Senin, 28 Agustus 2017

Triangle

Tatapan menara gading itu sarat logika 
Tertusuk bola matanya disesaki deret angka 
Tandaskan putih kertas beraksara celaka
Pertanda tirai berkabung telah dibuka...    
     Katanya, selamat tinggal nurani! 

Tatapan nanar itu berkalang putus asa
Tak berkedip seolah tanpa bola mata
Telah tertutup pintu dan jendela tanya    
Pedihnya kata kehilangan hak bersuara  
      Katanya, selamat datang tirani! 

Tatapan dua sisi itu risau berpusara        
Terhadang alibi kelabu dibalik digdaya....
Terhentilah langkah kompromi bersama
Penatnya menata nafas tertikung jiwa
     Katanya, selamatkah naluri?
 
Tatapan berbeda arah itu bersudut tiga
Satu tatapan ke atas mematahkan asa
Satu tatapan ke bawah memuntahkan kecewa
Satu tatapan terhimpit diantaranya menyisakan doa
     Tuhan jauhi aku dari aniaya dunia 


Diposting oleh di

63 komentar:

  1. Kartini6 September 2017 pukul 04.01

    Aku paling susah dlm mengartikan puisi Mba, tp semakin aku ga paham maksudnya apa menurutku itu bagus banget.. Mba Tuty puisinya selalu juwara ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. tuty prihartiny7 September 2017 pukul 00.06

      Atuh poenteun...kadang narasumber minta dibuatkan puisi yang membuat dia lega tapi nyaman karena menggunakan 'kata ganti'... Tks mb Kartini

      Hapus
  2. Ristiyanto6 September 2017 pukul 21.20

    Sepertinya puisinya tentang kondisi yg terbelenggu. Lingkungan sekitar yg tidak sesuai dgn nurani, sehingga amat menyiksa kalbu.

    BalasHapus
  3. Antin Aprianti7 September 2017 pukul 07.00

    Sama seperti yang Kartini bilang, aku pun sulit mengartikan puisinya mba tuty tapi suka puisinya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. tuty prihartiny7 September 2017 pukul 10.34

      puisi di blog saya 'isi'nya milik client dan 'client' saya.. Sebelum di posting, saya minta izin mereka dulu. Atas nama kenyamanan mereka minta puisi yg tidak 'terlalu terbuka'... Jadi boleh di tafsirkan dari sudut yang berbeda... Tks mb Antin

      Hapus
  4. Bang doel7 September 2017 pukul 14.12

    Puisi yang pecaah... selalu suka puisinya mba tuti

    BalasHapus
  5. GRIYA ARDAFA8 September 2017 pukul 00.10

    Dalem

    BalasHapus
  6. Ning!8 September 2017 pukul 00.13

    Tokoh di puisi itu kayak lagi menderita banget ya kak Tuty, jadi ikut sedih :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. tuty prihartiny8 September 2017 pukul 06.08

      Iya kak ning..Ketiga tokoh tsb aselinya sama2 stress

      Hapus
  7. the eagle flies alone8 September 2017 pukul 00.25

    Puisinya sedih, tp aku lagi engga sedih jadi engga bisa ngerasain secara mendalam. Iri ih bagus pisan! :(

    BalasHapus
  8. kHALID8 September 2017 pukul 20.21

    Inspirasi nya dari mana nih ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. tuty prihartiny9 September 2017 pukul 07.20

      Hi kak Mahesa...puisi2 yg saya tulis personifikasi dari kisah client saya.

      Hapus
  9. Talif9 September 2017 pukul 01.27

    Suka puisi ini..Tatapan

    BalasHapus
  10. Lisa Fransisca11 September 2017 pukul 00.56

    puisi kak tuty selalu keren!
    sulit dimengerti awaalnya, tapi setelah dibaca berkali-kali, hmm
    ini tentang seseorang yang nggak nyaman sama sekelilingnya kah? rasanya menyiksa sekali

    BalasHapus
    Balasan
    1. tuty prihartiny13 September 2017 pukul 21.27

      Poenteun...masih belajar buat puisi belum lentur ya bahasanya... Tks kak lis

      Hapus
  11. Kharina Windi11 September 2017 pukul 05.01

    Puisinya sedih kak, kalimat penutupnya bagus, "Tuhan jauhi aku dari aniaya dunia" :(
    Wah kak tuty mah emang juara kalo bikin puisi hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. tuty prihartiny13 September 2017 pukul 21.33

      Tks ka kharin... Masih belajar nulis puisi dg bahasa yg lebih halus

      Hapus
  12. Maria Anastasia Wardani11 September 2017 pukul 23.48

    Lanjutkan, Mbak! Lingkungan kadang tak sesuai harapan.

    BalasHapus
  13. Rekam Jejakku12 September 2017 pukul 02.05

    Semacam, pegawai yang lagi menghadap HRD, kena SP atau siap di-PHK? Eh bukan yah....

    *belum pandai memaknai puisi T.T

    BalasHapus
  14. elsalova12 September 2017 pukul 16.18

    puitis sekali ya mbaa

    BalasHapus
  15. hayatisaja12 September 2017 pukul 16.55

    Puisi ka tuty mah selalu juara.. keren pisan

    BalasHapus
  16. YOGI12 September 2017 pukul 18.07

    mantap.

    BalasHapus
  17. Riders Indonesia12 September 2017 pukul 23.45

    Aq ga ngerti tentang puisi, tapi baca puisi nya ka tuty selalu terhanyut apalagi klo di iringi lagunya ebiet, semua kata katanya penuh makna

    BalasHapus
  18. Anonim13 September 2017 pukul 01.43

    Terpekik perih nurani diantara belantara dunia
    seandainya nurani bisa berbicara dan nyata.

    Tetap tidak!
    Nurani tidak berbicara
    Dia hanya diam mengawasi dalam diam

    Ketika panggilan Tuhan menghampiri,
    Itulah saatnya nurani berbicara kepada Hakim Tertinggi

    Semua saksi-saksi memandang ke satu arah

    Apa pembelaanmu di hadapan Sang Hakim Tertinggi?

    Cukuplah 3 amalmu sebagai saksi yang akan membelamu...

    Terima kasih Mba Tuty :)
    suka banget sama puisimu..
    sering-sering di share dong di grup WA. walaupun gak ikutan arisan blog.
    aku mau komen di puisimu yang lain :) ;)




    BalasHapus
    Balasan
    1. tuty prihartiny13 September 2017 pukul 21.36

      Mb endanggggg...wuih keren pisan puisinya. Di share atuh mb di IG utk narasi picture mb yg makin keren sudut pengambilannya

      Hapus
  19. Titi13 September 2017 pukul 15.59

    deep .. jagoan nihh puisi annya

    BalasHapus
  20. Achi Hartoyo13 September 2017 pukul 18.23

    Selalu suka baca puisi-puisi kak tuty. 😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. tuty prihartiny14 September 2017 pukul 02.03

      Tks mas achi... Pengen belajar dari mas achi keren bikin puisi dan tulisan lainnya

      Hapus
  21. www.ekasiregar.com13 September 2017 pukul 20.50

    bacanya kok nyesek ya mbak.. hiks..

    BalasHapus
    Balasan
    1. tuty prihartiny14 September 2017 pukul 02.05

      Saya dengerin narsum cerita dan liat ekspresinya ikutan nyesek...terus saya alihkan ke puisi aja

      Hapus
  22. Citra Rahman14 September 2017 pukul 07.21

    Ini pasti diketik lewat hape ya, Kak? Ada baris yang enggak sinkron. Hehe...
    Btw, puisinya bagus, Kak. Aku enggak begitu suka puisi tapi aku menikmati membaca puisimu ini. :D

    BalasHapus
  23. tuty prihartiny14 September 2017 pukul 14.23

    Hi kak ocit, iya kak saya nulis puisi via HP real time atau bbrp saat setelah sesi 'terapi' client saya karena puisi tersebut sebagai salah satu cara healing utk mereka...

    BalasHapus
  24. Kalena Efris14 September 2017 pukul 22.53

    Kelihatan sarat beban ya kak. Aku turut merasakan bebannya. keren kak.

    BalasHapus
  25. tuty prihartiny15 September 2017 pukul 00.03

    Tks ka kal...

    BalasHapus
  26. agusonpapers15 September 2017 pukul 03.09

    Saya suka puisinya...tinggi nilai sastranya..

    BalasHapus
  27. Leni Febriyanti15 September 2017 pukul 06.22

    Sepertinya saya dah lama sekali gak baca puisi. Starter yang baik nih buat saya mengasah imajinasi dalam puisi lagi. Mantap kak

    BalasHapus
  28. Diah Sally15 September 2017 pukul 09.28

    Tatapan mataku mengarah pada blog Ka Tuty,

    Yang memaksaku untuk memberi ponten tinggi 8,5/10 untuk sang puisi

    Katanya, selamat tinggal nurani

    *membalas comment dengan puisi #Apaansih hahaa

    BalasHapus
  29. ZAINAL MUTAKIN15 September 2017 pukul 18.32

    Ini bukan puisinya film dedy corbuzer yg tri angel itu kannn 😁😁😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. tuty prihartiny15 September 2017 pukul 22.30

      atuh poenteun...itu apa ya bang zen... Belum pernah denger.
      Saya klu buat puisi real time pada saat 'sesi terapi' client saya...

      Hapus
  30. Annisa J.15 September 2017 pukul 18.39

    Puisinya selalu dalem kak, menggelitik sensitivitas rasa.. thanks kak!

    BalasHapus
    Balasan
    1. tuty prihartiny15 September 2017 pukul 22.31

      Tks kak annisa... Btw apa kabar kak? Udah lama ya ndak ngobrol2

      Hapus
  31. beni ananto16 September 2017 pukul 03.31

    Saya merasa jadi salah satu tokoh di puisi itu Mba. Hehe

    BalasHapus
  32. Puspa harahap16 September 2017 pukul 05.43

    Puisinya mba tuty keren.. ��

    BalasHapus
  33. ndarikhaa.com16 September 2017 pukul 08.18

    Simple, padat, rima nya dapet, slalu bagus puisi2 ka Tuti.. Btewe "client" sbg inspurasi kakak?

    K Tuti menggeluti bidang apa kak bisa sedekat itu dgn klien nya??

    BalasHapus
    Balasan
    1. tuty prihartiny16 September 2017 pukul 16.45

      Hi kak ndarikhaa,saya cenderung menyampaikan puisi sebagai salah satu bagian dari terapi. Bahkan kami sering membuat puisi bersama. Alhamdulillah sejauh ini client cukup terbantu

      Hapus
  34. Helloinez.com1 Oktober 2017 pukul 19.45

    bagus puisinya. terus berkarya kak
    www.belajaronlineshop.com

    BalasHapus

Langganan: Posting Komentar (Atom)