Minggu, 27 Januari 2019

Step Two

Seberkas sinar melesat berbisik
Terpejam mataku persekian detik
Mengingat masa lalu cukup sejenak
Bukan, bukan untuk karam tertunduk

Tirai cahaya merasuk sadarku
Terbuka mataku menata asa terbaru
Menatap masa depan menghapus ragu
Tekadku ini bukan torehan sewaktu

Kemilau harapan terbentang menyapa
Tegarkan mataku mengukir karya
Kalaupun aral merintang terbuka
Aku tak akan diam terperdaya

Dan jika kilau terdekat menjauh
Kupejamkan mata untuk bersimpuh
Lalu perlahan mataku membidik teguh
Bukan meradang lirih menyerah


Minggu, 20 Januari 2019

Zona Marking


Tafsir itu tersudahi dengan kau mengkitakan sebagai tidak
Mempercepat siklus hijau ilalang, pucat menguning
Mewakilkan desir pendekatan lewat episode kebetulan
Tercedera janji, mengutuk rindu kala mengumpat dendam



Penuh santun, kau tampik setiap detik pengkitaan jejak  
Menyangkal pentas purnama yang piawai kau perankan tanpa berpanggung
Terpukau aku di hamparan savana senyuman
Kini berbalik kata, mutan sindiran melibas salam



Berpantas paras kau ingkari berkita bukanlah tajuk
Terkirap kiprahku kerap berkibar di gelanggang
Yang mengarsir silang kilap berkilauan
Di tirai mata yang menggelandang geram




Sepersekian lentera kekitaan sempat menikam kikuk
Terkunci noktah semu yang menggunting petang
Mempertanyakan bintang yang pernah kau sematkan
Hingga hadir pelanggi mengurai tirai kelam...




to be continue

Minggu, 13 Januari 2019

Dept in

Singgahlah untuk melarung tidak
Senyap lentera kini tanpa tersibak
Hitam bukan keabadian
Putih bukan impian

Sisihkan detak yang mengerat detik
Guratkan raut sebagai tidak
Jingga bukan harapan
Nila bukan kehilangan

Sisipkan waktu mengikis jarak
Sauhkan jangkar pengikat tidak
Tosca bukan kemenangan
Violet  bukan kekalahan

Sulihkan sukma mengulur jejak
Santunkan kias demi frasa tidak
Biru bukan akhiran
Hijau bukan awalan
Senyap lentera kini tanpa tersibak

Sliding


Semilir angin menutup kilas tanya
Heningkan asa kemarin juga lusa
Tanpa persimpangan kata
Tanpa persinggungan rana

Percik air menitik jawab tertahan
Laras lirik bukan selasar titian
Pada kabut yang meninggalkan
Pada larik yang dituntaskan

Bias sinar melirih punggung waktu
Tentang sekerat saat berpalung semu
Bilakah jadi menikam ragu
Bilakah mungkin untuk berlalu

Bukan pijar mentari yang ingkar
Atau gurat daun pergi menghindar
Tapi palung rasa tepecah pencar
Tapi riung sukma terburai pudar

Sabtu, 12 Januari 2019

C

Kisah kita adalah ngarai duka mata
Tetesnya mengkristal di dada, perih !
Berkabungnya hasrat sejak dimulai
Mungkin yang tidak termungkinkan

Begitu sulit menjauh langkah Sesulit merepih rengkuhmu

Rindu kita adalah ruas jiwa terpenjara
Hujat sinis mendakwa sukma, pedih!
Sebab terantuk retakan mahligai
Nyata yang terlarang dinyatakan

Betapa ingin tak terpisah
Seingin mendekap ragamu

Mimpi kita adalah absurb tersita
Yang tersiar di lintasan lirik, sedih!
Terendapnya alur rasa mengikis hati
Pasti yang menampik kepastian

Bilakah misal berpihak penuh
Semisal bersikukuh bersamamu

Kasih kita adalah mustika tersandera
Mengundur diri terkurung tanya, keruh !
Tersadar namun bersandar sekali lagi
Sesal yang tak ingin disesalkan

Biarpun sering seperti disanggah  
Sesering doa yang terus tertuju

Cinta kita adalah retakan asa
Warta tertawan di tiap sudut, resah !
Mengelupas alibi tanpa diakhiri
Kenangan yang terus dikenangkan

Bolehkan jangkar menawar sah! 

Setawar waktu nan tak tertawar

Jika Benar....

Jadilah hijau untukku
Biar embun berlama waktu di pucuk
Seperti kita saat ini

Jadilah biru untukku
Agar restu semesta jelas bertajuk
Demi rasa yang telah kita mulai

Jadilah putih untukku
Dengan menggasir tanya yang mendesak
Dan lekat kelam itu akan terurai

Tapi jangan ingatkan kuning padaku
Kecuali ketika sendu merajuk
Teduhkan untukku, disini

Tapi jangan biaskan hitam padaku
Terlalu lama meresapkan sesak
Bantu aku memulihkan hati

Jadilah pelanggi untukku
Jangan biarkan kejora menunda esok
Sungguhkah kau menetap berjanji?

Senin, 07 Januari 2019

Dimensi

Dimensi Langit adalah bentang alam pertaruhan siang Aku Jelajahi dimensi ruangmu tanpa sekat Menjauhi angin yang tak lagi mewartakan dia Membiarkan kabut mengakhiri kenangan Di gelanggang bisu cakrawala siang Kurentangkan sayap yang sempat berkarat Agar luruh terkelupas oleh petir seketika Lalu awan menyamarkan dari pandangan Angkasa bersaksi saat senja menjemput siang Bahwa kesetiaan sejati pantang berkerut Melintasi dimensi waktu berpenat tanda tanya Di ceruk dimensi jarak sematkan lagi harapan