Kamis, 31 Oktober 2019

Enclosure

Enclosure 
Dian mengupas waktu 
Bila kemarin di hari ini 

Kayu menjadi arang 
Hitam dan abu-abu 

Sisa pijar di ujung bambu 
Percik api menusuk kaki 

Siapa ditunggu ranting 
Tungku usang berseru 

Liuk asap mencari tahu 
Sebab bara didihkan hati 

Periuk lirik dedak lesung 
Tembaga bukan tulangku 

Wajan berlumur debu 
Diam membelit diri 

Saat jelaga menjelang 
Tembikar terbakar ragu

Rabu, 23 Oktober 2019

Done

Purnanya pasak pandu penghalang 
Tiada terulang tinggal terkenang

Sesempat senyap suara sumbing 
Berakhir benar bingkaikan bimbang 

Adakah alasan asingkan alang-alang 
Mata menjauh makin melengkung

Dapatkah dialihkan desak denting 
Lamat lamur lampaui lembayung

Getas gempita gegap gemintang 
Nadir nyata nihilkan nembang 

Rintangnya rasa relakah rampung Hanyutkan hela hening hilang 

Kusut kening kerutlah kerling 
Jaring jemari jentikan jenjang 

Centang cemas ceruklah cekung 
Isyarat ingatan indahnya ilalang 

Ordinat ornamen orbitnya oleng 
Usailah usaha untaian urung 

This is the end of the guard of a barrier There is no repeat again and left to remember 

When will quietly voice It's meaning full say good bye 
What the reason of reeds can't waving 

The eyes move so far and more curved Can be diverted clink urgency?
Rays difficult beyond the afternoon 

The joy that suddenly disappears 
Back to zero is almost realized 

The obstacle of relativity is finished Drifting silence has gone 

Brow furrowed without gaze 
Fingers freezer at this moment 

Feels anxious for a concave niche 
Just leave the beautiful memories of us 

Ordinate ornamentation is shaky 
Try a failed string effort, no more 

 RIP my mom

Titik

Masih ditahankah waktu terjaga Kepastian tiadanya telah tertera Kembara sesal meregang dera Jarak menganga luput terbaca Jikapun kabar mencacah duga Nyatanya rekat tirai terbuka Nuansa naluri tanpa nahkoda Sisakan hari berbingkai beda Sirnalah sudah merekahnya tara Terlambatpun tinggal seruas jeda Tuntas sempurna tunai paripurna Mendekap tertinggal sedekat doa

Baduy Morning Story

Morning Story Adalah pagi Pembuka hari Melangkah kaki Menjemput rezeki Sebuah pagi Hakekat janji Mengawal hati Teguh sejati Inilah pagi Menjadi saksi Ikhtiar diri Menjaga tradisi Bersama pagi Sahabat abadi Merawat bumi Tanpa ambisi

About us..

About Us.... Kami mungkin beda Atau tidak biasa Unik identik Kami apa adanya Tidak mengada-ada Apalagi sintetik Kami ranting semesta Turun temurun di sana Jangan diusik Kami tanpa rekayasa Menjaga adi budaya Luhur berjejak Kami adalah kita Di tanah yang sama Mari merunduk

Forgiveness

Maafkan aku,Ibu Angkuh mematahkan intuisimu Lalu matamu berarsir sendu Aku berlalu Ibu, maafkan aku Ringan meretakkan nalurimu Tandas hadirkan kelabu Aku terlalu Maafkan aku, Ibu Berkelit menisbikan khawatirmu Meninggi diri lebih tahu Aku keliru Ibu, maafkan aku Terimakasihku tertusuk malu Mengaku salah setengah ragu Aku tergagu

Piece

Untuk kalian Serba sedikit Sisa kemarin Tanpa takut Tandas sekian Buyar cepat Bantar jamuan Kesan nekat Kadung akut Usaha liat Upload Bersama @kfbpj #kfbpj191002 #kfbpj_portrait #kfbpj_HI #kfbpj #backpackerjakarta

Tracking Sampai kapan? Singkirkan dulu aral perjalanan Sampai mana? Sisihkanlah terjal ragu meraja Sampai nanti Seakan kaki enggan berhenti Sampaikanlah Saatnya sudahi kerikil gelisah Sampai waktunya Semua selasar terbuka

Five

Five Minutes too Late 

 Terpaku mata di bentang hening 
Mengerling hangat fajar menjelang 
Bilakah terasing? 

 Kidung pagi menikung pikiran 
Pada lengkung di ujung dahan 
Dimanakah angin?

 Rona langit riuh menggeliat 
 Awan berpendar tipis berkelit
 Inikah isyarat? 

 Jika bayangan terbentur mangkir 
 Busur sinar tersita tanpa kabar 
Dimulaikah berakhir?

Siangmu Ayah

Kering punggungmu Karamkan gusar di penghujung hari Tak terlihat sungging senyummu Tapi hangat cintamu merasuk nadi Rinduku mendekap otot legammu Rasanya ingin terus sedekat ini Andai kelak jalanku bukan jalanmu Akan kuingat kasihmu sepenuh hati Bila indahnya tiada terulang kembali Biarlah kenangan hidup sampai nanti

Pagi untuk Ibu

Hangatmu, ibu Adalah mentari tanpa senja Benderang hatimu Merasuk nadiku seterang kejora Kala hari menjadi kelabu Matamu mencitra purnama Gemuruh gundah gulana Kau ambil alih seolah tiada Adakah cintaku sepertimu, ibu Dimana bait tak akan cukup bercerita

Reflected

Andai tuntutan meniadakan tuntunan Adakah kesetaraan diantara kesadaran 

Bila perlawanan mencederai kepatutan Berartikah simpang susun pembelaan 

Mungkin persamaan berjentik perbedaan Masihkan kebebasan tanpa pembatasan 

Jika perdebatan membekap penaralan Jentera kebenaran rentankah kerapuhan 

Kala pertentangan berdalih kesenjangan Kemudi pemikiran layakkah disingkirkan 

Saat kemaslahatan ditandu pewartaan Sudahkan kekisruhan dipertimbangkan 

Hasutnya keinginan keruh dipertinggikan Haruskah cermin nurani digandakan

Didn't you?

Tetiba senyap
Sekarat sepersekian detik
Mata khianat

Lupa kehidupan redup
Tiada waktu berbalik
Siapa ingat

Bungkam terendap
Di ambang retak
Pintas laknat

Sorot menyusup
Katakan saja, tidak
Dingin menggigit

Jumat, 18 Oktober 2019

Five Minutes too Late

Terpaku mata di bentang hening
Mengerling hangat fajar menjelang
Bilakah terasing?

Kidung pagi menikung pikiran
Pada lengkung di ujung dahan
Dimanakah angin?

Rona langit riuh menggeliat
Awan berpendar tipis berkelit
Inikah isyarat?

Jika bayangan terbentur mangkir
Busur sinar tersita tanpa kabar
Dimulaikah berakhir?

Reflected on

Andai tuntutan meniadakan tuntunan
Adakah kesetaraan diantara kesadaran

Bila perlawanan mencederai kepatutan Berartikah simpang susun pembelaan

Mungkin persamaan berjentik perbedaan Masihkan kebebasan tanpa pembatasan

Jika perdebatan membekap penaralan
Jentera kebenaran rentankah kerapuhan

Kala pertentangan berdalih kesenjangan Kemudi pemikiran layakkah disingkirkan

Saat kemaslahatan ditandu pewartaan Sudahkan kekisruhan dipertimbangkan

Hasutnya keinginan keruh dipertinggikan Haruskah cermin nurani digandakan