Sabtu, 27 Februari 2021

"MEMENANGKAN" KEKALAHAN

 

 

Pemenang Juga (Sering) Kalah

Piala Dunia 2014, menorehkan catatan kekalahan paling memalukan bagi Brazil. Jagat sepak bola dunia dibuat tak habis pikir. Bagaimana tidak, tim asuhan Luiz Felipo Scorani, dihajar dengan skor  telak oleh Tim nasional Jerman  1 – 7 ! Tragisnya,  5 gol pertama tersebut di jaringkan oleh tim asuhan  Joachim Low dalam jangka waktu hanya 30 menit! 

Brazil adalah tuan rumah alias bermain di kandang sendiri. Tidak sedikit punggawa timnas Brazil bermain di klub-klub Elit Eropa, tentulah tidak asing dengan teknik dan taktik mereka. Apalagi Brazil mempunyai prestasi gemilang sepanjang sejarah Piala Dunia sebelumnya : juara Piala Dunia 5 kali. Diprediksikan akan melenggang sampai ke puncak kejuaraan alias akan menjadi juara Piala Dunia untuk ke -6 kalinya. Deretan ‘keuntungan’ tersebut seakan menguap dengan terhentinya langkah Brazil di babak semi final tersebut.

                                                  pic. by.  secure.static.goal.com

Kekalahan yang dikenang sebagai “Tragedi Mineirazo” tersebut, seakan membuka ingatan pahit sebelumnya. Ya, publik Brazil masih mengingat kekalahan tim nasional mereka pada Piala Dunia tahun 1950. Bedanya kekalahan tersebut terjadi di babak final saat melawan Uruguay. Namun sama pahitnya. Berlaku sebagai penyelenggara. Berlangsung di stadion kebanggaan mereka. Sehingga mereka sebut sebagai “ Tragedi Maracanazo. “

Brazil berusaha bangkit, menatap piala Dunia 2018.

Namun hasilnya lebih buruk, kali ini kalah di babak perempat final melawan Belgia 1-2.

Setelah disingkirkan oleh Belgia, Neymar_ yang memperkuat Tim Nasional Brazil Pada piala dunia 2018 ( dan 2014 ) menuliskan di akun Instagramnya :

“Saya dapat memberitahu anda bahwa ini adalah saat paling menyedihkan dalam karier saya. Rasa sakitnya sangat besar  karena kami tahu kami bisa pergi jauh. Kamu tahu kami memiliki kesempatan melangkah lebih jauh, untuk membuat sejarah, tetapi tidak untuk saat ini. Sulit untuk menemukan kekuatan untuk ingin bermain sepakbola lagi, tetapi saya yakin Tuhan akan memberi saya kekuatan yang cukup untuk menghadapi apapun. Saya tidak akan berhenti berterimakasih kepada Tuhan. Bahkan dalam kekalahan, karena saya tahu jalan Nya  jauh lebih baik daripada jalan saya. Saya sangat senang menjadi bagian dari tim ini saya sangat bangga dengan semua orang. Ini mengganggu mimpi kami, tetapi mereka tidak mengapusnya dari kepala kami atau hati kami….”

Apakah Brazil akan membuktikannya di Piala Dunia 2022?

Kita bersama akan menjadi saksi, dengan mengingat bahwa jika kita belajar dari kekalahan, sesungguhnya kita tidak (benar-benar) kalah. Demikian menurut Zig Ziglar

         

“Mengalahkan” Kemenangan

Salah satu Legenda sepak bola Inggris,  Garry Lineker atas kekagumannya dengan team Jerman pernah berkata bahwa, sepak bola itu permainan sederhana. Dua puluh dua pria mengejar bola selama 90 menit dan pada akhir pertandingan, Jerman selalu menang. Hal tersebut ia sampaikan sebagai kiasan.  Mengingat begitu seringnya Jerman memenangkan kejuaraan  tingkat dunia maupun Eropa. Mereka dikenal sebagai team elit dengan teknik dan taktik yang mumpuni dalam kerjasama team yang solid.

Namun apa yang terjadi pada piala dunia 2018?

Timnas Jerman yang pada Piala Dunia sebelumnya, digdaya menghajar Brazil di semifinal  dan meraih Tropi piala dunia 2014 dengan mengalahkan Argentina di Final,  justru kalah memalukan  dari team Asia : Korea Selatan dengan skor 0-2.   Kekalahan yang mencoreng sejarah emas Die Mannschaft. Inilah kekalahan tercepat dalam keikutsertaan Jerman di Piala Dunia dalam kurun 80 tahun.


Yang menarik adalah, jika saja  Jerman tidak menjadi juru kunci di group F - yang membuatnya tersingkir dari Piala Dunia 2018- maka bisa saja akan bertemu dengan Tim Brazil di babak 16 besar.

Paulinho, Gelandang Tim Nasional Brazil dengan berhati-hati mengomentari kekalahan tim Jerman. Dengan bijak ia berkata,

 “ tujuan kami adalah mencapai putaran 16 besar dan disanalah kami berada. Saya tidak resah tentang Jerman dan tidak akan berkomentar tentang apa yang terjadi pada mereka.”

Komentar tersebut berbeda dengan kalangan press Brazil, yang merasa “lega” karena kekalahan Jerman. Namun komentar sang Paulinho sangat tepat ! Seperti halnya Jerman, Brazilpun tersingkir dari Piala Dunia 2018.  Belgia menghentikan Brazil di babak perempat final dengan score 2-1.

Tersingkirnya Jerman di fase penyisihan group menjadi topik hangat dengan berbagai versi analisa. Ada rumor  yang menghubungkan kekalahan dengan ‘kutukan’ juara bertahan, seperti yang dialami  Juara Piala Dunia 2006 (Italia), 2010 ( Spanyol) dan kini 2014 (Jerman). Bahwa Juara PD sebelumnya tidak akan sukses di Piala Dunia berikutnya (?!). 

Selain itu ada juga beranggapan bahwa buruknya performa Jerman di PD 2018 justru karena menganggap enteng lawan di group F ( Swedia, Mexico dan Korea Selatan ). Selain itu, banyak yang menilai timnas Jerman 2018 ini tidak sesolid  timnas sebelum-sebelumnya. Kabarnya, team 'terpecah' menjadi dua 'kubu'. Yaitu alumni’ Piala Dunia 2014 dan Piala Konfederasi 2017. Pendapat lain lagi menyinggung mengenai  teknik pemain  dan taktik bermain team Jerman sangat mudah dibaca oleh lawan-lawannya.

Apapun itu, sang pelatih, Joachim Low dengan sportif mengatakan:

 " Kami pantas tersingkir."

" Taktiknya sudah jelas dan kami sudah banyak membahasnya, tapi kami tidak menjalaninya dengan baik."

"Ada rasa kecewa karena tereliminaasi di fase ini."

" Kami tidak pantas memenangkn piala dunia saat ini. Kami juga tidak pantas untuk melaju ke babak 16 besar ."

Setelah kekalahan Jerman tersebut, Garry Lineker sang legendaris, merubah pandangannya terhadap team Jerman



Apa yang akan Jerman tunjukkan di Piala Dunia 2022?


   Pemenang bukan berarti tidak pernah merasakan pahitnya kekalahan, hanya saja mereka menyikapi kekalahan dengan benar – MC Dimbud

·       Jika kita belajar dari kekalahan, kita sesungguhnya tidak kalah

·       Kemenangan terbesar bukan karena kita tidak pernah kalah, tetapi ketika kita tidak bisa bangkit dari kekalahan

 


38 komentar:

  1. Seru baca artikel ini karena meskipun aku penyuka piala dunia tapi start tahun 2014 sd 2018, aku ngga ngikutin sama sekali karena udah capek kerja jadi ngga bisa begadang..hehe..
    Aku berasa dapet intisarinya disini..
    Semoga tahun 2022 Covid udah mereda jadi bisa ada PD lagi ngga kayak Piala Eropa tahun 2020 yang terpaksa ngga ada..

    Btw, Piala Dunia favorit aku 2002 karena diselenggarain di Asia jadi pas nonton aku ngga perlu begadang..hehe..

    Nice article!

    BalasHapus
  2. Bagi saya, setiap PD menghadirkan moment khusus yang 'menggemparkan'. Semoga PD 2022 bukan suatu moment kekalahan yang jadi sorotan. Salam lapangan hijau kak Febi

    BalasHapus
  3. Sejujurnya saya ga pernah sedikitpun tertarik dan mengerti tentang pertandingan sepak bola. Bahkan sekelas piala dunia sekalipun. Hahahaha. Dan saya baru tau ternyata banyak pelajaran yang bisa diambil dari pertandingan tersebut ya. Great post kak tuty, semoga sehat selalu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya Kak Mer. Bagi saya, dunia sepak bola punya hal-hal menarik yang related dengan kehidupan sehari-hari. Saya belajar banyak hal darinya. Terimakasih untuk kunjungannya kak.

      Hapus
  4. Ada momen menarik setelah pertandingan ini berakhir. Momen tersebut ketika salah satu pendukung tuan rumah, brasil, yang bernama kakek Clovis Acosta Fernandes menangis dan memeluk replika piala dunia, kemudian memberikan piala tersebut kepada pendukung jerman yang berada di dekatnya.

    Pada akhirnya pertandingan juga tentnag menerima kekalahan dan memberikan selamat kepada pemenang. Para pendukung tim pemenang tetap berempati kepada tim yang kalah, yang sekaligus bertindak sebagai tuan rumah. Saat itu sepak bola menghilangkan segala batas dan perbedaan yang ada.

    Momen itu tidak akan pernah dilupakan, meskipun kakek telah meninggal dunia.

    BalasHapus
  5. Moment kakek Clovis Acosta Fernandez tersebut selain menyentuh juga mengingatkan saya bahwa sejatinya kekalahanpun punya 'kemenangan' tersendiri. Yaitu mengakui kemenangan pihak lain dengan cara yang simpatik.

    BalasHapus
  6. Aku nggak ngikutin tentang sepak bola, jadi nggak banyak tahu dan nggak paham tentang piala dunia ini. Tapi dari tulisan yang teteh tulis, aku bisa narik kesimpulan kalau kita nggak boleh menganggap enteng orang lain, karena kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget kak. Sebelum wasit membunyikan pluit panjang, siapapun bisa menjadi menang atau kalah.

      Hapus
  7. Saya rada beda, laki tapi gak ngikutin bola. Dulu sempat suka dengan klub Juventus, tapi itu waktu SD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ndak hanya Mas Iqbal, di kantorpun banyak rekan kerja pria yang bilang, ndak ngikutin perkembangan dunia sepak bola...

      Hapus
  8. Dulu sekali saya pernah menyukai Sepak Bola, tahun 1998..so old hahaha... Saya menonton PD hampir disetiap tengah malam, saya rela bangun setelah tidur sesaat untuk kemudian begadang menyaksikan tim kesayangan berlaga. Saya suka dan menjagokan, Spanyol, Perancis dan Italia. Ketiga-2nya masuk top 5, bahkan dua diantaranya harus bertanding di Semifinal untuk memperebutkan gelar juara, yang saat itu disabet oleh Perancis. Jagoan yang saya unggulkan turut berperan besar, ia adalah Zinedine Yazid Zidane. Jagoan saya yang lain adalah Raul Gonzales Blanco yang membela Spanyol.
    Hikmah dan pembelajaran yang saya dapatkan selama mengikuti PD adalah tentang menjunjung tinggi sportivitas. Profesional dalam bermain sepak bola, melakukannya dengan cinta dan sepenuh hati. Dewasa dan bijak dalam menghadapi kenyataan di lapangan, menerima bahwasanya akan ada kemenangan pun kekalahan.
    Bagi saya saat itu, sungguh indah dan menarik menonton pertandinga PD, saya selalu suka dan memperhatikan lapangan juga rerumputan. Saya jatuh hati pada cara bermain dan profesinalitas pemain luar, namun bukan berarti saya jadi mengelukan dan kurang menghargai pemain dalam negeri. Hanya mengikuti intuisi,rasa juga logika sepertinya.
    Biar bagaimana pun olahraga sepak bola tetaplah memiliki hal baik dan positif di dalamnya.
    Bravo Olahraga!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Suka euy baca ulasan kak Ani. Ya kak, sejarah sepak bolapun juga ada masa hitam nya. Sempat ingin menulis catatan terkelam sepanjang piala dunia. Tapi, mungkin untuk tulisan selanjutnya. Salam dari 11 pas kak Ani !!

      Hapus
  9. Sepak bola, permainan beregu dengan strategi tertentu,menurutku merupakan seni berkomunikasi antara sesama team.

    Ya terkadang dalam kehidupan sehari haripun kita juga pernah miskom. tidak satu frekuensi.

    aku suka kata kata di akhir kalimatnya kak Tuti.

    Terima kasih kak meramu artikelnya menjadi menarik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih kak Reno. Bahkan dari sepak bola 'tarkam'pun saya selalu dapat pelajaran kehidupan baru.

      Hapus
  10. Aku gak paham soal bola, dan belum pernah nonton juga pertandingan piala dunia di tv.. Sejauh ini apakah tim Germany bisa menjadi pemenang di pertandingan Piala Dunia 2022 kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau German menang lagi, sepertinya malah 'kurang menarik' . Pengen banget ada juara baru. Namun yang saya ingin lihat adalah,gimana timnas bangkit dengan taktik baru di PD 2022.

      Hapus
  11. Teh Tuty, aku buta banget sama sepak bola. Karena emang nggak ngikutin. Tapi dulu pernah nonton juga pas si ganteng Christiano Ronaldo main, wkwkwkwk... Perempuan itu kalau nonton bola emang paling mupeng sama pemainnya yang cakep-cakep yah ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai mbak Ning! Saya sangat suka dunia sepak bola sejak kecil, bahkan sebelum SD. Bisa bacapun dimulai dari penasaran, apa sih yang ditulis koran mengenai bola. Sampai bisa memahami teknik dan taktik dibalik permainan sepak bola. Bahkan sepak bola 'mengajari' saya untuk memahami beberapa sisi dalam kehidupan. Hemm begitulah mbak.... Terimakasih mbak, sudah mampir.

      Hapus
  12. Sepak Bola bikin ingat ayah selalu. Dulu senang sekali dengerin ayah cerita bola meski aku tak paham. Tapi di artikel ini aku dapat paham dengan quote paling akhirnya.

    Kemenangan terbesar bukan karena kita tidak pernah kalah, tetapi ketika kita tidak bisa bangkit dari kekalahan

    BalasHapus
  13. Aku gak terlalu ngikutin sepak bola lagi sekarang, kalau dulu suka nonton anime sepak bola & ngikutin PD bareng ayah & adik. Seru ya Kak. Dulu aku hanya mengikuti pertandingannya, tapi gak banyak baca hal-hal di balik perjuangan para pemain & timnya.

    Quotes penutupnya ciamik sekali! Klise tapi kenyataan ya. Haha. Btw, pertama kali baca Kak Tuty nulis artikel yang berbeda seperti ini. Nice, Kak!

    BalasHapus
  14. Karena tulisan kak tuty aku jadi ingat bentar lagi piala dunia. Hahah.
    Yaampun aku dulu sedih banget pas jerman kalah di PD 2018. Tapi emang mainnya jelek pas kalah.

    Kata terakhirnya penyemangat banget

    BalasHapus
  15. Termasuk yang tidak mengikuti bola nih. Tapi, dari cerita ini ternyata pertandingan punya sejarah panjang yang memberi banyak pelajaran. Pelajaran untuk nggak jumawa dan mampu menerima kekalahan yang pahit.

    BalasHapus
  16. Ga nyangka Teh Tuty analis bola yang mumpuni. Artikelnya benar2 menarik. Informasi bolanya dapat, quote nya pun mengena, bukab hanya tentang bola saja tetapi tentang apa pun yang berhubungan dengan kemenangan. Keren.

    BalasHapus
  17. Wow, tumben teh tuty bahas piala dunia. Aku penasaran apakah di 2022 Perancis akan meneruskan kutukan juara bertahan yg tidak lolos fase grup. We'll see..

    BalasHapus
  18. Pembahasan yang Bagus Mba, tapi saya masih berharap kalau 2022 PD tetap diadakan atau tidak mundur seperti Olimpiade 2020, Prancis bisa memecahkan kutukan yang selama ini dipercaya masyarakat, Insyaallah 2022, bukan hanya lolos fase Group, Tapi Langsung Juara Sekaligus

    BalasHapus
  19. Kurang ngikutin PD...tapi pernah nonton pas PD tahun berapa lupa...seru banget sih kalau mainnya bagus. Secara pribadi aku sukanya nonton pertandingan badminton...tapi kurang lebih ada sih kesamaan yang diambil dr olahraga..belajar untuk siap menang atau kalau...

    BalasHapus
  20. Artikel di atas memberikan pelajaran berharga.Salah satunya bersyukur walau apapun yang terjadi. Nice post kak.

    BalasHapus
  21. Suka banget sama postingan ini. Benar benar daging isinya. Setuju sih pemenang itu pasti butuh proses dan pasti mereka pernah alami kegagalan. Yg membedakan adalah ikhtiar,motivasi buat bangkit ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah kak Eka. Pemenang dan yang kalah di pertandingan sebelumnya, tidak berarti akan memetik hasil yang sama di pertandingan berikutnya.

      Hapus
  22. Baca artikel ini jadi kangen sama euforia saat Piala Dunia berlangsung.
    Perihal kutukan bahwa juara PD sebelumnya tidak akan sukses di Piala Dunia berikutnya, sepertinya ini berlaku ke banyak kompetisi lainnya. Karena mempertahankan lebih susah daripada meriahnya. Pasalnya, saat menjadi juara sibuk dengan gegap gempita kemenangan, lupa bahwa kerja keras diperlukan lagi untuk next kompetisi, ada sedikit rasa sombong ...hingga akhirnya zonk! Kalah sebelum jauh melangkah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apalagi sekelas PD ini mbak Dian. Negara manapun berharap bisa menundukkan negara2 elitnya sepak bola. Lengah sekali, bisa fatal berkelanjutan....

      Hapus
  23. memori gue tentang sepakbola berhenti di Iker Cassilas beb hahahahha, itu juga di piala dunia entah tahun berapa...jaman dia jadi kiper keceeeee, ganteng hahahahha.

    tertohok dengan kalimat...pemenang juga (sering) kalah. gagal berkali kali, bangun berkali kali, berusaha lagi dan lagi, ada waktunya berlari ada waktunya berjalan, ada waktunya menerima ada waktunya melepaskan.

    dalem juga hikmah yang bisa diambil beb, thankyou for sharing

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tahu ndak mbak, saya kalau lihat pertandingan bola atau baca berita bola, bukan hanya analisa jalannya pertandingan tapi bagaimana determinant nya para pemain mengusahakan kemenangan. Walaupun sayang, tetep ada yang mencederai fair play. Banyak banget pelajaran dari 45 menit x 2....

      Hapus
  24. "Saya tidak akan berhenti berterimakasih kepada Tuhan. Bahkan dalam kekalahan, karena saya tahu jalan Nya jauh lebih baik daripada jalan saya."
    Butuh hati yang besar untuk bisa tetap bersyukur kepada Tuhan. Apalagi untuk seorang olahragawan profesional yah. Yang tuntutan menangnya gede bgt.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salah satu moment pertandingan sepak bola yang tidak saya tinggalkan adalah setelah pluit panjang di tiup oleh wasit. Bagaimana team pemenang dan yang kalah mensikapi hasil akhir. Tak jarang, moment religius mereka yang bikin saya tertegun...

      Hapus
  25. keren ini artikelnya. Penikmat bola banget ya kk tuty. Walau udah sering menang, belum tentu ke depannya menang lg krn sepak bola itu susah diprediksi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya Kak Inez, salah satu yang saya pelajari dari sepak bola adalah hal menang kalah. Seperti bagaimana 'mengatasi' kekalahan dengan elegan. Begitu juga team pemenang. Kemenangan adalah 'masa lalu' . Bagaimana ke depan? Berjuang lagi.

      Hapus
  26. Ya ampun aku gak nyangkaa teh tuty bisa sedetail ini tau ttg bolaa. Aku samsek gak tau dunia perbolaan. Bacanya jadi belajar jugaaa

    BalasHapus