Pemenang Juga (Sering) Kalah
Piala Dunia 2014, menorehkan catatan kekalahan
paling memalukan bagi Brazil. Jagat sepak bola dunia dibuat tak habis pikir.
Bagaimana tidak, tim asuhan Luiz Felipo Scorani, dihajar dengan skor telak oleh Tim nasional Jerman 1 – 7 ! Tragisnya, 5 gol pertama tersebut di jaringkan oleh tim asuhan Joachim Low dalam jangka waktu hanya 30
menit!
Brazil adalah tuan rumah alias bermain di kandang sendiri. Tidak sedikit punggawa timnas Brazil bermain di klub-klub Elit Eropa, tentulah tidak asing dengan teknik dan taktik mereka. Apalagi Brazil mempunyai prestasi gemilang sepanjang sejarah Piala Dunia sebelumnya : juara Piala Dunia 5 kali. Diprediksikan akan melenggang sampai ke puncak kejuaraan alias akan menjadi juara Piala Dunia untuk ke -6 kalinya. Deretan ‘keuntungan’ tersebut seakan menguap dengan terhentinya langkah Brazil di babak semi final tersebut.
pic. by. secure.static.goal.comKekalahan yang dikenang sebagai “Tragedi Mineirazo” tersebut, seakan membuka ingatan pahit sebelumnya. Ya, publik Brazil masih mengingat kekalahan tim nasional mereka pada Piala Dunia tahun 1950. Bedanya kekalahan tersebut terjadi di babak final saat melawan Uruguay. Namun sama pahitnya. Berlaku sebagai penyelenggara. Berlangsung di stadion kebanggaan mereka. Sehingga mereka sebut sebagai “ Tragedi Maracanazo. “
Brazil berusaha bangkit, menatap piala Dunia 2018.
Namun hasilnya lebih buruk, kali ini kalah di babak perempat final melawan Belgia 1-2.
Setelah disingkirkan oleh Belgia, Neymar_ yang memperkuat Tim Nasional Brazil Pada piala dunia 2018 ( dan 2014 ) menuliskan di akun Instagramnya :
Apakah Brazil akan membuktikannya di Piala
Dunia 2022?
Kita bersama akan menjadi saksi, dengan mengingat
bahwa jika kita belajar dari kekalahan, sesungguhnya kita tidak (benar-benar)
kalah. Demikian menurut Zig Ziglar
“Mengalahkan” Kemenangan
Salah satu Legenda sepak bola Inggris, Garry Lineker atas kekagumannya dengan team
Jerman pernah berkata bahwa, sepak bola itu permainan sederhana. Dua puluh dua
pria mengejar bola selama 90 menit dan pada akhir pertandingan, Jerman selalu
menang. Hal tersebut ia sampaikan sebagai kiasan. Mengingat begitu seringnya Jerman memenangkan
kejuaraan tingkat dunia maupun Eropa.
Mereka dikenal sebagai team elit dengan teknik dan taktik yang mumpuni dalam
kerjasama team yang solid.
Namun apa yang terjadi pada piala dunia 2018?
Timnas Jerman yang pada Piala Dunia sebelumnya, digdaya menghajar Brazil di semifinal dan meraih Tropi piala dunia 2014 dengan mengalahkan Argentina di Final, justru kalah memalukan dari team Asia : Korea Selatan dengan skor 0-2. Kekalahan yang mencoreng sejarah emas Die Mannschaft. Inilah kekalahan tercepat dalam keikutsertaan Jerman di Piala Dunia dalam kurun 80 tahun.
Yang menarik adalah, jika saja Jerman tidak menjadi juru kunci di group F - yang
membuatnya tersingkir dari Piala Dunia 2018- maka bisa saja akan bertemu dengan
Tim Brazil di babak 16 besar.
Paulinho, Gelandang Tim Nasional Brazil dengan berhati-hati mengomentari
kekalahan tim Jerman. Dengan bijak ia berkata,
“ tujuan kami adalah mencapai
putaran 16 besar dan disanalah kami berada. Saya tidak resah tentang Jerman dan
tidak akan berkomentar tentang apa yang terjadi pada mereka.”
Komentar tersebut berbeda dengan kalangan press Brazil, yang merasa “lega”
karena kekalahan Jerman. Namun komentar sang Paulinho sangat tepat ! Seperti
halnya Jerman, Brazilpun tersingkir dari Piala Dunia 2018. Belgia menghentikan Brazil di babak perempat final dengan score 2-1.
Tersingkirnya Jerman di fase penyisihan group menjadi topik hangat dengan berbagai versi analisa. Ada rumor yang menghubungkan kekalahan dengan ‘kutukan’ juara bertahan, seperti yang dialami Juara Piala Dunia 2006 (Italia), 2010 ( Spanyol) dan kini 2014 (Jerman). Bahwa Juara PD sebelumnya tidak akan sukses di Piala Dunia berikutnya (?!).
Selain itu ada juga beranggapan bahwa buruknya performa Jerman di PD 2018 justru karena menganggap
enteng lawan di group F ( Swedia, Mexico dan Korea Selatan ). Selain itu, banyak yang menilai timnas Jerman 2018 ini tidak sesolid timnas sebelum-sebelumnya. Kabarnya, team 'terpecah' menjadi dua 'kubu'. Yaitu alumni’ Piala Dunia 2014 dan Piala Konfederasi 2017. Pendapat lain lagi menyinggung mengenai teknik pemain dan taktik bermain team Jerman sangat mudah dibaca oleh lawan-lawannya.
Apapun itu, sang pelatih, Joachim Low dengan sportif mengatakan:
" Taktiknya sudah jelas dan kami sudah banyak membahasnya, tapi kami tidak menjalaninya dengan baik."
"Ada rasa kecewa karena tereliminaasi di fase ini."
" Kami tidak pantas memenangkn piala dunia saat ini. Kami juga tidak pantas untuk melaju ke babak 16 besar ."
Setelah kekalahan Jerman tersebut, Garry Lineker sang legendaris, merubah pandangannya terhadap team Jerman
Apa yang akan Jerman tunjukkan di Piala Dunia 2022?
Pemenang bukan berarti tidak pernah merasakan pahitnya kekalahan, hanya saja mereka menyikapi kekalahan dengan benar – MC Dimbud
·
Jika kita
belajar dari kekalahan, kita sesungguhnya tidak kalah
·
Kemenangan terbesar bukan karena kita tidak pernah kalah, tetapi ketika kita tidak bisa
bangkit dari kekalahan