh tertinggal tak mau pergi
Tetap hadir di setiap sudut hati mengunci hari
              Dia, menjadikan aku, dia

66 komentar:

  1. Ketika membaca puisi-puisi Kak Tuty, aku merasa perbendaharaan kataku secuil. Kagum banget sama puisi-puisinya

    BalasHapus
  2. Penasaran dengan kata waham googling hasilnya begini:

    "waham adalah Keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan keyataan atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaannya walau dibuktikan kemustahilan itu. Biasanya waham digunakan untuk mengisi keperluan atau keinginan-keinginan dari penderita itu sendiri. Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang (life span history).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keren Kak Reno, sampai cari tahu. Pas banget,client tersebut mengalami masa tumbuh kembang bahkan sampai dewasa yang mengkhawatirkan secara psikologis.

      Hapus
    2. Salut sama orang-orang yang masih dan telah selesai berjuang dengan segala kemelut hidup dan gejolak kejiwaannya . It is so very hard to survive but they do struggle to conquer all the condition . Salute buat Kak Tuty buat pendampingannya

      Hapus
  3. Trus pas di baca lebih detail ada bermacam macam juga ternyata.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang saya salut, dia 'mampu' mempertahankan status sosial ekonomi sebagai orang terpandang.

      Hapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Iya client saya saya sampai melukai diri, tapi terbatas diketahui keluarganya saja, karena akarnya di orang tua. Juga nuclear family yang tidak menyadari hal tsb sejak dini. Yang mengkhawatirkan adalah 'melanjutkan' pola salah asuhan yang dulu diterimanya, kepada anaknya.

    BalasHapus
  6. Puisi Mbak Tuty selalu keren dengan diksi yang bagus.
    Setiap selesai baca aku jadi dapet kosa kata baru lagi.

    BalasHapus
  7. Puisi Mba Tuty selalu mantap deh apalagi diskinya yang wow.

    BalasHapus
  8. Masih tersisakah ruang untuk menjadi apa adanya di dunia ini? Atau selalu ada apa-apanya pada setiap tindak tanduk penduduk Bumi ini?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ketika saya 'masuk' ke alam pikiran banyak orang, ternyata sebagian besar 'tidak bebas' menunjukkan jati diri. Tinggal bagaimana kita bersikap atau mensiasatinya, hingga tidak menjadi seperti client saya tsb. Terimakasih kak maria...suka saya baca comment nya

      Hapus
  9. Akhirnya baca tulisan kakak lagi! Puisinya bagus, jadi penasaran terus selanjutnya kaka bakal buat yang gimana.

    BalasHapus
  10. Kalau baca puisi Teh Tuti yang diksinya bernas, langsung jiper aku kalau mau bikin puisi 😅😅
    Terus berkarya dengan puisi-puisinya ya teh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih BangDen
      Penasaran nih, gimana kalau bangden yang bacain puisi tsb.

      Hapus
  11. Teh tuty itu tulisannya no medicine.. Atuhh bagus banget dan aku merasa banget miskin kosakata :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih kak. Aseli, saya suka baca tulisan kakak tentang sejarah. Keren penuturan dan akurat datanya.

      Hapus
  12. Beberapa kali saya membaca chat WA mbak Tuty di Kubbu, ada kata "residu". Kalau tidak salah untuk membersihkan residu, caranya dengan curhat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena tuntutan untuk sempurna / zero kesalahan, maka client saya ini menahan diri untuk curhat selama puluhan tahun. Hingga, Kata maafpun bagi dia seperti residu.

      Hapus
  13. Selalu suka dengan puisinya, jadi pengen minta diajarin. Semangat buat terus berkarya, dan selalu tularkan ke yang lainnya ya. Hehehe :D

    BalasHapus
  14. huuuufttt...diksinya mbak tuty mencampuradukan emosikuuu...baguuus banget sih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah tak sebandinglah dengan puisi2 karya mas agus... Makasih ya sudah berkunjung

      Hapus
  15. Aku smp baca berulang kali buat meresapi maknanya. Daleeemmm banget. Pengen belajar gimana cara bikin puisi dengan rangkaian kata sarat makna begini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih kak, saya hanya berusaha menerjemahkan dalam media tulisan apapun yang mengganggu pikiran client saya disadari atau tidak. Diakui atau tidak

      Hapus
  16. Duh jadi merasa kosakata bahasa Indonesia aku cupu sekali..hiks..bahkan ada kata waham yang aku gatau artinya.. tapi liat di Komen ada yang udah nulis artinya..
    Kak tuty kenapa selalu keren tulisannya ����

    BalasHapus
  17. Saya hanya menggabungkan kata untuk mendapatkan makna tertentu....Kosa Bahasa Indonesia amat kaya makna...Selain itu,karena saya masih harus belajar banyak untuk menulis artikel yang asik di baca seperti tulisan kak leni
    Terimakasih kak leni...

    BalasHapus
  18. Ketemu kosakata baru lagi, waham. Saya selalu suka baca puisi kak Tuty. Kosakata bertambah, imajinasi berkembang. Terimakasih atas puisinya.

    BalasHapus
  19. Sesekali perlu nih kayaknya bedah puisi kak Tuty, dari sisi diksi, pemaknaan, dan lain-lain. Harus benar2 dicerna supaya paham maksudnya nih haha..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi, puisi yg saya tulis sekedar catatan khusus tentang client saya
      .... Terimakasih mbak dewi

      Hapus
  20. Gak paham dan gak berusaha untuk paham hehee... Tapi diksi yg dipilih keren-keren

    BalasHapus
  21. Aku dapat arti kata waham dari teman yang dokter jiwa..ternyata ketemu kata itu di puisi ini.
    Perbendaharaan kata yang super sekali dan kemampuan merangkainya menjadi puisi keren.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Kak, waham merupakan salah satu tanda gangguan jiwa...
      Puisi ini tentang client yang mengalami gangguan jiwa namun tetap berusaha tampil 'baik-baik' saja.

      Hapus
  22. Banyak kata yang terdengar asing ditelinga. Mungkin itu kelebihannya kak tuty. Tapi setelah baca komen, jadi paham maksud dari puisi tersebut. Keren kak.

    BalasHapus
  23. Perlu banyak belajar nih mengartikan setiap syair puisinya. Keren euy ini mah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih kak Firdaus.
      Puisi saya terpengaruh sastra pesisiran melayu

      Hapus
  24. Ya ampun Mbak puisinya sarat makna, diksinya kaya.. Saya bisa belajar banyak dari beberapa baris saja. Makasih ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kak apa kabar, long time no see.
      Iya kak, puisi ini cerita panjang yang saya padatkan, jadi setiap kata sebenarnya merangkum beberapa kalimat.

      Hapus
  25. Tapi jejaknya kukuh tertinggal tak mau pergi
    Tetap hadir di setiap sudut hati mengunci hari

    Di dua larik terakhir ini membuat saya nyeess dan seketika galau. Teh, diksinya bagus banget membuat pembaca seolah merasakan perasaan di tiap kata-katanya. #usap air mata

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau dikomen mbak Yun berasa gimana gitu... Sudah menerbitkan buku kumpulan puisi... Jauh lebih Kerennn....bangett
      Terimakasih ya mbak

      Hapus
  26. Kak Tuty jago banget deh kalau main diksi. Perbendaharaan kosa katanya juga udah pasti banyak banget ini.

    BalasHapus
  27. Kak tuty akhirnya bs dikomen.. aku mah selalu terpesona sama tulisan kak tuty

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kak, yang kemaren masalah utk di comment itu tugas di sebelah.
      Btw makasih ya

      Hapus
  28. bagus kak puisinya. Setiap baca puisi kak Tuti pembendaharaan katanya bagus jadi enak dibaca. Tetap semangat nulisnya kak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aseli, saya selalu salut dengan tulisan kak inez yang membagikan ilmu praktis kepada pembacanya.

      Hapus
  29. Dalem banget, Kak...

    Semoga klien Kak Tuty bisa menemukan jalan untuk menjadi dirinya sendiri ya.

    BalasHapus
  30. kurang paham sama puisi kadang saya salah mengitrepretasikan kata-kata dalam sebuah puisi

    BalasHapus
  31. Asiknya puisi adalah bagaimana mengintrepretasikan... Terimakasih ya sudah berkunjung

    BalasHapus
  32. Aku minder deh kalo baca tulisan Mba Tuti. Pemberdahaaraan katanya itu lho, kayaaaa bgt

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duuh jadi ndak enak... Btw tks ya kak sudah berkunjung

      Hapus
    2. Duuh jadi ndak enak... Btw tks ya kak sudah berkunjung

      Hapus
  33. Baca puisi mb tuty tuh dalem artunya, aku sampe g cukup baca sekali, kata2nya yg dipakai bikin aku nambah wawasan hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih untuk apresiasi nya kak nassa.....

      Hapus
    2. Terimakasih untuk apresiasi nya kak nassa.....

      Hapus