Sabtu, 14 Desember 2019

Genesis's

Siang membiarkan senja memeluk bumi 
Aku lihat, desahan ombak
Aku dengar, desiran nyiur 
Mungkin tertunduk lebih baik tanpa tersudut


Kenapa gulma di hati berurat berakar?


Malam melepaskan langit menyambut pagi 
Ada pengintai di balik geladak 
Ada dua jejak meninggalkan pasir
Barangkali mata air mengering bukan tersekat


Mengapa kuncup bunga terjatuh sebelum mekar?


Fajar setengah mengantuk menjemput matahari
Aib kilah tercetus mendadak
Aib dimulai untuk berakhir 
Terlanjur membahana tiada terhambat 


Adakah persembunyian sesempurna belukar?


Pagi mengulur waktu menjauhi duri badai 
Alas asa bergeser terdesak
Alas getas menusuk pasir
Andai, kesempatan tiba tidak terlambat 


Bilakah cakrawala menutup bias kabar tersiar?



Jumat, 15 November 2019

CERUK

Cendera mata itu adalah hari esok 
Ibarat pelangi saat dahaga jiwa 
Candu angan rentak berpercik 
Isyarat purnama sempurnakan asa 

Canda rasa getarkan biduk 
Ikrar mengimbang menbuai sukma

Canting raga bersilang kikuk 
Inilah sesaat meraja fana 

Cedera hati itu karena tersedak
 Imbas lenggah meringkih nyata 


Silent Hero

Martha ... 
Aku menembus Palung Weber 
hingga kedalaman 7774 meter 
di bawah permukaan Laut Banda 
Tapi Lempeng Eurasia, Lempeng Indo Australia dan Lempeng Pasifik bersekutu menjarakkan kita 


Aku mencarimu dalam gurita samudera
Sebab pusara arus menyembunyikan jasadmu tak terjangkau sang surya ...
Bersumpah seteguh karang batu menyamarkan persemayamanmu sejak 2 Januari 1818

Tak akan berkhianat, 
Tak akan  bermain mata  dengan musuh seperti guru Soselissa 


Maafkan aku Martha 
Yang diam kaku berbanjir keringat di Saparua
Melihat sengitnya kau,
ayahmu Paulus Tiahahu membantu Pattimura merebut Benteng Duurstede pada 16 Mei 1817 dari kolonial Belanda.

Martha, di mana dirimu?
Aku dengar Gubernur van Middelkoop meminta bantuan raja Ternate dan Tidore untuk menguasai lagi Saparua

Namun  Martha ....
Aku hanya mengendap-endap ketakutan menyaksikan Komisaris Jendral Buyskers memimpin pasukan merebut kembali Benteng Duurstede pada November 1817

Aku pengecut, 
Aku beku terperangah melihat Vermeulen Kringer pada 12 Oktober _sebelumnya_ 
menyerang kita habis-habisan 
Negeri Ultah dan Ouw di bumihanguskan!!

Aku tahu, Martha ...
Walaupun kau dan Kapitan Pattimura terdesak sampai ke hutan sagu dan pegunungan, 
tapi tetap tegar melawan para penghisap darah rakyat Maluku yang kau cinta

Oh  Martha ... 
Kau tertangkap! 
Juga Paulus dan Pattimura
Dengan bangga, kapal Eversten  menawan dan akan mengembalikan ke tanah kelahiranmu, 
Nusa Laut pada 16 Oktober 1817

Mereka menahan kau dan ayahmu di Benteng yang pernah kalian rebut sebelumnya ... 
Benteng Beverwijk

Martha ... Martha
Esoknya, kulihat air matamu beraroma darah 
Saat mereka dengan puas hati mengeksekusi mati Paulus di hadapanmu ....
Di depan Benteng Beverwijk 
Di tepi Pantai Negeri Sila yang turut berduka

Martha,  
Laksamana Buykes membebaskanmu 
Tapi tumpahan darah ayahmu menguatkan tekadmu meneruskan perjuangannya
Aku tahu itu ....
Sungguhpun kini kau tertatih-tatih tanpa Paulus, tanpa Pattimura


Martha, 
Bagaimana mungkin 
Di 17 tahun usiamu,  
Nusa Laut dan Saparua kau bela mati-matian 

Inginnya aku seheroikmu,  Martha  
Namun aku kembali gemetar hebat  
-tak mampu melindungi- 
ketika pada Desember 1817 kau tertangkap kembali... 

Maafkan aku, Martha

Dengan sisa harapan 
Aku  mengejarmu sampai dermaga Nusa Laut 
Aku menyesal,  sangat ....
Saat Kapal Eversten membawa tawanan termasuk dirimu untuk kerja paksa ke Tanah Jawa 

Katakan padaku, Martha 
Mengapa kau memilih mogok makan dan tak mau sedikit pun kompromi terhadap mereka?

Luka hatiku melihat merapuhnya ragamu
Sampai di akhir hayat

Martha, 2 Januari 1818
Kau meninggalkan semua dengan kemenangan sejati 
Berjuang pantang menyerah sampai di ujung napas


Martha... Martha 
Andai gelombang bisikku sampai padamu
Izinkan aku ingin menghormatimu
Mengenang perjuanganmu,  
Pahlawan Nasional dari bumi Maluku  Dengan cara yang lebih baik daripada pelukan abadi Laut Banda

.......
The highest appreciate to Martha Christina Tiahahu.  
Nusa Laut Island, 04 January 1800 - Banda Sea, 02 January 1818. 
National Heroine of Indonesia.






Kamis, 31 Oktober 2019

Enclosure

Enclosure 
Dian mengupas waktu 
Bila kemarin di hari ini 

Kayu menjadi arang 
Hitam dan abu-abu 

Sisa pijar di ujung bambu 
Percik api menusuk kaki 

Siapa ditunggu ranting 
Tungku usang berseru 

Liuk asap mencari tahu 
Sebab bara didihkan hati 

Periuk lirik dedak lesung 
Tembaga bukan tulangku 

Wajan berlumur debu 
Diam membelit diri 

Saat jelaga menjelang 
Tembikar terbakar ragu

Rabu, 23 Oktober 2019

Done

Purnanya pasak pandu penghalang 
Tiada terulang tinggal terkenang

Sesempat senyap suara sumbing 
Berakhir benar bingkaikan bimbang 

Adakah alasan asingkan alang-alang 
Mata menjauh makin melengkung

Dapatkah dialihkan desak denting 
Lamat lamur lampaui lembayung

Getas gempita gegap gemintang 
Nadir nyata nihilkan nembang 

Rintangnya rasa relakah rampung Hanyutkan hela hening hilang 

Kusut kening kerutlah kerling 
Jaring jemari jentikan jenjang 

Centang cemas ceruklah cekung 
Isyarat ingatan indahnya ilalang 

Ordinat ornamen orbitnya oleng 
Usailah usaha untaian urung 

This is the end of the guard of a barrier There is no repeat again and left to remember 

When will quietly voice It's meaning full say good bye 
What the reason of reeds can't waving 

The eyes move so far and more curved Can be diverted clink urgency?
Rays difficult beyond the afternoon 

The joy that suddenly disappears 
Back to zero is almost realized 

The obstacle of relativity is finished Drifting silence has gone 

Brow furrowed without gaze 
Fingers freezer at this moment 

Feels anxious for a concave niche 
Just leave the beautiful memories of us 

Ordinate ornamentation is shaky 
Try a failed string effort, no more 

 RIP my mom

Titik

Masih ditahankah waktu terjaga Kepastian tiadanya telah tertera Kembara sesal meregang dera Jarak menganga luput terbaca Jikapun kabar mencacah duga Nyatanya rekat tirai terbuka Nuansa naluri tanpa nahkoda Sisakan hari berbingkai beda Sirnalah sudah merekahnya tara Terlambatpun tinggal seruas jeda Tuntas sempurna tunai paripurna Mendekap tertinggal sedekat doa

Baduy Morning Story

Morning Story Adalah pagi Pembuka hari Melangkah kaki Menjemput rezeki Sebuah pagi Hakekat janji Mengawal hati Teguh sejati Inilah pagi Menjadi saksi Ikhtiar diri Menjaga tradisi Bersama pagi Sahabat abadi Merawat bumi Tanpa ambisi

About us..

About Us.... Kami mungkin beda Atau tidak biasa Unik identik Kami apa adanya Tidak mengada-ada Apalagi sintetik Kami ranting semesta Turun temurun di sana Jangan diusik Kami tanpa rekayasa Menjaga adi budaya Luhur berjejak Kami adalah kita Di tanah yang sama Mari merunduk

Forgiveness

Maafkan aku,Ibu Angkuh mematahkan intuisimu Lalu matamu berarsir sendu Aku berlalu Ibu, maafkan aku Ringan meretakkan nalurimu Tandas hadirkan kelabu Aku terlalu Maafkan aku, Ibu Berkelit menisbikan khawatirmu Meninggi diri lebih tahu Aku keliru Ibu, maafkan aku Terimakasihku tertusuk malu Mengaku salah setengah ragu Aku tergagu

Piece

Untuk kalian Serba sedikit Sisa kemarin Tanpa takut Tandas sekian Buyar cepat Bantar jamuan Kesan nekat Kadung akut Usaha liat Upload Bersama @kfbpj #kfbpj191002 #kfbpj_portrait #kfbpj_HI #kfbpj #backpackerjakarta

Tracking Sampai kapan? Singkirkan dulu aral perjalanan Sampai mana? Sisihkanlah terjal ragu meraja Sampai nanti Seakan kaki enggan berhenti Sampaikanlah Saatnya sudahi kerikil gelisah Sampai waktunya Semua selasar terbuka

Five

Five Minutes too Late 

 Terpaku mata di bentang hening 
Mengerling hangat fajar menjelang 
Bilakah terasing? 

 Kidung pagi menikung pikiran 
Pada lengkung di ujung dahan 
Dimanakah angin?

 Rona langit riuh menggeliat 
 Awan berpendar tipis berkelit
 Inikah isyarat? 

 Jika bayangan terbentur mangkir 
 Busur sinar tersita tanpa kabar 
Dimulaikah berakhir?

Siangmu Ayah

Kering punggungmu Karamkan gusar di penghujung hari Tak terlihat sungging senyummu Tapi hangat cintamu merasuk nadi Rinduku mendekap otot legammu Rasanya ingin terus sedekat ini Andai kelak jalanku bukan jalanmu Akan kuingat kasihmu sepenuh hati Bila indahnya tiada terulang kembali Biarlah kenangan hidup sampai nanti

Pagi untuk Ibu

Hangatmu, ibu Adalah mentari tanpa senja Benderang hatimu Merasuk nadiku seterang kejora Kala hari menjadi kelabu Matamu mencitra purnama Gemuruh gundah gulana Kau ambil alih seolah tiada Adakah cintaku sepertimu, ibu Dimana bait tak akan cukup bercerita

Reflected

Andai tuntutan meniadakan tuntunan Adakah kesetaraan diantara kesadaran 

Bila perlawanan mencederai kepatutan Berartikah simpang susun pembelaan 

Mungkin persamaan berjentik perbedaan Masihkan kebebasan tanpa pembatasan 

Jika perdebatan membekap penaralan Jentera kebenaran rentankah kerapuhan 

Kala pertentangan berdalih kesenjangan Kemudi pemikiran layakkah disingkirkan 

Saat kemaslahatan ditandu pewartaan Sudahkan kekisruhan dipertimbangkan 

Hasutnya keinginan keruh dipertinggikan Haruskah cermin nurani digandakan

Didn't you?

Tetiba senyap
Sekarat sepersekian detik
Mata khianat

Lupa kehidupan redup
Tiada waktu berbalik
Siapa ingat

Bungkam terendap
Di ambang retak
Pintas laknat

Sorot menyusup
Katakan saja, tidak
Dingin menggigit

Jumat, 18 Oktober 2019

Five Minutes too Late

Terpaku mata di bentang hening
Mengerling hangat fajar menjelang
Bilakah terasing?

Kidung pagi menikung pikiran
Pada lengkung di ujung dahan
Dimanakah angin?

Rona langit riuh menggeliat
Awan berpendar tipis berkelit
Inikah isyarat?

Jika bayangan terbentur mangkir
Busur sinar tersita tanpa kabar
Dimulaikah berakhir?

Reflected on

Andai tuntutan meniadakan tuntunan
Adakah kesetaraan diantara kesadaran

Bila perlawanan mencederai kepatutan Berartikah simpang susun pembelaan

Mungkin persamaan berjentik perbedaan Masihkan kebebasan tanpa pembatasan

Jika perdebatan membekap penaralan
Jentera kebenaran rentankah kerapuhan

Kala pertentangan berdalih kesenjangan Kemudi pemikiran layakkah disingkirkan

Saat kemaslahatan ditandu pewartaan Sudahkan kekisruhan dipertimbangkan

Hasutnya keinginan keruh dipertinggikan Haruskah cermin nurani digandakan

Selasa, 10 September 2019

The Day

Purnanya pasak pandu penghalang 
Tiada terulang tinggal terkenang 

Sesempat senyap suara sumbing 
Berakhir benar bingkaikan bimbang 

Adakah alasan asingkan alang-alang 
Mata menjauh makin melengkung 

Dapatkah dialihkan desak denting 
Lamat lamur lampaui lembayung 

Getas gempita gegap gemintang 
Nadir nyata nihilkan nembang 

Rintangnya rasa relakah rampung 
Hanyutkan hela hening hilang 

Kusut kening kerutlah kerling 
Jaring jemari jentikan jenjang 

Centang cemas ceruklah cekung 
 Isyarat ingatan indahnya ilalang 

Ordinat ornamen orbitnya oleng 
Usailah usaha untaian urung

Senin, 12 Agustus 2019

Excused

Lekat tersamarkan
Pun di tirai akhir

Khilaf pekat keheningan
Terlanjur Naif

Jerat kesenyapan
Liat tersihir

Masif sesak tertiriskan
Menggeletar

Maaf bukan khilaf
Tapi naif masif

Sabtu, 03 Agustus 2019

FAIR PLAY

Barangsiapa enggan mengakui kekalahan 
Sungguhlah sulit menghargai makna perjuangan 

Benar sebabnya taktik dan teknik dipertaruhkan
Sempurnakan tanpa mencari celah pelanggaran 

Bergulirnya si kulit bundar di hadapan dua kesebelasan
Seperti itu hakekatnya bukan di atas meja pertaruhan 

Bebaskan diri dipermainkan oleh permainan 
Sadarlah kawan bahwa diving bukan pembenaran 

Blunder tendangan pinalti menunda kejayaan 
Senyum peneguh hati usah berputus harapan

Bila injury time menghempas asa kemenangan 
Sesal di hati jangan mendendam kekecewaan 

Betapapun jebakan offside sangat menjengkelkan
Serampangkanlah dengan counter attack nan brilian 

Bagaimana mungkin sengaja hands ball dibiarkan
Sejatinya sang juara patutkah disematkan?

Biarkanlah mereka riya menggalang sanjungan 
Sorak semu mudahlah lenyap dianulir angin

Bahwa menjelang kick off  kitapun berjabat tangan
Setelah pertandingan mari bertukar senyuman


.....
Beberapa istilah dalam olah raga sepak bola
1. Diving: pemain yang sengaja menjatuhkan diri, seolah-olah dilanggar oleh pemain lawan dengan harapan mendapat hadiah tendangan pinalti.
2. Blunder: kesalahan serius atau memalukan yang dilakukan pemain karena kebodohan, kelalaian atau kecerobohan yang dapat berakibat fatal terhadap team.
3. Injury Time: penambahan waktu pertandingan selama beberapa menit oleh wasit karena jalannya pertandingan sempat terhenti karena ada pelanggaran, pemain cedera, dsb.
4. Offside: pemain penyerang berada pada posisi lebih dekat ke gawang lawan daripada pemain bertahan lawan sebelum bola diumpan oleh teman satu teamnya.
5. Counter Attack: serangan balik.
6. Hands Ball:pelanggaran yang dilakukan oleh pemain (selain kipper) yang menyentuh bola dengan tangan.
7. Anulir: gol yang dibatalkan karena berbagai alasan teknis
8. Kick Off: awal dimulainya pertandingan sepak bola

Jumat, 02 Agustus 2019

MENTION



Redup lentera menyergap pendar intan juwita
Masihkah tertusuk asa yang kian tersita?


Langit dan bumi sumbu saksi jagat fana
Mungkinkah menantang jerat prahara?


Muasal mutiara sejatinya untaian luka
Bilakah diperjuangkan dengan menutup mata?


Tiada ingin cakrawala mengulang rona
Bisakah mengakhiri samar nan sia-sia?


Hilang mustika berdua dengan mendua
Haruskah tetap menabukan bara perkara?


Pagi bertukar waktu dengan malam tanpa kata
Harkat atau hasratkah di bilik rana?


Retak kristal terpalingkan kias aksara
Ingatkah kusut jentera sempat memantik jiwa?


Retakan tandus tanah mengeringkan suara
Ingkarkah indahnya ikrar irama indera?


Jika kemilau berlian di ujung cerita
Sandarkan lelah biduk di dermaga

Seandainya awan menghalangi kejora
Sadurkan lencana rasa di titian kencana 


Menampik emas sebab melirik tembaga
Demikian dahaganya di tingkah puja lara

Gemuruh guntur menggetarkan alam raya
Di sanalah kini jiwa dan ragamu bertapa


Menatap batu permata serupa batu bata
Andainya angan tidak menggelapkan nyata

Senyum pelangi menghantarkan warna
Ah, janganlah kau menciderai rambu semesta 

Sabtu, 13 Juli 2019

HANDS BALL (II)

Rana hulu dosa
Geliat muara nista
Merah mata
Hitam jiwa 

Gala tawa suka-suka 

Pekat aib jelaga
Ranum getah noda
Cuka sukma
Karat raga 

Canda ria rupa-rupa 

Jegal alih jentera
Cerai tirai lentera
Purna rasa
Purwa nestapa 

Bara dusta sama-sama 

Sumbat ruam puja
Ampas loba asa
Larut fana
Larung nyata 

Tera rasa duka-lara 

Anyir sumbu petaka
Akhir tuna aksara
Amuk dera
Tiada tara

Bila cela cerca itu kita ?!

Rabu, 10 Juli 2019

Never Ever Forever

Apa hendak dikata
Jerami lapuk kriput
Jemari kisut kesat
Pergilah!

Menoleh nafas disela
Perigi mulai kering
Peragi asam kening
Sanggupkah?

Mata bersalut hampa
Rentak kian nyeri
Rantak kelu sendiri
Pulanglah!

Busur waktu terjangka
Rapuh ikat jangkar
Resah ruam ingkar
Mampukah?

Dimana sauh kejora
Lelah ambang kelu
Lerai bait waktu
Usai sudah!

Rabu, 03 Juli 2019

Within Concerned

Jangan mendekat
Seberapa terjauhku
Tidak berjarak
     Kamu tahu?

Jangan merajuk
Tersembunyinya aku
Tiada tersekat
     Kamu sudah tahu?!

Jangan terbersit
Rancu perilaku
Tanpa tertebak
      Kamu harus tahu!

Jangan terjebak
Alur sewaktu
Tak akan terkelit
      Kamu sudah harus tahu!!

Minggu, 16 Juni 2019

To : days

Ikhtiar adalah tarikan nafas bersyukur
Dan lelah bukan pengakhir realita hidup

Sesaat jeda adalah penguat ikrar
Bahwa asa tak akan ditandaskan redup

Jika kemarin pahit di dada bergulir
Semoga kini senyum yang menangkup

Bertatahkan hujan aku tetap tegar
Berbalur polusi aku pantang meratap

Dan aku menikmati takdir
Dengan denyut pantang menyerah nan terus berdegup

Willingly

Aku tak mencari tahu
Tentang hadirnya menyengat rasa
Jangan jawab apapun
Biarlah tabir terbuka di saatnya

Aku sempat bertabur rindu
Seperti angin yang mengalirkan asa
Bukan sekedar mencipta angan
Tapi kisi kian menampil apa adanya

Aku tak serta merta menuntas galau
Pastinya aku pemantik bahagia
Jikapun di atas rawa kenangan
Karena hidup tak mudah di duga

Dan aku tak harus meragu
Tapi bukan untuk pemintas sia-sia
Bagaimana kelak tak berbatas harapan
Saatnya aku menyambut jagat raya

Ten Years

Meniadakan ada
Mengadakan tiada

Tiada seada adanya
Ada setiada tiadanya

Tiadanya seadanya
Adanya setiadanya

Setiadanya diadanya
Seadanya ditiadanya

Ditiadanya ada
Diadanya tiada

Tiada adanya
Ada tiadanya

Tiada
Ada

Rabu, 22 Mei 2019

Fixed

Sungguh tak mungkin
Dihambat atau berkelit
Namun lalai bersiap

Mustahil ditangguhkan
Disingkat atau menyempit
Mungkir kerap menyergap

Sebab tanpa penawaran
Mengelak atau mengumpat
Tertutup asa menyelinap

Inilah kepastian
Tercatat dengan tepat
Hanya di waktu Nya

Cant Delayed

Bilakah kubiarkan mentari pergi
Pada langit yang tak hendak lamur

Bisakah siang menunda sore tiba
Sekali saja

Katakan pada malam yang bersiap diri
Jangan tergesa hadir

Tapi senandung senja mengoda mentari
Saat cakrawala tersipu ditisik kias pijar

Tandaskan putih menikung jingga
Sekali lagi

Bisikkan kepada gemintang berseri
Jangan dulu kenduri sinar digelar

Kalau bulan tak sanggup ingkar janji
Atau rona senja enggan menghindar

Kau tahu samudra saksi setia cita kita?
Sekali sudah

Kamis, 25 April 2019

The Fact

Di paruh senja
Senja bukan usia

Kilah senja waktu

Di antara kita
Kita lupa kata

Alibi kita dulu

Di tepi mata
Mata tanpa suara

Celah mata bisu

Di bilah sukma
Kaku tiada aksara

Hingga diam, beku?

Sabtu, 20 April 2019

Unknowingly

Diammu
Diam-diam

Diam
Terdiam

Diam
Terpendiam

Diam mendiamkan diam

Diammu
Diam

Diam
Berdiam

Diam
Terdiamkan

Diam di kediaman terdiam

Sabtu, 06 April 2019

Dunia Aku

Diantara mereka
Aku, ada ?

Benar, bukan tentang jarak

Ditengah mereka
Aku, apa ? .

Bersama mereka
Aku, siapa?

Bukan, benar bagaimana kelak

Tiada mereka tanpa aku
Tiadakan aku ... mereka

Rabu, 03 April 2019

Masih

Aku menyusur samar senja
Di sisa pijar matahari
Menapak yakin diri
Menjejak harapan

Pada waktu tak berjendela
Aku melangkah pasti
Apapun yang akan terjadi
Aku pantang menepis angan

Badai pasir bukan perintang asa
Riak ombak mafhum menyadari
Tekadku terlanjur membujur tinggi
Walau sang surya senyap di peraduan

Cakrawala sempurnakan rona
Menyelinap teduh di sanubari
Menuang semangat kuatkan hati
Demi aku menapaki kejayaan

Selasa, 26 Maret 2019

EXTRA TIME (II)

Komat kamit berparut morat marit
Muara murung menyerbuk murka
Sesaat senyap, siap siaga
Kejang mata adalah dinamit

Butuh waktu
Bukan tak berhati

Hilir mudik bersekat hiruk pikuk
Marak mantra menyeduh marah
Sumpah serapah, serba salah 
Demam otak serupa hulu ledak

Beban waktu
Bukan tanpa hati

Luluh lantak berkabut simpang siur
Masif meraga mengulik mati
Sedu sedan, sempurna sendiri
Nyeri kecewa berbuih sangar

Batas waktu
Bukan tak pakai hati

Kacau balau berkecut antah berantah
Mangkir merasa malu meraja
Sendawakan sangsi, sejumput sisa
Jerat muram meracik keluh kesah

Badai waktu
Bukan tak punya hati

Cikal bakal bergelut ujung pangkal
Menawar mangkrak, marfhum musnah
Sudahi sudah ... sudah sudahlah
Halang rintang luput mustahil

Bebaskan waktu
Bukan tak hati-hati

Minggu, 17 Maret 2019

Depth In

Aku menemukan satu nama di rak pembekuan
Berlumur pekat creamer terbeku
Kepalsuan mengelupaskan jejak rasa
Satu-satunya aroma yang telah mengelabui mata

Aku menemukan satu nama di tungku perapian
Berkabut dari umpatan raut berdebu
Kesemuan menyekat arena berkata
Satu-satunya alasan yang tepat menjerat telinga

Aku menemukan satu nama di rak rongsokkan
Berdalih khilaf mata sang waktu
Kesesatan yang menggetar murka
Satu-satunya aksioma yang pernah mengikat raga

Aku menemukan satu nama di kabinet kenaifan
Berlutut menyesali hari yang berlalu
Keraguan yang membius niscaya
Satu-satunya ambigu yang sempat memukau jiwa

Jumat, 08 Maret 2019

Siang itu

Mungkin cakrawala tak sempat menikmati hari Tapi tak pernah mangkir menyempatkan diri Menyambut kita yang mudah berjanji
Tapi menjangkar alasan bertulang alibi

Mungkin rimba raya sengaja tak terkunci
Agar kita mencatatkan kaki tanpa sia-sia Membiarkan cahaya menyusup mata hati
Agar tegar beranjak dari susur gelap gulita

Mungkin stalagtit & stalagnit terpilih membisu Berharap jagat pikir kita merekam kearifan semesta
Meresapi pengorbanan bumi tanpa ragu Berharap tak meninggalkan jejak penikmat semata

Mungkin ranting telah melupakan perih dipatahkan Atau goa menahan gundah ditundukkan Memaklumi rupa ulah yang kita banggakan Atau alam menunda waktu kemurkaan?

Minggu, 03 Maret 2019

Extra Time (I)

Tercabik rusuknya mengurut sekarat
Gemeretak menyergap mesiu kebencian
Erupsi umpatan yang menciutkan jidat
Siapa sudi terpasak di tiang pancung tersimpangkan?

Resonansi ... ra ... ra ... ra ... ra
Gelegar mantera bergentayangan
Pengecut?

Tungkai matanya anyir membusuk
Rentak meregang pusaran laknat
Rentan menerjang keranda khianat
Rentas menerkam pusara menggeletak!

Repetisi ... du ... du ... du ... du
Penggaduh sindir berseliweran
Penjilat?

Berbanjar tahun terkebas membesut kiat
Kesakitan tunduk memberangus takut
Kesaktian taktis membungkus hasrat
Kesaksian takluk menghapus hakekat

Refleksi... ho ... ho... ho ... ho
Kutukan itu dasawarsa kesekian
Parasit?

Belukar sembilu menggurita berpucat
Tergetar menyempal ketidakberdayaan
Membidik kembara serba sesaat
Siapa sedia diseduh kesalahan?

Reinkarnasi ... qi ... qi ... qi ... qi
Ekspresi sihir kadung melumatkan
Pecundang?

Tunggu dulu ....

Sabtu, 02 Februari 2019

Green Tittle_Half-Time

Terpikatku pada kerling hijaumu
Sehangat mentari menyambut hari
Meredakan sumbu karat geramku
Secepat kilat menyentak bumi

Tersenyumku sebab denting hijaumu
Secerah cakrawala melirik pelangi
Meringankan keras kerak gusarku
Seindah merpati memuliakan janji
Terpukauku akan lesung hijaumu

Sebening embun melengkapi pagi
Mencairkan legam pekat gundahku
Seakan lara itu tak pernah terjadi
Tersentuhku lewat kidung hijaumu

Seteduh anyelir menggelar simfoni
Memudarkan seketika liar kecewaku
Soneta berlanjut siap mengetuk hati
Tersadarku dari relung hijaumu

Selasar waktu berbisik, sampai nanti
Memutihnya kabut hitam kenanganku
Sungguh singgahmu frasakanku kembali


Minggu, 27 Januari 2019

Step Two

Seberkas sinar melesat berbisik
Terpejam mataku persekian detik
Mengingat masa lalu cukup sejenak
Bukan, bukan untuk karam tertunduk

Tirai cahaya merasuk sadarku
Terbuka mataku menata asa terbaru
Menatap masa depan menghapus ragu
Tekadku ini bukan torehan sewaktu

Kemilau harapan terbentang menyapa
Tegarkan mataku mengukir karya
Kalaupun aral merintang terbuka
Aku tak akan diam terperdaya

Dan jika kilau terdekat menjauh
Kupejamkan mata untuk bersimpuh
Lalu perlahan mataku membidik teguh
Bukan meradang lirih menyerah


Minggu, 20 Januari 2019

Zona Marking


Tafsir itu tersudahi dengan kau mengkitakan sebagai tidak
Mempercepat siklus hijau ilalang, pucat menguning
Mewakilkan desir pendekatan lewat episode kebetulan
Tercedera janji, mengutuk rindu kala mengumpat dendam



Penuh santun, kau tampik setiap detik pengkitaan jejak  
Menyangkal pentas purnama yang piawai kau perankan tanpa berpanggung
Terpukau aku di hamparan savana senyuman
Kini berbalik kata, mutan sindiran melibas salam



Berpantas paras kau ingkari berkita bukanlah tajuk
Terkirap kiprahku kerap berkibar di gelanggang
Yang mengarsir silang kilap berkilauan
Di tirai mata yang menggelandang geram




Sepersekian lentera kekitaan sempat menikam kikuk
Terkunci noktah semu yang menggunting petang
Mempertanyakan bintang yang pernah kau sematkan
Hingga hadir pelanggi mengurai tirai kelam...




to be continue

Minggu, 13 Januari 2019

Dept in

Singgahlah untuk melarung tidak
Senyap lentera kini tanpa tersibak
Hitam bukan keabadian
Putih bukan impian

Sisihkan detak yang mengerat detik
Guratkan raut sebagai tidak
Jingga bukan harapan
Nila bukan kehilangan

Sisipkan waktu mengikis jarak
Sauhkan jangkar pengikat tidak
Tosca bukan kemenangan
Violet  bukan kekalahan

Sulihkan sukma mengulur jejak
Santunkan kias demi frasa tidak
Biru bukan akhiran
Hijau bukan awalan
Senyap lentera kini tanpa tersibak

Sliding


Semilir angin menutup kilas tanya
Heningkan asa kemarin juga lusa
Tanpa persimpangan kata
Tanpa persinggungan rana

Percik air menitik jawab tertahan
Laras lirik bukan selasar titian
Pada kabut yang meninggalkan
Pada larik yang dituntaskan

Bias sinar melirih punggung waktu
Tentang sekerat saat berpalung semu
Bilakah jadi menikam ragu
Bilakah mungkin untuk berlalu

Bukan pijar mentari yang ingkar
Atau gurat daun pergi menghindar
Tapi palung rasa tepecah pencar
Tapi riung sukma terburai pudar

Sabtu, 12 Januari 2019

C

Kisah kita adalah ngarai duka mata
Tetesnya mengkristal di dada, perih !
Berkabungnya hasrat sejak dimulai
Mungkin yang tidak termungkinkan

Begitu sulit menjauh langkah Sesulit merepih rengkuhmu

Rindu kita adalah ruas jiwa terpenjara
Hujat sinis mendakwa sukma, pedih!
Sebab terantuk retakan mahligai
Nyata yang terlarang dinyatakan

Betapa ingin tak terpisah
Seingin mendekap ragamu

Mimpi kita adalah absurb tersita
Yang tersiar di lintasan lirik, sedih!
Terendapnya alur rasa mengikis hati
Pasti yang menampik kepastian

Bilakah misal berpihak penuh
Semisal bersikukuh bersamamu

Kasih kita adalah mustika tersandera
Mengundur diri terkurung tanya, keruh !
Tersadar namun bersandar sekali lagi
Sesal yang tak ingin disesalkan

Biarpun sering seperti disanggah  
Sesering doa yang terus tertuju

Cinta kita adalah retakan asa
Warta tertawan di tiap sudut, resah !
Mengelupas alibi tanpa diakhiri
Kenangan yang terus dikenangkan

Bolehkan jangkar menawar sah! 

Setawar waktu nan tak tertawar

Jika Benar....

Jadilah hijau untukku
Biar embun berlama waktu di pucuk
Seperti kita saat ini

Jadilah biru untukku
Agar restu semesta jelas bertajuk
Demi rasa yang telah kita mulai

Jadilah putih untukku
Dengan menggasir tanya yang mendesak
Dan lekat kelam itu akan terurai

Tapi jangan ingatkan kuning padaku
Kecuali ketika sendu merajuk
Teduhkan untukku, disini

Tapi jangan biaskan hitam padaku
Terlalu lama meresapkan sesak
Bantu aku memulihkan hati

Jadilah pelanggi untukku
Jangan biarkan kejora menunda esok
Sungguhkah kau menetap berjanji?

Senin, 07 Januari 2019

Dimensi

Dimensi Langit adalah bentang alam pertaruhan siang Aku Jelajahi dimensi ruangmu tanpa sekat Menjauhi angin yang tak lagi mewartakan dia Membiarkan kabut mengakhiri kenangan Di gelanggang bisu cakrawala siang Kurentangkan sayap yang sempat berkarat Agar luruh terkelupas oleh petir seketika Lalu awan menyamarkan dari pandangan Angkasa bersaksi saat senja menjemput siang Bahwa kesetiaan sejati pantang berkerut Melintasi dimensi waktu berpenat tanda tanya Di ceruk dimensi jarak sematkan lagi harapan