Kau sahabatku,
Terlanjur kuabaikan kata mereka tentangmu
Walaupun ternyata benar, begitulah kamu
Tapi sulit kusesali yakinku padamu
Titian Rapuh
Ketika sahabat _dengan berbagai alasan yang dicari-cari_tidak lagi menempatkan kita sebagai priority person. Menunjukkan gelagat, lebih mementingkan menghabiskan waktu dengan teman lain dibandingkan dengan kita, sohib lamanya.
Ketika sahabat kita memuji teman baru atau teman yang lain dengan antusias; Plus dengan ucapan _ yang intinya_ baru kali ini dia bertemu dengan orang yang begitu mengerti dirinya. Seolah-olah kita bukan siapa-siapa dia. Bahkan tidak menggubris persahatan kita selama ini.
Ketika _orang yang kita sebut sebagai sahabat _ sampai lupa ulang tahun kita tanpa penyesalan. Bahkan tidak memberikan selamat atau datang di hari kelulusan kita tanpa kabar apapun.
Atau ketika _sang sahabat_ seperti menghilang di telan bumi. Seakan sengaja lost contact . Kalaupun akhirnya bertemu, memberikan alibi yang janggal dan ingin segera berlalu dengan mengatakan ada kesibukan lain yang lebih mendesak. Lalu semakin jauh dari hari ke hari.
Dia seolah sudah melupakan persahabatan kita ....
Kau sahabatku
Adalah bentuk dukunganku
Aku kehilangan jejakmu
Aku tak mengerti, haruskah aku berlalu?
Titian Retak
Mungkin, diantara kita ada yang secara sengaja atau tidak sengaja merusak persahabatan tersebut dengan menikung atau menikam dari belakang. Bahkan 'menggunting dalam lipatan' atau mencederai persahabatan tersebut. Tentu nya dengan alasan tertentu, yang justru sulit diucapkan langsung kepada sang sahabat.
Mungkin juga, satu diantara kita merasa terbeban dan lelah karena ulah atau sikap atau perbuatan yang selama ini terus meminta permakluman. Sayangnya, tidak berlaku sebaliknya.
Mungkin ini : mungkin karena kita tidak setara. Ada kesenjangan sosial, budaya, ekonomi atau lainnya. Misalnya tentang kesuksesan. Sehingga salah satu pihak merasa tidak pantas melanjutkan persahabatan. Mengingat hal yang dibicarakan dirasakan tidak menarik untuk sang sahabat.
Kau sahabatku
Walau mereka melihat, betapa bodohnya aku
Karena perkenalan kita terhitung baru
Tak banyak waktu yang kita habiskan saat itu
Bagiku kau tetap sahabatku
Titian Semu
Atau mungkin, persahabatan kita hanyalah jalinan semu. Di antara kita ada yang mendekat demi tujuan tertentu. Tidak tulus. Menggunakan persahabatan untuk mencari keuntungan pribadi secara finansial, sosial, kesempatan atau alasan ambisius lainnya. Setelah tujuan tercapai, 'sang sahabat' menjauh dengan segala alasan.
Diakah yang kita sebut sebagai sahabat?
....
Pintu waktuku,
Kapanpun terbuka untukmu
Aku sangkal semua kesalahanmu
Karena aku merasa lebih mengenal dirimu
Meski ternyata mereka lebih tahu siapa dirimu
Permaklumanku tanpa setitik ragu
Karena kau sahabatku
Titian Baru
Jika masih mungkin dipertahankan, kenapa tidak kita perbaharui titian persahabatan. Komitmen baru tanpa mengusik masalah sebelumnya. Setidaknya kita yakin, semua ada waktunya.
Jika saja kita berusaha untuk menyempatkan waktu bertemu. Tanpa merasa terdesak atau terpaksa. Setidaknya, bertemu melalui media sosial, dengan saling memahami kondisi kekinian sang sahabat. Saling memaklumi dan memberi dukungan. Pun, atas perbedaan dan kesenjangan yang terjadi.
Jika keterbukaan _tentang apa yang sesungguhnya terjadi_ masih dimungkinkan. Tanpa sungkan kita mestinya dapat berterus terang, kenapa menjauh, seolah lebih mementingkan teman lain tanpa alasan yang jelas.
Maukah kau tetap menjadi sahabatku?