Redup lentera menyergap pendar intan juwita
Masihkah tertusuk asa yang kian tersita?
Langit dan bumi sumbu saksi jagat fana
Mungkinkah menantang jerat prahara?
Muasal mutiara sejatinya untaian luka
Bilakah diperjuangkan dengan menutup mata?
Tiada ingin cakrawala mengulang rona
Bisakah mengakhiri samar nan sia-sia?
Hilang mustika berdua dengan mendua
Haruskah tetap menabukan bara perkara?
Pagi bertukar waktu dengan malam tanpa kata
Harkat atau hasratkah di bilik rana?
Retak kristal terpalingkan kias aksara
Ingatkah kusut jentera sempat memantik jiwa?
Retakan tandus tanah mengeringkan suara
Ingkarkah indahnya ikrar irama indera?
Jika kemilau berlian di ujung cerita
Sandarkan lelah biduk di dermaga
Seandainya awan menghalangi kejora
Sadurkan lencana rasa di titian kencana
Menampik emas sebab melirik tembaga
Demikian dahaganya di tingkah puja lara
Gemuruh guntur menggetarkan alam raya
Di sanalah kini jiwa dan ragamu bertapa
Menatap batu permata serupa batu bata
Andainya angan tidak menggelapkan nyata
Senyum pelangi menghantarkan warna
Ah, janganlah kau menciderai rambu semesta
Hmmm..
BalasHapusSelalu memukau puasa kamu, Kak Tuty.
Selalu seh ya, segala sesuatu ada sebab akibatnya.
Manusia terkadang khilaf atau entahlah setelahnya baru tersadar.
Aku jadi teringat tulisan yang lagi booming KKN di Penari. Segala yang terjadi karena ada penyebabnya.
Manusia selalu dirubung keinginan yang tak bisa mengelak, padahal harusnya logika lebih diandalkan.
Teruslah berpuisi.
memang lagi puasa apa mba?
HapusTerimakasih Kak Ratna. Puisi merupakan media berkreasi yang asik menurut Saya.
HapusAku ga terlalu paham tentang puisi mba, tp selalu kagum ama orang-orang yang pandai merangkai kata.
BalasHapustosss sama mbak, aku suka kagum dengan rangkaian kata yang dibuat menjadi puisi begitu indah dan sarat makna. Tapi kadang aku gak terlalu mengerti makna di baliknya :)
HapusHarus belajar dengan Mbak Tuty ya
Terimakasih Kak sudah mampir.
Hapusmbatut.. itu foto bawah lautnya dimana?
BalasHapusUnder water di labengki dan sambori kak
HapusKalau baca puisi kak tuty harus baca beberpa kali baru tahu maknanya.. hehe
BalasHapusFoto2 nya keren kak,
Foto2 yang bikin saya pengen nulis banyak hal. Terimakasih atas kunjungannya ya
HapusTeh Tuty, apakah gurindam ini ingin menyampaikan sebuah mimpi? Seseorang yg sedang membicarakan tentang kegalauannga akan angan dan mimpinya apakah diperjuangkan atau dihentikan..
BalasHapusAku mencoba untuk menafsirkan.. punten kalo ternyata ga sesuai..
Puisi teg tuty terlalu luar biasa soalnyaa
Gurindam tersebut tentang 3 orang yang saling mengangankan namun dalam kondisi berpenghalang. Saya mengenal mereka dengan cukup baik dan prihatin dengan kondisi mereka yang tidak semestinya tersebut. Keren kak kartini interpretasinya
HapusHidup penuh dengan bermacam pertanyaan memang. Tinggal kita yg memaknainya....
BalasHapusBener banget Bang, termasuk menerima jika ada hal di luar kendali kita. Terimakasih
HapusBener banget Bang, termasuk menerima jika ada hal di luar kendali kita. Terimakasih
HapusAtas segala apa yg ternyadi di dunia ini kita lah yang bertanggung jawab.
BalasHapusKita yang yg wajib menjaganya.
Namun kadang kita bermain-Main dengan takdir.
HapusHaha.. buatin gw puisi dong, mba tuti.. mantap pusinya :)
BalasHapusYuKS ah, kolaborasi bareng buat puisi. Seru lho kak
HapusWaw puisinya mantap teh, walaupun terbata2 memaknainya. Uuhh pengen belajar sama suhu. Mohon bimbingannya teh.
BalasHapusAtuh Kak Nia, saya juga masih terus belajar. Kapan-kapan kita belajar bareng nulis Puisi ya Kak.
HapusSelalu terpesona dengan karya Kak Tuty. Indah banget foto-fotonya. Pilihan diksinya sangat mendalam. Mewakili suasana Kak Tuty saat itulah ya..
BalasHapusSambil membaca puisinya kakak. Aku malah terdistraksi oleh gambar nomor 5 dari atas. Itu kenapa karangnya cenderung bewarna putih (bleaching) kah? Semoga itu karena efek cahaya kamera saja.
HapusMakin di perhatikan lagi rata2 ujung karangnya bewarna putih. Subhannallah sedih aku lihatnya.
Diambil kapan itu kak fotonya?
Hai Kak airin... Apa kabar dengan curbung serunya Defy? ,
HapusSalut sama mbak Tuty yg jago banget nulis gurindam. Dalem banget pesannya.
BalasHapusNuhun kakak
HapusMakna nya mendalam nih walau kurang mengerti, tp ka tuti selalu bikin saya kagum dengan puisi2nya
BalasHapusTerimakasih kak icha
HapusMaknanya dalem banget mba hahaha... kerennnn aku gak lihayyy kalo bikin puisi tapi aku suka bacanya
BalasHapusSengaja saya convert ke version gurindam karena mirisnya saya melihat kondisi tersebut di depan mata. Terimakasih Kak seli
HapusAku fokus banget liatin fotonya. Gimana motretnya, Kak? Nyelam ya?
BalasHapusDua hari berturut turut saya ke Lokasi tersebut. Indah banget landscape under waternya. Agar saya tidak terbawa arus bawah laut, sambil motret ada guide lokal yang Menjaga saya. Seru banget mbak...
HapusTeh, esok" kalau buat puisi sekalian penjelasannya bisa kali yaa. Pemahamanku tentang puisi sangat payah. Sungguh! Hihi
BalasHapusAtuh poenteun... Saya berharap pembaca Puisi saya mempunyai interpretasi secara personal . Saya sering Kali terkagum-kagum karena aneka interpretasi tersebut.
HapusSetiap puisi yang tersaji selalu menyimpan makna yang mendalam. Salut banget sama kak Tuty yang dengan tersirat mampu mengungkapkan hal/kejadian yg berada di sekitar kita. 😍😍
BalasHapusHaturnuhun Kak esty
HapusFoto-foto bawah lautnya menenangkan sekalii.. jadi salfok..
BalasHapusMuasal mutiara sejatinya untaian luka.. aku suka sama kalimat inii..
Ya Kak.. Saya sempat ditunjukkan oleh guide. Bagaimana 'perjuangan'sebutir mutiara...
HapusLagi lagi aku terpukau oleh puisi nya mba tuty ☺️
BalasHapusTerimakasih kak puspa
BalasHapusPuisi yang memukau dilengkapi gambar yang pas benar.
BalasHapusKak Tuty apa pernah bikin kelas di Kubbu untuk bikin puisi?
Aku mau ikutan kalau ada...
Keren ini !!
Iya ya kubbu sepertinya belum pernah buat kelas utk puisi... btw terimakasih untuk apresiasi dan sarannya
BalasHapusJika kemilau berlian di ujung cerita, Sandarkan lelah biduk di dermaga
BalasHapusSeandainya awan menghalangi kejora, Sadurkan lencana rasa di titian kencana
Ya ampun, aku sukaaa.
Terimakasih Kak chacha
BalasHapusMuasal mutiara sejatinya luka, bukankah bahagia baru bermakna setelah kita menjejak dan melewati jalan luka? Duh aku jatuh cinta sama puisi dan foto2nya
BalasHapusTerimakasih kak yunita
BalasHapusKarna bukan penikmat tulisan penug makna begini apalagi puisi jadi acungin jempol aja buat yg bikin segemented ini
BalasHapusNuhun omed
HapusAndainya angan tidak menggelapkan nyata... Makna puisinya dalam sekali, ditambah foto-foto yang diambil di kedalaman. Pilihan diksi Kak Tuty juga menambah perbendaharaan kata buatku. Semangat terus berpuisi, Kak.
BalasHapusTerimakasih Kak lis
BalasHapusTeh Tuty....ketemu lagi sama puisi kerenn6a, makin kagum aku ditambah liat foto2 indahnya....plus, it has my name on it, its strengthen me a bit. Thank You.
BalasHapusDan Kak Mutiara tak kalah hebat dengan sang mutiara
BalasHapusKeren teh puisinya.
BalasHapusPilihan diksinya keren2 byk yg aku ga tau.
Terimakasih Kak inez
BalasHapus