Selasa, 17 Maret 2020

The Friend Are Forever (?!)

Kau sahabatku,
Terlanjur kuabaikan kata mereka tentangmu
Walaupun ternyata benar,  begitulah kamu
Tapi sulit kusesali yakinku padamu

Titian Rapuh
Ketika sahabat _dengan berbagai alasan yang dicari-cari_tidak lagi menempatkan kita sebagai priority person.  Menunjukkan  gelagat, lebih mementingkan menghabiskan waktu dengan teman lain dibandingkan dengan kita, sohib lamanya.

Ketika sahabat kita memuji teman baru atau teman yang lain dengan antusias;  Plus dengan ucapan _ yang intinya_ baru kali ini dia bertemu dengan orang yang begitu mengerti dirinya.  Seolah-olah kita bukan siapa-siapa dia.  Bahkan tidak menggubris persahatan kita selama ini. 


Ketika _orang yang kita sebut sebagai sahabat _  sampai lupa ulang tahun kita tanpa penyesalan. Bahkan tidak memberikan selamat atau datang di hari kelulusan kita tanpa kabar apapun.
 

Atau ketika _sang sahabat_ seperti menghilang di telan bumi. Seakan sengaja lost contact . Kalaupun akhirnya bertemu, memberikan alibi yang janggal dan ingin segera berlalu dengan mengatakan ada kesibukan lain yang lebih mendesak. Lalu semakin jauh dari hari ke hari. 

Dia seolah sudah melupakan persahabatan kita ....

Kau sahabatku
Aku akan bertanya,  menunggu waktu
Adalah bentuk dukunganku
 Aku kehilangan jejakmu
Aku tak mengerti,  haruskah aku berlalu?

Titian Retak

Mungkin, diantara kita ada yang secara sengaja atau tidak sengaja merusak persahabatan tersebut dengan menikung atau menikam dari belakang. Bahkan 'menggunting dalam lipatan' atau mencederai persahabatan tersebut. Tentu nya dengan alasan tertentu, yang justru sulit diucapkan langsung kepada sang sahabat.

Mungkin juga, satu diantara kita merasa terbeban dan lelah karena ulah atau sikap atau perbuatan yang selama ini terus meminta permakluman. Sayangnya, tidak berlaku sebaliknya.

Mungkin ini :  mungkin karena kita tidak setara. Ada kesenjangan sosial, budaya, ekonomi atau lainnya.  Misalnya tentang kesuksesan. Sehingga salah satu pihak merasa tidak pantas melanjutkan persahabatan. Mengingat hal yang dibicarakan dirasakan tidak menarik untuk sang sahabat. 

Kau sahabatku
Walau mereka melihat, betapa bodohnya aku
Karena perkenalan kita terhitung baru
Tak banyak waktu yang kita habiskan saat itu
Bagiku kau tetap sahabatku

Titian Semu
Atau mungkin, persahabatan kita hanyalah jalinan semu. Di antara kita ada yang mendekat demi tujuan tertentu.  Tidak tulus. Menggunakan persahabatan untuk mencari keuntungan pribadi secara finansial, sosial, kesempatan atau alasan ambisius lainnya.  Setelah tujuan tercapai, 'sang sahabat' menjauh dengan segala alasan.

Diakah yang kita sebut sebagai sahabat?
....


Pintu waktuku,
Kapanpun terbuka untukmu
Aku sangkal semua kesalahanmu 
Karena aku merasa lebih mengenal dirimu
Meski ternyata mereka lebih tahu siapa dirimu
Permaklumanku tanpa setitik ragu
Karena kau sahabatku

Titian Baru
Jika masih mungkin dipertahankan, kenapa tidak kita perbaharui  titian persahabatan. Komitmen baru tanpa mengusik masalah sebelumnya. Setidaknya kita yakin, semua ada waktunya.

Jika saja kita berusaha untuk menyempatkan waktu bertemu. Tanpa merasa terdesak atau terpaksa.  Setidaknya, bertemu melalui media sosial, dengan saling memahami kondisi kekinian sang sahabat. Saling memaklumi dan memberi dukungan. Pun, atas perbedaan dan kesenjangan yang terjadi. 
Jika keterbukaan _tentang apa yang sesungguhnya terjadi_ masih dimungkinkan. Tanpa sungkan kita mestinya dapat berterus terang, kenapa menjauh, seolah lebih mementingkan teman lain tanpa alasan yang jelas.  

Aku akan tetap menjadi sahabatmu
Maukah kau tetap menjadi sahabatku?

46 komentar:

  1. Wah, dalem ya..hehe..
    Mungkin semua ada "masanya" :p

    Nice story!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nuhun kak febi.
      Kedua tokoh dalam tulisan ini adalah orang yang kak febi kenal dengan cukup baik.

      Hapus
  2. Dulu pernah pernah di posisi seperti itu. Dekat, kemudian agak renggang. Dan akhirnya bertemu ketika dia sedamg membutuhkan sesuatu.

    Pada akhirnya aku berpikir, mungkin dia sedang sibuk dengan apa yang dia kerjakan.

    Cerita yang bagus mbak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih mas Rivai.Tulisan ini dari kisah nyata yang masih berlangsung. Sayapun masih menunggu kelanjutannya...

      Hapus
  3. Waaaah teh Tuty ini sungguh mewakili apa yg aku rasakan belakangan ini, kecewa terhadap sahabat lama, ketika sudah tercapai tujuannya aku dilupakan :( sedih memang, tapi akhirnya pikiran pun terbuka bahwa ini hal yg wajar dalam proses pendewasaan, ada momen ketika kita harus berjalan 'sendiri', people change, duh jadi curhat :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai kak agnes, saya mendengarkan langsung cerita ini dari kedua pihak. Dengan sudut asumsi yang berbeda. Banyak sisi menarik lainnya yang sayangnya ndak bisa saya tuliskan dengan 'terang menderang '. Btw, terimakasih untuk kunjungannya

      Hapus
  4. Makna tulisan ini dalam sekali, Kak Tuty...
    Keren as always!

    "Aku akan tetap menjadi sahabatmu
    Maukah kau tetap menjadi sahabatku?"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kaklisss... kangen euy
      Long time no see

      Terimakasih kaklis sudah menjadi sahabat saya yang sangat determinant

      Hapus
  5. Sedih sekali baca tulisan ini, Teh :(
    Beberapa bulan belakangan memang lagi jauh sama sahabat-sahabat, dan jarang komunikasi karena lagi sok sibuk tapi alhamdulillah minggu kemarin bisa ngumpul bareng lagi dan komunikasi kembali lancar.

    Memang semua ada waktunya ye teh :D

    BalasHapus
  6. Mungkin kak antin jadi lebih sedih, karena kedua tokoh dalam tulisan tersebut termasuk orang terdekat kak Antin. Sering menghabiskan waktu untuk berbagai event dan kesempatan. Terimakasih untuk kunjungannya ya kak

    BalasHapus
  7. Sedih ya..tapi menurut aku jika seseorang sudah sengaja menjauh itu adalah keputusan nya sendiri. Kecewa pasti tapi kita tidak bisa mengharapkan orang untuk terus hadir dikehidulan kita. Walau sejatinya seorang sahabat seharusnya tidak akan pernah menghilang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ternyata persabatanpun diwarnai dinamika yang tidak terduga sebelumnya ya kak ifa. Terimakasih kak ifa untuk kunjungannya

      Hapus
  8. Pernah ngalamin dijauhi sahabat beberapa kali, waktu SMA dan kerja. Ya cuma berusaha melihatnya secara positif aja, mungkin memang udah ketemu dunia lain yg lebih seru. Walau sesekali masih kangen kumpul. Hiksss

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kak Raya teh type sahabat sejati. Berbahagialah mereka yang punya sahabat seperti kakak. Maukah kak raya jadi sahabat saya juga? Thanks buddy

      Hapus
  9. Jadi inget pepatah..

    "People come and go, that's life"

    "Ketika seseorang pergi dari hidup kita, bukan berarti hidup kita berakhir. Tapi cerita tentang dirinya yang berakhir dari hidup kita"

    (Deny Oey)

    BalasHapus
  10. Persahabatan pun tak ada yang kekal dan abadi, malah ada yang nusuk dari belakang. setelah tahu, oh kayak gini toh ya hanya cukup tau saja sie kak. Ya hidup juga kan terus berjalan ya mau ada sahabat atau tidak ada sahabat.

    BalasHapus
  11. Saya pribadi tidak pernah percaya dengan yg namanya persahabatan krna setiap orang dengan latar belakang berbeda, ketemunya juga sdh dalam keadaan dewasa..pasti pnya nilai, sikap dan kepentingan yg ada dlm benaknya ketika menjalin relasi dengan orang lain..jadi sy lebih suka berteman saja Tdk lebih dari itu..jadi kalau ada masalah..yg tadi nya Tdk kenal..kenal..kemudian orang itu menghilang untuk tidak kenal lagi menjadi suatu hal yg biasa.Tidak sampai membuat sakit hati..karena itu hanya teman biasa yg bisa datang dan pergi sesuai kepentingan yg dia punya..hehe maap jadi curcol ya teh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menarik nih pendapat kak bayu. Bener juga ya kak, yang penting tetap punya jalinan perteman.

      Hapus
  12. Deep. Cuma kata itu sih yang terlintas saat selesai baca.

    BalasHapus
  13. Tak ada yang abadi termasuk sahabat. Aku pernah ngerasain gimana sahabat dulu ga lagi nyambung dengan kita. Sahabat bisa berganti menjadi teman biasa saja, asal ga jadi musuh sih menurutku.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup. Sahabat jadi musuh tuh. Awfull banget rasanya

      Hapus
  14. tulisan kak Tuty mewakili banget, sahabatku yang dulu sering bersua.. namun sekarang malahh seperti menjaga jarak

    mungkin memang begitu ya persahabatan seperti roda kehidupan yang berputar kak

    BalasHapus
  15. Mungkin sahabat tersebut, beralih karena ada hal lain yang lebih menarik untuk diakrabkan ya..

    BalasHapus
  16. Aku jadi ingat sama kata2 salah satu Motivator, jangan pernah berharap atau menaruh harapan pada orang lain. Karena mereka bisa mengecewakan kita

    BalasHapus
  17. Apakah pada akhirnya semua akan seperti ini, pernah dekat hingga kemudian renggang hehe. Mungkin bisa dikatakan kalau sahabatan itu juga seleksi alam. Yang terbaik akan stay selamanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dinamika persahabatan ya kak Ra. adakalanya kita dihadapkan pada realita persahabatan yang tidak idealis....

      Hapus

  18. Semua yg hadir pasti akan pergi, semua yg datang pasti ada waktunya. Tapi seorang sahabat akan selalu jadi sabahat bagaimana pun itu. Sehebat apapun perdebatan yg terjadi. Jika ia sejati. Sepemahaman aku begitu kak. Walau berkaca-kaca bacanya. Selalu kagum dengan tulisannya Kak Tuti


    Aku akan tetap menjadi sahabatmu
    Maukah kau tetap menjadi sahabatku?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seorang kak reno memang sahabat sejati. Bahagia sekali mereka yang menjadi sahabat kakak...

      Hapus
  19. Hmm..so deep Kak..pernah merasakan hal seperti ini. Ditinggalkan teman yang aku anggap dekat..beberapa kali malah haha..ah tapi harus tetep positif ya Kak, anggap sebagai perjalanan dan episode pembelajaran..
    Thanks ya Kak Tuty insightnya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sahabat juga mewarnai pembelajaran dalam kehidupan kita ya kak...

      Hapus
  20. apa rasanya kehilangan?
    apa rasanya ditinggalkan?
    apa rasanya sendirian?
    aoa rasanya tidak diakui?
    apa rasanya jadi anak ibu?

    langsung muncul pertanyaan seperti itu di kepala ketika baca tulisan inih...ahhh jadi bikin mikir....kezeell ga bisa bobok hahahahha

    kehilangan dan memaafkan memang ga pernah akur, hanya orang beruntung yang bisa mengakrabkan mereka

    apasiihh jadi ngalor ngidul hahahha, senennng baca tulisan lo beb :*

    BalasHapus
  21. apa rasanya kehilangan?
    apa rasanya ditinggalkan?
    apa rasanya sendirian?
    aoa rasanya tidak diakui?
    apa rasanya jadi anak ibu?

    langsung muncul pertanyaan seperti itu di kepala ketika baca tulisan inih...ahhh jadi bikin mikir....kezeell ga bisa bobok hahahahha

    kehilangan dan memaafkan memang ga pernah akur, hanya orang beruntung yang bisa mengakrabkan mereka

    apasiihh jadi ngalor ngidul hahahha, senennng baca tulisan lo beb :*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih mbak nani.... Mengulik hal persahabatan ternyata sesuatu banget lho mbak

      Hapus
  22. Mungkin semua memang ada masanya. Pernah temanan 12 tahun, ternyata karena misscom dia memutuskan untuk menjauh. Saat itu juga saya minta maaf jika ada perkataan yang salah namun dia masih dengan keputusannya, menjauh, jangankan mengangkat telepon saya membalas pesan saya saja dia enggan.

    Saat itu juga saya membatin, bahwa memang semua orang berhak memutuskan mau berteman sama siapapun, dan saya pun tak rugi jika dia tak mau berteman lagi.

    Bukannya manusia itu berubah?

    Wah, gara2 tulisan ini saya jadi inget kejadian itu hahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sejatinya persahabatan pun ada riaknya ya kak. Bagaimana kita menghadapinya menjadi point tersendiri untuk memaknai persahabatan seperti apa yang kita jalani selama ini...

      Hapus
  23. Pernah banget merasakan ini, kak. Sahabat yang sudah seperti saudara berakhir dengan hal yang tidak mengenakkan. Menempuh jalan masing2, walau mungkin masih bisa melihat dan mendengar kabar dari orang2 yg tau kita dekat tp nggak tau kl kita sudah retak. Kehilangan itu pasti, namun semua itu pilihan. Sama2 beranggapan yg kita lakukan benar. Sama2 keras kepala untuk mau saling mengalah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga ada waktunya nanti, persahabatan tersebut terjalin lagi ya kak.

      Hapus
  24. Ngomong-ngomong sahabat,


    Aku banget deh kak. Suka nutup mata dengan burukny sahabatku. Buat aku, ketika memilih menjadi sahabat menerima dengan segala kurang.

    Heem, ternyata tidak aku aja yang sebegininya dengan persahabatan ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kadang persahabatan juga ada erosi, penikungan dan hal-hal tidak terduga lainnya ya kak....

      Hapus
  25. Pernah dalam kondisi seperti ini. Menjauh dari sahabat sendiri. Tapi karena sepertinya kami tak lagi satu misi. Aah, entahlah, setiap di tegur salah dia marah. Lebih baik saya yang menjauh, mungkin saja dia tak lagi butuh..


    Itu jawabanku, Kak Tuty. Tentu aku masih mau jadi sahabat kakak :)

    BalasHapus
  26. Terimakasih mbak dian tetap mau jadi sahabat saya.

    BalasHapus
  27. Entah kenapa justru saya pribadi yang kadang menjauh dengan sahabat-sahabat, kadang rasa tidak nyaman yang menjadi pemicunya. Jujur saya adalah orang yang sangat pemilih untuk bersahabat degan orang, hehe. Mungkin ini yang membuat saya tidak terlalu dekat dengan beberapa orang. Duh jadi curhat, hehe

    BalasHapus