Sabtu, 27 Agustus 2016

Stambul Satu Babak

Senandung hikayat lawasku
Adalah bait cinta bersunyi sunyi

Memenangkan pujaan dalam mimpiku
Serupa partitur kehilangan notasi

Kularung kau dalam pantun
Kurentak kau dalam tarian
Kugores kau dalam lukisan
Dan senyummu abadi hanya dikhayalan

Terpenjara kasmaranku
Laranya mendera tak berwaktu
Laksana mereguk teh terpahit abad lampau
Syahdan yang tak mungkin menyatu

Aku
Sahaya penghamba cintamu
Bukan pujangga sohor bersyair syahdu

Stambul satu babak itu
Persembahan pamungkas ....
Tanda mata asmara dahana untukmu

Bergegas hendak berpanggung
Tersedak ku hirup asap mesiu
Sedetik tadi buraikan diriku
Celaka itu mengakhiri kisahku

Dan kini..
Sudikah kah ziarahi roman cinta kita
Seperti lakonku dalam komedi satir
Tahukah kau hal tersulit mencintamu?
Pada kata cinta yang tak sempat terucap
Hingga jiwa memisah raga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar