Jumat, 15 November 2019

CERUK

Cendera mata itu adalah hari esok 
Ibarat pelangi saat dahaga jiwa 
Candu angan rentak berpercik 
Isyarat purnama sempurnakan asa 

Canda rasa getarkan biduk 
Ikrar mengimbang menbuai sukma

Canting raga bersilang kikuk 
Inilah sesaat meraja fana 

Cedera hati itu karena tersedak
 Imbas lenggah meringkih nyata 


Silent Hero

Martha ... 
Aku menembus Palung Weber 
hingga kedalaman 7774 meter 
di bawah permukaan Laut Banda 
Tapi Lempeng Eurasia, Lempeng Indo Australia dan Lempeng Pasifik bersekutu menjarakkan kita 


Aku mencarimu dalam gurita samudera
Sebab pusara arus menyembunyikan jasadmu tak terjangkau sang surya ...
Bersumpah seteguh karang batu menyamarkan persemayamanmu sejak 2 Januari 1818

Tak akan berkhianat, 
Tak akan  bermain mata  dengan musuh seperti guru Soselissa 


Maafkan aku Martha 
Yang diam kaku berbanjir keringat di Saparua
Melihat sengitnya kau,
ayahmu Paulus Tiahahu membantu Pattimura merebut Benteng Duurstede pada 16 Mei 1817 dari kolonial Belanda.

Martha, di mana dirimu?
Aku dengar Gubernur van Middelkoop meminta bantuan raja Ternate dan Tidore untuk menguasai lagi Saparua

Namun  Martha ....
Aku hanya mengendap-endap ketakutan menyaksikan Komisaris Jendral Buyskers memimpin pasukan merebut kembali Benteng Duurstede pada November 1817

Aku pengecut, 
Aku beku terperangah melihat Vermeulen Kringer pada 12 Oktober _sebelumnya_ 
menyerang kita habis-habisan 
Negeri Ultah dan Ouw di bumihanguskan!!

Aku tahu, Martha ...
Walaupun kau dan Kapitan Pattimura terdesak sampai ke hutan sagu dan pegunungan, 
tapi tetap tegar melawan para penghisap darah rakyat Maluku yang kau cinta

Oh  Martha ... 
Kau tertangkap! 
Juga Paulus dan Pattimura
Dengan bangga, kapal Eversten  menawan dan akan mengembalikan ke tanah kelahiranmu, 
Nusa Laut pada 16 Oktober 1817

Mereka menahan kau dan ayahmu di Benteng yang pernah kalian rebut sebelumnya ... 
Benteng Beverwijk

Martha ... Martha
Esoknya, kulihat air matamu beraroma darah 
Saat mereka dengan puas hati mengeksekusi mati Paulus di hadapanmu ....
Di depan Benteng Beverwijk 
Di tepi Pantai Negeri Sila yang turut berduka

Martha,  
Laksamana Buykes membebaskanmu 
Tapi tumpahan darah ayahmu menguatkan tekadmu meneruskan perjuangannya
Aku tahu itu ....
Sungguhpun kini kau tertatih-tatih tanpa Paulus, tanpa Pattimura


Martha, 
Bagaimana mungkin 
Di 17 tahun usiamu,  
Nusa Laut dan Saparua kau bela mati-matian 

Inginnya aku seheroikmu,  Martha  
Namun aku kembali gemetar hebat  
-tak mampu melindungi- 
ketika pada Desember 1817 kau tertangkap kembali... 

Maafkan aku, Martha

Dengan sisa harapan 
Aku  mengejarmu sampai dermaga Nusa Laut 
Aku menyesal,  sangat ....
Saat Kapal Eversten membawa tawanan termasuk dirimu untuk kerja paksa ke Tanah Jawa 

Katakan padaku, Martha 
Mengapa kau memilih mogok makan dan tak mau sedikit pun kompromi terhadap mereka?

Luka hatiku melihat merapuhnya ragamu
Sampai di akhir hayat

Martha, 2 Januari 1818
Kau meninggalkan semua dengan kemenangan sejati 
Berjuang pantang menyerah sampai di ujung napas


Martha... Martha 
Andai gelombang bisikku sampai padamu
Izinkan aku ingin menghormatimu
Mengenang perjuanganmu,  
Pahlawan Nasional dari bumi Maluku  Dengan cara yang lebih baik daripada pelukan abadi Laut Banda

.......
The highest appreciate to Martha Christina Tiahahu.  
Nusa Laut Island, 04 January 1800 - Banda Sea, 02 January 1818. 
National Heroine of Indonesia.