Martha ...
Aku menembus Palung Weber
hingga kedalaman 7774 meter
di bawah permukaan Laut Banda
Tapi Lempeng Eurasia, Lempeng Indo Australia dan Lempeng Pasifik bersekutu
menjarakkan kita
Aku mencarimu dalam gurita samudera
Sebab pusara arus menyembunyikan jasadmu tak terjangkau sang surya ...
Bersumpah seteguh karang batu menyamarkan persemayamanmu sejak 2 Januari 1818
Tak akan berkhianat,
Tak akan bermain mata dengan musuh seperti guru Soselissa
Maafkan aku Martha
Yang diam kaku berbanjir keringat di Saparua
Melihat sengitnya kau,
ayahmu Paulus Tiahahu membantu Pattimura merebut Benteng Duurstede pada 16 Mei 1817 dari kolonial Belanda.
Martha, di mana dirimu?
Aku dengar Gubernur van Middelkoop meminta bantuan raja Ternate dan Tidore untuk menguasai lagi Saparua
Namun Martha ....
Aku hanya mengendap-endap ketakutan menyaksikan Komisaris Jendral Buyskers memimpin pasukan merebut kembali Benteng Duurstede pada November 1817
Aku beku terperangah melihat Vermeulen Kringer pada 12 Oktober _sebelumnya_
menyerang kita habis-habisan
menyerang kita habis-habisan
Negeri Ultah dan Ouw di bumihanguskan!!
Aku tahu, Martha ...
Walaupun kau dan Kapitan Pattimura terdesak sampai ke hutan sagu dan pegunungan,
tapi tetap tegar melawan para penghisap darah rakyat Maluku yang kau cinta
Oh Martha ...
Oh Martha ...
Kau tertangkap!
Juga Paulus dan Pattimura
Dengan bangga, kapal Eversten menawan dan akan mengembalikan ke tanah kelahiranmu,
Nusa Laut pada 16 Oktober 1817
Nusa Laut pada 16 Oktober 1817
Mereka menahan kau dan ayahmu di Benteng yang pernah kalian rebut sebelumnya ...
Benteng Beverwijk
Martha ... Martha
Esoknya, kulihat air matamu beraroma darah
Saat mereka dengan puas hati mengeksekusi mati Paulus di hadapanmu ....
Saat mereka dengan puas hati mengeksekusi mati Paulus di hadapanmu ....
Di depan Benteng Beverwijk
Laksamana Buykes membebaskanmu
Tapi tumpahan darah ayahmu menguatkan tekadmu meneruskan perjuangannya
Aku tahu itu ....
Sungguhpun kini kau tertatih-tatih tanpa Paulus, tanpa Pattimura
Martha,
Bagaimana mungkin
Martha,
Bagaimana mungkin
Di 17 tahun usiamu,
Nusa Laut dan Saparua kau bela mati-matian
Inginnya aku seheroikmu, Martha
Namun aku kembali gemetar hebat
-tak mampu melindungi-
ketika pada Desember 1817 kau tertangkap kembali...
Maafkan aku, Martha
Dengan sisa harapan
Aku mengejarmu sampai dermaga Nusa Laut
Aku menyesal, sangat ....
Saat Kapal Eversten membawa tawanan termasuk dirimu untuk kerja paksa ke Tanah Jawa
Katakan padaku, Martha
Mengapa kau memilih mogok makan dan tak mau sedikit pun kompromi terhadap mereka?
Luka hatiku melihat merapuhnya ragamu
Sampai di akhir hayat
Martha, 2 Januari 1818
Kau meninggalkan semua dengan kemenangan sejati
Berjuang pantang menyerah sampai di ujung napas
Saat Kapal Eversten membawa tawanan termasuk dirimu untuk kerja paksa ke Tanah Jawa
Katakan padaku, Martha
Mengapa kau memilih mogok makan dan tak mau sedikit pun kompromi terhadap mereka?
Luka hatiku melihat merapuhnya ragamu
Sampai di akhir hayat
Martha, 2 Januari 1818
Kau meninggalkan semua dengan kemenangan sejati
Berjuang pantang menyerah sampai di ujung napas
Mengenang perjuanganmu,
Pahlawan Nasional dari bumi Maluku
Dengan cara yang lebih baik daripada pelukan abadi Laut Banda
.......
The highest appreciate to Martha Christina Tiahahu.
Nusa Laut Island, 04 January 1800 - Banda Sea, 02 January 1818.
National Heroine of Indonesia.
Nusa Laut Island, 04 January 1800 - Banda Sea, 02 January 1818.
National Heroine of Indonesia.
Martha begitu mencintai maluku dan laut banda-nya.
BalasHapus*salam hormat
Di usianya yang begitu belia...
HapusMartha, tipikal alpha woman.. kl seandainya dia masih hidup dan tahu cerita2 spt kasus faye nicole, vanessa angel, dll gmn ya ?..hehe..
BalasHapusBtw, nice poetry..
Iya ya kak febi...
HapusMartha seorang pahlawan nasional wanita pemberani yang sangat inspiratif.
BalasHapusPuisinya keren pisan kak Tuty ��
Saya sangat mengagumi heroiknya martha
HapusChristina Martha Tiahahu, salah satu pahlawan wanita yang menakjubkan
BalasHapusDalam kurun waktu sebentar, tapi torehahannya secara sejarah , luar biasa
HapusKakk Tutyyy as always puisinya kerennnn. Karena aku pernah ke Banda Neira juga pernah ke Ambon dan melihat Patung Martha, rasanya gimanaa gitu. Aku merinding...
BalasHapusSaya sudah napak tilas perjuangannya saat di nusa laut dan Saparua. Speech less lha...
BalasHapusPuisi teh tuty selalu juara, apalagi pemilihan diksinya selalu bikin aku nambah kosakata baru.
BalasHapusTerimakasih kak antin
BalasHapusWow tulisan Mba Tuty menarik banget, saya langsung googling "Martha Tiahahu". Gak nyangka, beliau meninggal di umur 17 tahun.
BalasHapusRemaja yang luar biasa. Di singkat umurnya berjuang tanpa kompromi. Pahlawan sejati. Terimakasih mas iqbal
BalasHapusMartha, beliau seorang pahlawan di usia 17tahun? Sangat belia tapi semangat juang nya sungguh luar biasa..
BalasHapusHeroine yang sangat mengagumkam kak. Berjuang langsung di garda terdepan.
HapusDuhhh terhanyut dlm emosi baca puisi mba Tuty, trenyuh bgt.. bercerita ttg perjuangan Martha Tiahuhu dlm alunan kata puitis..Seketika kangen Ternate dan Tidore, ahh semoga bisa segera ke laut Banda..
BalasHapusSaya sempat ke kampung halaman Martha di Pulau Nusa Laut. Betapa bangganya masyarakat menceritakan heroiknya perjuangan Martha.
HapusPuisi yang penuh diksi dan lagi-lagi bikin hmm.. ajari aku membuat diksi yang memukau dung Kaka.
BalasHapusKeren banget. Memperkenalkan sejarah melalui puisi 💙
Terimakasih Kak Ratna. Saya sering mengikuti trip sejarah. Ingin menuliskannya dalam bentuk lain, yaitu puisi.
HapusKali ini tema puisi Teh Tuty tampil beda. Mengangkat tema pahlawan tapi tak ketinggalan metafora dan diksi yang menawan. Keren ah
BalasHapusTerimakasih kak yun.
HapusAku terenyuh teh sama puisinya, pokoknya sedih banget. Sekaligus jadi belajar sejarah lagi. Mantappp
BalasHapusDalam hitungan waktu,mungkin determinant perjuangan Martha tidak sampai setahun. Tapi apa yang diperjuangkan dan kemampuannya mengobarkan semangat melawan penjajah, duh luar biasa banget, menembus batas waktu. Terimakasih kak.nia
HapusIni puisinya mantap beut teh Tuty. Aku jadi tahu sejarah dari puisi ini. Ternyata ayahnya Martha Tiahahu pejuang juaga ya. Tapi ga masuk pahlawan nasional ya?
BalasHapusIya ya Padahal Paulus Tiahahu sempat merebut Benteng Beverwijk dan berjuang mengusir penjajah dari Nusa Laut sampai Saparua...
HapusPuisi yang bersanding dengan kisah perjuangan pahlawan wanita dari Maluku, Christina Marta Tiahahu.
BalasHapusBait demi baik menggambarkan perjuangan srikandi maluku ini dengan detail. Salut
Terimakasih Kak Ifa
HapusMbatut.. salam buat Martha!
BalasHapusYou both awesome in your way!
-femz
Saya salut banget, di usia belia, Martha mampu menggerakakkan laki-laki dan perempuan Nusa Laut untuk berjuang melawan penjajah.
HapusKeren Teh puisinya ditambah foto2nya, Perjuangan Christina Martha tiahahu dikenang sepanjang masa. -Cha-
BalasHapusTerimakasih kak cha
HapusBagus puisinya.
BalasHapusDi blok M ada tuh kak taman Martha tiahahu
Saya melewati tapi belum pernah singgah ke Taman Martha Tiahahu di Blok M. Tapi setiap ke Ambon, saya mesti menyempatkan waktu ke monumen Martha. Tertegun gitu....
HapusTernyata perjuangan Martha diusia belia ya. Semangatnya harus selalu kita pegang teguh.
BalasHapusLagi2, puisi Teh Tuty keren pisan
Saya membayangkan kondisi saat Martha, Paulus, Pattimura dan masyarakat Nusa Laut serta Saparua berjuang saja sudah merinding, terharu. Semoga kita bisa begitu cinta dg tanah air seperti mereka ....
HapusKak tuty aku merinding looh bacanyaa... sediih.. martha diusia belia memiliki.hati yang teguh dan mulia. Sejarah dibalut puisi. Aku sukaa bacanyaa...kereen
BalasHapusTerimakasih Kak. Apalagi versi lengkap perjuangan Martha, bikin sesak nafas, gerilyanya luar biasa banget.
HapusAwal aja udah bikin aku merinding. Pemlihan kata kata kakak itu selalu multitafsir kak. Aku mikir bacanya tapi aku suka. Silent Hero. Hemm
BalasHapusTerimakasih Kak Chaca
Hapusselalu salut kalau baca puisi-puisinya Kak Tuty, diksi dan rimanya membuatku berimajinasi pengin bikin juga
BalasHapusTerimakasih Mas Achi. Saya juga ingin belajar dari Mas Achi puisi yang santun dan indah
Hapuspuisi kak tuty bagus sekali. untaian kata2nya membuat sosok martha hidup kembali
BalasHapusYa kak Inez, ingin rasanya menghidupkan semangat pantang menyerahnya Martha kepada setiap yang menbacanya, termasuk saya. Terimakasih kak
BalasHapusKata2 indah puisi dipadu padankan dengan sejarah seorang tokoh bernama Martha. Semangat seorang Martha seakan hidup kembali saat ini ketika membacanya..
BalasHapusTerimakasih kak Kartini,turut merasakan semangat perjuangan Martha ....
BalasHapusLagi-lagi saya terhipnotis dengan Diksinya Mbak Tuty, seorang Martha yang gagah berani untuk mempertahankan tanah airnya.
BalasHapusTerimakasih kak
HapusSesekali baca sejarah dengan puisi memang seru.. sering2 bikin teh...
BalasHapusTerimakasih sarannya Bang Eka
HapusPertama kali baca cerita mutiara ambon ini smp. Gadis muda yg begitu cinta tanah lahirnya.
BalasHapusSaya baru Tahu betapa heroiknya Martha tiahahu baru belakangan ini....
BalasHapusDuh, takjub banget aku sama tulisan ini.. Silent Hero.. apik banget Kak puisinya..
BalasHapusTerimakasih mbak Dew
BalasHapusDari puisi Kak Tuty jadi tahu aku tentang Martha Tiahahu, muda belia, punya semangat juang membara. Ada latar view yang bagus pula di puisinya. Keren, Kak! Terima kasih sudah menuliskan kisah Martha!
BalasHapusTerimakasih Kak Dian. Yuks kita teruskan semangat membela tanah air seperti yang ditunjukkan Martha C Tiahahu
BalasHapusChristina Martha Tiahahu, salah satu pahlawan nasional dari wilayah timur Indonesia. Layak menjadi hero karena melakukan perang fisik melawan Belanda.
BalasHapusSemangatnya martha itu luar biasa dibuktikan... salut banget
BalasHapusSaya baru tahu Marta dari puisi ini, terima kasih kak tuty
BalasHapusAndai Martha tahu, betapa mengagumkan perjuangan nya...
BalasHapusMartha Tiahahu tidak dimakamkan di TMP karena laut lebih cinta martha. Unik bercerita melalui puisi. Aku suka.
BalasHapusSebagai suhu air, kak reno tau pasti bahagianya dicintai laut. Terimakasih kak reno
BalasHapusMenceritakan perjuangan Martha Christina Tiahahu lewat puisi dengan diksi yang indah. Keren, Kak Tuty!
BalasHapusTerimakasih kak lisa suhu gunung
BalasHapus